Sukses

Penularan Hepatitis C Rentan Terjadi Saat Pasien Hepatitis Cuci Darah

Penting untuk mengetahui kesadaran akan hepatitis dan hepatitis C di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Hepatitis C di Indonesia masih menjadi sorotan lantaran memiliki prevalensi hepatitis sebesar 0,4 persen. Lewat diskusi tentang bahaya bila telat mengobati orang dengan hepatitis, pengobatan yang optimal bagi pasien hepatitis C diharapkan dapat ditingkatkan.

Bertepatan dengan Hari Hepatitis Sedunia, Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia menegaskan pentingnya kesadaran terhadap masalah hepatitis di Indonesia dan menjelaskan pentingnya akses pengobatan bagi masyarakat. 

Dengan mengusung tema 'Mendekatkan Akses Pengobatan Hepatitis karena Hepatitis Tidak Dapat Menunggu',, diharapakan adanya peningkatan upaya penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian penyakit hepatitis di Indonesia.

Hepatitis adalah penyakit menular dalam bentuk peradangan hati yang disebabkan oleh virus dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Virus Hepatitis B dan C ini menyebabkan sekitar 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya.

Situasi itu tergambarkan dengan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 bahwa prevalensi pengidap hepatitis di Indonesia adalah 0,4 persen.

Hepatitis C menjadi salah satu jenis hepatitis prioritas dan sorotan saat ini di Indonesia karena risiko penularannya yang tinggi.

Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis atau cuci darah memiliki presentasi risiko tinggi untuk terinfeksi virus Hepatitis C, yaitu sebesar15,16 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Prevalensi Hepatitis C pada Pasien Cuci Darah

Ironisnya, risiko terinfeksi virus Hepatitis C akan semakin meningkat apabila semakin lama waktu pasien tersebut menjalani hemodialisis. Prevalensi Hepatitis C pada pasien hemodialisis masih tetap tinggi karena pasien tersebut memiliki kecenderungan untuk menularkan virus Hepatitis C ke pasien Hemodialisis lainnya.

Hal itu juga dipicu karena pasien hemodialisis dengan Hepatitis C jarang mendapatkan pengobatan yang optimal.

Managing Director Merck Sharp & Dohme Indonesia, George Stylianou, mengatakan, MSD Indonesia memiliki harapan agar masyarakat sadar pentingnya pemahaman yang tepat pada Hepatitis, deteksi dini, dan akses pengobatannya yang optimal.

"Kami memahami bahwa keterbatasan ekonomidan sosial dapat menimbulkan ketimpangan dan tantangan bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan optimal dengan kualitas yang tinggi. Namun, akses pengobatan yang optimal dan deteksi dini nantinya memiliki peranan yang besar dalam menurunkan angka penderita Hepatitis C dan risiko penularannya," katanya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 29 Juli 2022.

 

3 dari 4 halaman

Harapan untuk Pemerintah

Melalui momentum ini, diharapkan semua pihak baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat berkolaborasi untuk mewujudkan generasi bebas hepatitis.

Di MSD, kata George, bekerja dengan mengutamakan inovasi terhadap pengobatan yang optimal bagi pasien dan terus memastikan pengobatan ini dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan.

"Kami sangatmengapresiasi langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk merealisasikan komitmenPemerintah Indonesia dalam mengeliminasi Hepatitis C pada tahun 2030," George melanjutkan.

 

4 dari 4 halaman

Terapi Anti Hepatitis

Di Indonesia, saat ini telah tersedia terapi anti Hepatitis C Virus golongan Direct Acting Antivirus (DAA) yang telah terbukti secara klinis mencapai respona kesembuhan lebih dari 95 persen.

Adanya inovasi pengobatan ini menambah tingkat pengobatan pasien hepatitis C menjadi lebih optimal.

Selain itu, George mengatakan bahwa upaya-upaya pencegahan infeksi Hepatitis C juga penting dilakukan, yaitu dengan menjalani standar prosedur pengendalian infeksi meliputi perilaku higienis yang terbuktisecara efektif dapat mencegah penularan melalui darah dan cairan yang terkontaminasi diantara pasien.

"Melakukan upaya disiplin dalam menjaga kebersihan tangan, keamanan injeksi, dan pembersihan lingkungan," pungkas George

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.