Sukses

COVID-19 RI Naik Saat Omicron BA.4 dan BA.5 Mendominasi, Masihkah Aman?

Angka kasus COVID-19 naik di tengah dominasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Liputan6.com, Jakarta Di tengah dominasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia, masyarakat diminta tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan termasuk disiplin memakai masker. Terlebih, dalam beberapa pekan sejak Juni 2022, terjadi kenaikan kasus harian COVID-19 yang diakibatkan penyebaran kedua subvarian tersebut.

Dalam diskusi bersama wartawan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin sudah memperkirakan potensi kenaikan kasus COVID-19 di tengah penyebaran Omicron BA.4 dan BA.5. Perkiraan ini melihat data perkembangan COVID-19 di sejumlah negara yang mengalami kenaikan kasus secara drastis.

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 naik di semua negara di Eropa. Data per Juni 2022 yang dihimpun Kementerian Kesehatan, angka COVID-19 di Jerman bisa menembus 80.000 kasus per hari, Prancis 78.000 kasus, Brasil 55.000 kasus, Italia 54.000 kasus.

Kenaikan kasus COVID-19 turut dipengaruhi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang mendominasi. Situasi di Asia juga serupa, walau belum terlalu besar porsinya, seperti di Inggris.

Puncak BA.4 dan BA.5 teridentifikasi dari tiga negara, yakni Afrika Selatan, Portugal, dan Australia, yang mana sudah terjadi kenaikan, lalu kembali turun.

“Kalau kita lihat kecil keparahan, rendah sekali, (kasus) kita masih terkontrol karena orang yang masuk rumah sakit rendah – meski ada kenaikan hospitalisasi sedikit. At the end of the day (pada akhirnya), kita mesti balancing (seimbang) antara hidup yang normal dengan menjaga kita sehat,” terang Budi Gunadi di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta, ditulis Kamis (14/7/2022).

“Ada balance-nya ya, jangan kita terlalu khawatir berlebihan. Enggak usah terlalu panik dengan angkanya, tetap waspada dan pakai masker.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Puncak BA.4 dan BA.5 Lebih Cepat

Penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, menurut Budi Gunadi Sadikin, berbeda dengan varian sebelumnya. Puncak kasus di Australia di angka 40 persen, sedangkan saat BA.1 berada di angka 58.000 kasus.

Menuju puncak kasus BA.4 dan BA.5 juga lebih cepat dibandingkan Omicron BA.1, bahkan bisa kurang dari satu bulan. Di Indonesia, puncak kasus akan diperkirakan dapat terlihat pada Juli 2022.

“Penyebaran subvarian (BA.4 dan BA.5) ini di banyak negara, tapi keparahan kira-kira sama, yang mungkin beda, pernah divaksin bisa tetep kena infeksi. Imunitas sudah ada, tetap bisa kena,” papar Menkes Budi Gunadi.

“Indonesia bisa belajar dari luar negeri. Dominasi BA.4 dan BA.5 di atas 80 persen biasanya sudah ada puncaknya, ya sebentar lagi. Ini terjadi saat kita pas varian Delta dan Omicron BA.1 dan BA.2.”

Jakarta sudah 85 persen Whole Genome Sequencing (WGS) varian Omicron BA.4 dan BA.5. Apalagi melihat kasus harian COVID-19 di ibu kota ini di angka 1.200-an. Namun, hospitalisasi dan kematian rendah. Di provinsi lain bahkan nihil hospitalisasi dan kematian, sehingga tidak ada penambahan pasien yang dirawat di rumah sakit.

3 dari 4 halaman

Level 1 PPKM Versi WHO

Seiring angka COVID-19 naik, terjadi kenaikan yang relatif kecil dari sisi hospitalisasi. Kabar baiknya, Indonesia masih berada pada level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) versi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Indikator level 1 PPKM di Indonesia, 20 per 100.000 penduduk, level 2 di angka 50 per 100.000 penduduk, dan level 3 di angka 150 per 100.000 penduduk.

Apabila dihitung versi WHO yakni 7.800 kasus per hari. Sementara, kasus baru per hari di Indonesia di bawah angka tersebut, maka Indonesia berada di level 1 PPKM versi WHO. 

“Ini saya kasih ilustrasi saja, kalau kita di atas 7.800, baru loncat ke PPKM Level 2 definisinya WHO. Kita masih di Level 1 PPKM WHO. Syukur-syukur kalau kita kasusnya di bawah 7.800, jadi masih di Level 1 PPKM versi WHO,” Budi Gunadi Sadikin menjelaskan.

Kenaikan kasus COVID-19 masih seputar di Jawa dan Bali, sedangkan di luar Jawa - Bali belum ada kenaikan. Sebab, biasanya kasus naik atau puncak di luar Jawa - Bali terlihat dengan jeda seminggu atau dua minggu dari Jawa - Bali. 

Peningkatan kasus harian COVID-19 nasional berkisar di angka 2.000-an, kemudian menyentuh 3.361 per 12 Juli 2022, lalu pada 13 Juli naik lagi mencapai 3.822. Meski sudah di angka 3.000-an kasus, jumlah tersebut masih berada pada level yang aman menurut standar PPKM versi WHO.

Pada 12 Juli 2022, Menkes Budi Gunadi mengatakan, dalam standar WHO, level Indonesia akan berubah bila kasus positif menyentuh 7.800 kasus per hari.

"Selama itu masih di bawah 7.800, standarnya WHO masih PPKM Level 1. Tapi itu definisi WHO ya, mereka menggunakan istilah transmission indicated. Selama di bawah 7.800 kondisinya masih sangat baik dan normal,” lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Kontrol Indikator COVID-19

Dari sisi positivity rate nasional per Juni 2022 naik sebesar 3,46 persen. Walau begitu, angka tersebut  masih di bawah WHO. Positivity rate di luar Jawa - Bali terbilang rendah di angka  2,5 persen. 

“Kita juga ukur reproduction rate-nya. Kalau angkanya 1, masih relatif aman. Ini indikator dini yang kami kontrol setiap minggu untuk melihat, apakah kita masih aman atau udah ‘kuning’ atau ‘merah’ (darurat) kondisinya. Kenapa? Supaya kita punya datanya,” Menkes Budi Gunadi Sadikin menerangkan.

Dilihat dari data per provinsi, indikator tertinggi COVID-19 dari kategori di atas diduduki DKI Jakarta. Penularan COVID-19 dengan adanya penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 cepat, namun yang masuk rumah sakit kecil sekali. 

“Kita punya 1.600  rumah sakit, 120.000 kamar buat siap-siap kalau kita kena peak (puncak). Kemudian ada juga layanan telemedisin, kalau kena (COVID-19), harus diisolasi mandiri bisa pakai layanan ini. Yang senang, mekanisme ini masih berjalan,” tutur Budi Gunadi.

Kementerian Kesehatan menyediakan layanan telemedisin Isoman (Isolasi Mandiri) bagi pasien terkonfirmasi COVID-19 varian Omicron. Melalui layanan tersebut pasien bisa mendapatkan layanan telekonsultasi dan paket obat gratis.

Layanan dapat diakses melalui https://isoman.kemkes.go.id/. Kemenkes telah bekerja sama dengan 17 platform telemedisin, yaitu Aido Health, Alodokter, GetWell , Good Doctor, Halodoc, Homecare24, KlikDokter, KlinikGo, Lekasehat, LinkSehat, Mdoc, Milvik Dokter, ProSehat, SehatQ, Trustmedis, Vascular Indonesia, dan YesDok

Untuk mendapatkan layanan telemedisin, pasien harus melakukan tes PCR di laboratorium yang telah terafiliasi dengan sistem New All Record (NAR) Kementerian Kesehatan.

Jika hasilnya positif dan laboratorium penyedia layanan tes COVID-19 melaporkan data hasil pemeriksaan ke database Kementerian Kesehatan (NAR), maka pasien akan menerima pesan WhatsApp dari Kemenkes RI (dengan centang hijau) secara otomatis. 

Namun, bila tidak mendapatkan WhatsApp pemberitahuan, pasien bisa memeriksa NIK secara mandiri di situs https://isoman.kemkes.go.id. Setelah dapat WhatsApp pemberitahuan, pasien bisa melakukan konsultasi secara daring dengan dokter di salah satu dari 17 layanan telemedisin, lalu dokter akan meresepkan obat. Obat pun akan dikirim ke alamat pasien.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.