Sukses

Pelawak Rini S Bon Bon Meninggal Dunia, Punya Riwayat Diabetes dan Nyaris Diamputasi

Semasa hidup, Rini S Bon Bon mengidap diabetes. Rupanya ia juga memiliki faktor risiko diabetes dari salah satu orangtuanya.

Liputan6.com, Jakarta - Pelawak yang memulai karier di 1990-an Irni Yusnita, sohor disapa Rini S Bon Bon meningal dunia. Ia mengembuskan napas terakhir pada Minggu, 10 Juli 2022 sore di Jakarta.

"Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Ya Allah Ya Robb Satu lagi engkau Panggil Sahabat Baik kami"Rini S Bon Bon" Sekitar jam 17 tadi sore," begitu pesan yang tertulis mengutip Showbiz Liputan6.com.

Sosok Rini S Bon Bon bagi yang besar di era 90-an kemungkinan besar tahu dirinya. Wajahnya kerap seliweran menjadi pemain di banyak program televisi kala itu. Celotehannya yang berlogat Betawi sering menghibur publik yang menonton aksinya di televisi.

Ia pernah tergabung dalam acara komedi Kompor Diamor yang tayang di TPI di 1991-an. Lalu Pernah bermain juga dalam film Warkop DKI berjudul Aturan Main.

Semasa hidup, Rini S Bon Bon mengidap diabetes. Mengutip dari berbagai sumber, Rini S Bon Bon rupanya memang memiliki keturunan diabetes dari sang ayah.

"Saya punya obesitas dan genetiknya kuat dari ayah saya," katanya dalam sebuah wawancara pada 2013.

Kejadian menusuk luka di kaki dengan peniti membuat bagian bawah tubuhnya itu alami infeksi. Diabetes membuat dirinya dirawat berminggu-minggu di rumah sakit bahkan nyaris hampir diamputasi.

"Ketika dikasih sakit, sempat syok karena biasanya bisa beraktivitas. Nah, ini masuk di rumah sakit dalam jangka waktu lama," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Diabetes, Faktor Genetik Berperan tapi Gaya Hidup Lebih Punya Andil

Diabetes melitus tipe dua merupakan sebuah penyakit kronis yang harus ditangani. Ini adalah suatu ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.

Dalam kesempatan yang lalu, konsultan metabolik endokrin Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM menjelaskan bahwa semua orang memiliki risiko diabetes yang sama karena gaya hidup, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Selain itu, mereka yang punya faktor genetik seperti ayah atau ibu punya diabetes maka anak memiliki risiko terkena penyakit tersebut. Bila bapak atau ibu yang diabetes maka peluang anak punya penyakit sama adalah 25 persen. Bila keduanya diabetes, peluang menjadi 50 persen.

Meski begitu, lebih banyak kasus terjadi karena faktor gaya hidup.

“Jadi lebih banyak karena faktor gaya hidup, nomor satu. Genetik juga berperan tapi itu hanya sekian persen (berjumlah sedikit). Biasanya sih pasien diabetes di Indonesia itu 90 persen karena gaya hidup. Hanya 10 persen yang bukan karena gaya hidup,” kata Fatimah.

3 dari 4 halaman

Gaya Hidup Bikin Banyak Anak Muda Kena Diabetes

Kebiasaan mengonsumi makanan dan minum tinggi gula juga tampak dari semakin luasnya usia pasien diabetes. Menurut Fatimah, di masa lampau, pasien diabetes cenderung berusia di atas 40 tahun. Namun kini, tidak sedikit pula pasien diabetes yang masih berusia 30 tahun.

Kemasan dan rasa pangan yang lezat menyebabkan orang cenderung lupa menghitung dan membatasi jumlah gula yang dikonsumsi. Padahal, menurut Fiastuti, batas maksimal mengonsumsi gula adalah 4 sendok makan per hari. 

Batas maksimal itu tidak hanya berlaku untuk gula yang ditambahkan ke dalam minuman seperti teh manis. Namun gula yang ada dalam makanan sehari-hari, seperti nasi, sayuran dan kue-kue.

4 dari 4 halaman

Yuk Cegah Diabetes

Kementerian Kesehatan RI mengingatkan bahwa diabetes adalah penyakit yang bisa dicegah. Upaya pencegahan dengan menrapkan gaya hidup sehat.

Pertama, mempertahankan berat badan ideal, jika anak memiliki berat badan berlebih, maka upayakan untuk menguranginya sekitar 5-10 persen untuk mengurangi risiko. Perlu juga diet kalori dan rendah lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik menurunkan berat badan dan mencegah DM tipe-2.

Kedua, perbanyak makan buah dan sayur. Ketiga, kurangi minum minuman manis dan bersoda. Keempat, aktif berolahraga, upayakan untuk berolahraga setidaknya 30 menit sehari untuk mencapai berat badan ideal dan menekan tingginya risiko DM tipe-2.

Keempat berolahraga juga dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar insulin. Kelima, batasi waktu penggunaan gadget, karena jika berlama-lama menggunakan gadget sama dengan membiarkan tubuh tidak bergerak dalam waktu lama seperti mengutip Sehat Negeriku. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.