Sukses

Pemerintah Hapus Anggaran Pandemi COVID-19 Tahun 2023

Tahun 2023, tak ada lagi alokasi anggaran khusus pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tak lagi mengalokasikan anggaran khusus penanganan pandemi COVID-19 tahun 2023. Walau begitu, anggaran kesehatan reguler tetap diproyeksikan naik pada tahun depan.

Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menyebut, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023, anggaran kesehatan menjadi Rp168,4 triliun atau naik lebih tinggi dari tahun ini yang sebesar Rp133 triliun.

"Anggaran kesehatan tidak lagi memberikan alokasi khusus untuk pandemi. Namun, anggaran kesehatan yang reguler akan naik dari Rp133 triliun tahun ini, naik ke Rp168,4 triliun," kata Sri Mulyani saat konferensi pers Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta pada Senin, 8 Agustus 2022.

Sri Mulyani menekankan, adanya penambahan anggaran kesehatan reguler tahun 2023 bertujuan memperkuat sistem kesehatan di Indonesia. Apalagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang berfokus mewujudkan transformasi sistem kesehatan.

Ada enam jenis transformasi yang akan dilakukan Kemenkes, yaitu transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan. Transformasi kesehatan ini akan dikejar sampai tahun 2024.

"Ini untuk memperkuat sistem kesehatan di Indonesia," tambah Sri Mulyani.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Transformasi Bidang Kesehatan

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan. Salah satu yang utama adalah Kemenkes juga berfokus dalam upaya preventif dan promosi kesehatan.

“Kami melakukan enam transformasi pertama adalah layanan primer ini yang paling penting di promotif preventif, yang kedua adalah transformasi layanan rujukan rumah sakit," papar Budi Gunadi, Selasa (31/5/2022).

"Ketiga transformasi sistem ketahanan kesehatan ini kalau ada pandemi lagi supaya kita lebih siap dari sisi obat-obatan, alat-alat kesehatan, tenaga kesehatan cadangan itu masuk ke sana, termasuk surveilans terhadap penyakit menular kita ingin pastikan baik lokal, nasional maupun regional itu harus siap."

Transformasi keempat adalah transformasi sistem Pembiayaan Kesehatan. Hal ini sebagian besar ada di BPJS Kesehatan, namun ada juga asuransi swasta dan harus dipastikan bahwa ini sustainable.

Transformasi kelima adalah SDM Kesehatan dan keenam adalah transformasi Teknologi Kesehatan, yang berkaitan dengan teknologi informasi dan bioteknologi.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Transformasi Layanan Primer - Pembiayaan Kesehatan

Secara rinci, transformasi sistem kesehatan Kemenkes, sebagai berikut:

Transformasi Layanan Primer

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini ada sekitar 12 ribuan Puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah program yang akan dilakukan di antaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan.

Dirinya akan merevitalisasi Posyandu agar menjadi lebih formal dengan anggaran yang sesuai. Nantinya Posyandu ini bisa diatur oleh Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Posyandu ini akan bertindak secara lebih aktif bukan hanya melayani bayi dan ibu tapi akan melayani seluruh siklus hidup termasuk remaja, dewasa, dan Lansia.

Budi Gunadi juga menilai perlu mereformasi laboratorium kesehatan masyarakat.

“Jadi, setiap Puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalkan 100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian regional, dan nasional,” ucapnya.

Transformasi Layanan Rujukan

Transformasi ini akan dimulai dengan tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia, yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker. Contohnya, penyakit jantung, masalahnya tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di jantung.

“Data yang saya miliki dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Terus kalau pasien sudah dipasang ring juga tidak bisa, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka, ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi,” tutur Menkes Budi Gunadi.

Kemenkes punya target bahwa rumah sakit di seluruh provinsi pada 2024, harus bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker.

“Akses layanan dan standar layanan tertentu untuk jantung, stroke, dan kanker saya mau rata tersedia di seluruh provinsi,” sambung Budi Gunadi.

Setiap rumah sakit dengan dokter yang berprestasi akan dipertemukan dengan dokter dari negara lain untuk menjalin kerja sama. Dokter-dokter yang terbaik dari luar negeri akan didatangkan ke Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dokter Indonesia.

Ketahanan Kesehatan

Menkes Budi Gunadi Sadikin ingin memastikan bahwa vaksin diagnostik dan terapeutik itu semuanya ada di Indonesia. Minimal 50 persen diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.

“Kami ingin memastikan sudah bikin rencananya nanti ini lebih berlaku untuk teman-teman di farmasi dan bidang industri. Jadi, kalau mereka melakukan produksi dalam negeri semua government procurement, akan berikan prioritas ke mereka,” tuturnya.

Pembiayaan Kesehatan

Yang akan dilakukan terkait transformasi pembiayaan kesehatan adalah melakukan transparansi dan perhitungan yang bagus. Hal itu untuk menghindari terjadinya masalah antara penyedia jasa dan yang membayar jasa.

“Kita nanti akan bikin annual health account-nya setiap tahun dan menjadi kewajiban semua fasilitas kesehatan untuk lapor,” ujar Budi Gunadi Sadikin.

4 dari 4 halaman

SDM Kesehatan - Bioteknologi

SDM Kesehatan

Kebutuhan di Indonesia masih belum terpenuhi ditambah lagi dengan distribusi yang belum merata. Pemerataan SDM Kesehatan yang berkualitas diperlukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui academic health system.

Academic health system merupakan sebuah model kebijakan yang mengakomodir potensi masing-masing institusi ke dalam satu rangkaian visi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat. Konsep ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran bergelar, dengan program pendidikan profesional kesehatan lainnya yang memiliki rumah sakit pendidikan atau berafilisasi dengan rumah sakit pendidikan, sistem kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.

Melalui academic health system diharapkan dapat menghitung jumlah dan jenis lulusan SDM Kesehatan dan memenuhi kebutuhan wilayah; mendefinisikan profil dan value SDM Kesehatan yang diperlukan di wilayah tersebut; serta menentukan pola distribusi SDM Kesehatan yang sustainable mulai dari layanan primer hingga tersier.

Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan 10 tahun terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus dipercepat baik dokter umum maupun dokter spesialis,” ucap Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Teknologi Kesehatan

Salah satu transformasi teknologi kesehatan yang sedang diupayakan selain aplikasi PeduliLindungi, Menkes Budi Gunadi mengatakan, pihaknya akan memastikan rekam medis di rumah sakit dicatat dan direkam dengan baik secara digital. Ia akan minta ke tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan untuk menyerahkan rekam medis secara keseluruhan kepada pasien.

“Jadi rekam medisnya standarnya itu sudah kita atur kamu-kamusnya, sudah kita susun. Jadi, yang misalnya obat sakit perut merek ABC itu mesti sama kodenya di seluruh rumah sakit. Kemudian pelayanan lain pun kodenya mesti sama,” katanya.

Selanjutnya, nanti dimasukkan ke database rumah sakit. Sehingga kalau satu pasien pindah rumah sakit maka pasien tidak perlu melakukan rontgen ulang atau tes darah ulang sehingga itu akan jauh lebih efisien

Bioteknologi

Menkes Budi Gunadi mengharapkan bioteknologi itu bisa dipakai sebagai alat diagnosis yang canggih. Sebelumnya untuk melihat kondisi kesehatan seseorang diambil dari darah, MRI, CT Scan.

“Ke depan diagnosisnya menggunakan genom sequencing karena dengan ini bisa dilihat secara benar-benar rinci, yang ada di tubuh kita itu kondisinya seperti apa, kesehatan kita, malah ke depannya bisa jadi seperti apa,” ucapnya.

Mesin genome sequencing saat ini hanya ada 12, nanti akan ada sekitar 30 yang akan digunakan di rumah itu rujukan nasional antara lain RS Kanker Dharmais, RS PON untuk stroke, RSCM untuk penyakit metabolik seperti diabetes dan ginjal, RS di Yogyakarta, kemudian RSPI untuk infeksi, dan RS Sanglah untuk aging and wellness.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.