Sukses

Waspada Cacar Monyet, IDI Minta Nakes Tindak Lanjuti Gejala Monkeypox pada Pasien

Sebagai bentuk kewaspadaan, IDI minta dokter dan tenaga kesehatan lain bila mendapati gejala cacar monyet atau monkeypox pada pasien.

Liputan6.com, Jakarta WHO menetapkan cacar monyet atau monkeypox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau darurat kesehatan global. Lalu, negara tetangga Singapura pun sudah ada 10 kasus. Meski sampai saat ini belum ada kasus, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun meminta dokter dan tenaga  kesehatan lainnya mewaspdai gejala cacar monyet pada pasien.

Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Agus Dwi Susanto meminta tenaga kesehatan (nakes) baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut. Yakni dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) yang merupakan metode pemeriksaan virus monkeypox dengan mendeteksi DNA virus tersebut.

Agus juga meminta untuk segera melaporkan ke dinas kesehatan setempat agar bisa segera dilakukan surveilans dan tindakan lebih lanjut lainnya.

Lalu, apa gejala seseorang terinfeksi cacar monyet?

Orang yang terinfeksi cacar monyet akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.

Lalu, dalam 1-3 hari setelah demam muncul, pasien akan mendapati bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Bercak tersebut terutama akan ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.

Seiring waktu bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel dan pustule yang dalam 10 hari akan berubah menjadi koreng seperti disampaikan dokter spesialis penyakit dalam konsultan yang juga pengurus pusat PETRI (Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia) Adityo Susilo mengutip keterangan yang diterima Liputan6.com.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Modal Utama Pencegahan

Menurut Agus, pemahaman yang baik terhadap cacar monyet dan kewaspadaan dini pada cacar monyet jadi modal utama dalam aspek pencegahan.

"Upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi merupakan kunci pencegahan yang dinilai paling efektif pada saat outbreak, diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif guna melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas," kata Agus.

Hal senada juga disampaikan Adityo mengingat sudah ada temuan kasus cacar monyet di Singapura, masyarakat harus waspada terhadap kemungkinan masuk ke Indonesia.

Kewaspadaan paling penting terutama pada populasi khusus yakni anak-anak, ibu hamil, lansia dan orang dengan imunitas rendah. Kelompok tersebut memiliki risiko fatalitas cacar monyet lebih tinggi.

3 dari 3 halaman

9 Kasus Suspek Cacar Monyet

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah ada sembilan kasus suspek cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. Namun, semua kasus suspek sudah dites di Jakarta dan semuanya dinyatakan negatif.

Budi juga menuturkan bahwa virus monkeypox lebih besar ketimbang virus Corona penyebab COVID-19.

“Jadi kalau SARS-Cov2 itu cuman 30.000 basis DNA-nya, ini (monkeypox) ratusan ribu. Jadi tes-nya dengan PCR biasa cuma reagennya berbeda dan kita sudah dapat reagen ini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 500 tes dan kita sudah beli dan mudah-mudahan akan datang minggu ini dari China.”

Alat ini kemudian akan digunakan untuk skrining monkeypox. Saat ini Indonesia sudah memiliki kemampuan tes dan bisa dilakukan di 1.100 laboratorium PCR yang dimiliki Indonesia pada saat masa COVID-19.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini