Sukses

Negatif COVID-19, Joe Biden Tetap Tes Teratur dan Kenakan Masker 10 Hari ke Depan

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah menjalani dua kali tes dengan hasil negatif.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sembuh dari COVID-19 setelah menjalani dua kali tes dengan hasil negatif. Dengan begitu, ia tidak perlu lagi diisolasi karena telah pulih dari infeksi COVID-19, kata dokter Gedung Putih pada Rabu, 27 Maret 2022.

"Kemarin malam dan kemudian pagi ini, tesnya negatif ​​untuk virus SARS-CoV-2 dengan pengujian antigen," tulis dokter kepresidenan Kevin O'Connor dalam sebuah memorandum, seperti dilansir dari Channel News Asia.

Ia menambahkan bahwa Biden telah menyelesaikan terapi Paxlovid atau obat COVID-19 dengan jumlah 30 pil yang harus diminum selama 5 hari.

"Mengingat faktor-faktor yang meyakinkan ini, Presiden akan menghentikan isolasi ketatnya."

Pemimpin AS itu telah diisolasi di kediamannya di Gedung Putih sejak dites positif terkena virus Corona Kamis lalu.

Selama positif, dia telah menjalankan tugas-tugas kepresidenannya dengan mempertimbangkan jadwal yang lebih ringan selama pemulihannya.

Setelah keluar dari isolasi, presiden akan mengenakan masker selama 10 hari ketika berada di sekitar orang lain dan terus melakukan tes virus secara teratur jika terjadi "rebound", kata O'Connor.

Biden tidak mengalami demam, tambah dokter, mencatat "gejalanya terus membaik, dan hampir sepenuhnya sembuh".

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Manfaat Booster

Dalam akun Twitternya, Biden mengatakan bahwa suntikan vaksin booster gratis dapat membantu siapapun menghindari penyakit serius.

“Dengan suntikan booster gratis, tes di rumah, dan perawatan yang efektif, hari ini, kami dapat melindungi diri dari penyakit serius dan mencegah sebagian besar kematian akibat COVID,” tulis Biden dikutip Kamis.

“COVID masih bersama kita, tetapi perjuangan kita melawannya lebih kuat dari sebelumnya,” lanjutnya.

Ia menambahkan, setiap orang di atas 5 tahun harus mendapatkan suntikan booster. Dan jika penduduk di atas usia 50, maka harus mendapatkan dua suntikan seperti yang ia sendiri dapatkan.

“Setelah dikuatkan, peluang Anda untuk sakit parah akibat COVID sangat sangat rendah.”

Saat ini, lanjutnya, dunia menghadapi BA.5. Subvarian Omicron ini pula lah yang membuat Biden sakit.

“Kami menghadapi BA.5, itulah alasan saya jatuh sakit dan telah menginfeksi banyak orang di seluruh dunia.”

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Terapi Paxlovid

Sebelumnya, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Joe Biden positif COVID-19 dengan gejala ringan Kamis lalu. Biden pun mulai meminum pil antivirus Paxlovid yang baru-baru ini juga sudah mengantongi izin penggunaan darurat di Indonesia.

Pil antivirus yang mulai diminum Biden telah terbukti melindungi orang-orang yang berisiko tinggi mengalami kasus COVID-19 yang lebih serius.

Sebuah studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang diterbitkan bulan lalu menggabungkan data dari sistem perawatan kesehatan besar di California. Studi ini menemukan, dari 5.000 lebih orang yang diresepkan Paxlovid untuk kasus COVID ringan hingga sedang, hanya ada kurang dari 1 persen yang membutuhkan perawatan rumah sakit atau ruang gawat darurat. Dengan catatan, banyak dari mereka sudah divaksinasi.

“Hanya ada enam pasien rawat inap dan 39 kunjungan ke unit gawat darurat terkait COVID yang terjadi dalam lima hingga 15 hari setelah penggunaan obat,” mengutip New York Times Jumat (22/7/2022).

Para peneliti menggarisbawahi, ada batasan signifikan dalam penelitian ini, termasuk kurangnya kelompok kontrol yang tidak menerima pengobatan. Dengan demikian,  lebih sulit untuk menentukan manfaat sebenarnya atau membandingkannya dengan manfaat vaksinasi.

4 dari 4 halaman

Kurangi Risiko Penyakit Parah

Di Amerika Serikat, Paxlovid merupakan obat yang disahkan pada bulan Desember untuk orang yang terinfeksi dan berisiko tinggi.

Ini telah diuji secara klinis untuk mengurangi risiko rawat inap atau kematian hingga 88 persen ketika diberikan kepada orang dewasa dalam waktu lima hari sejak awal gejala mereka. Data itu dikumpulkan pada orang yang tidak divaksinasi ketika varian virus Delta beredar luas.

Pengobatan ini dilakukan dengan minum 30 pil selama lima hari. Sebelum memulainya, pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan tentang kemungkinan interaksi obat.

Koordinator virus Corona Gedung Putih Dr Ashish K. Jha mengatakan dalam konferensi pers Gedung Putih Kamis bahwa Biden telah diberitahu untuk menghentikan dua obat yang dia minum, obat kolesterol dan pengencer darah, untuk alasan keamanan.

Para ilmuwan juga telah bekerja untuk memahami apakah Paxlovid dapat menyebabkan kambuhnya gejala atau tes positif, sebuah tren yang dikenal sebagai rebound.

Dr Jha mengatakan pada data dari sistem kesehatan besar menunjukkan hasil seperti itu jarang terjadi, dengan persentase penerima Paxlovid yang mengalami rebound jumlahnya hanya "satu digit."

“Ketika orang pulih, mereka tidak berakhir di rumah sakit. Mereka tidak menjadi sangat sakit,” kata Dr. Jha. “Paxlovid bekerja sangat baik untuk mencegah penyakit serius, rebound atau tidak rebound, dan itulah mengapa presiden mengambilnya.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.