Sukses

Orangtua, Intip 8 Cara Mengasuh Anak agar Cerdas dan Sukses

Studi mengungkapkan serangkaian cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anaknya menjadi pribadi yang cerdas dan sukses di masa depan.

Liputan6.com, Jakarta Bangga dan bahagia jadi perasaan yang sejatinya akan muncul pada orangtua saat melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi cerdas dan sukses. Pencapaian tersebut tentu tak terlepas dari peran orangtua yang harus membimbing, mencintai, dan berperan aktif dalam prosesnya.

Mengingat bukan hanya berekspektasi agar anak bisa memiliki capaian yang positif seperti menjadi cerdas dan sukses, namun orangtua juga perlu untuk melakukan usaha yang tepat sasaran untuk mencapainya.

Berbagai macam studi pun mengungkap cara-cara yang bisa dilakukan oleh orangtua agar dapat membantu anak menjadi pribadi cerdas dan sukses.

Lalu, apa sajakah itu? Mengutip laman Inc pada Jumat, (24/6/2022), berikut diantaranya.

1. Ajarkan keterampilan sosial

Sebuah studi yang dilakukan selama 20 tahun oleh para peneliti di Pennsylvania State dan Duke University menemukan adanya korelasi yang positif antara keterampilan sosial anak di taman kanak-kanak dan keberhasilan mereka di masa dewasa awal.

Menurut para peneliti, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajari anak bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan teman, berbagi barang milik mereka, mendengarkan tanpa menyela, dan membantu orang lain yang berada di sekitarnya dengan baik.

2. Hindari terlalu protektif

Orangtua kerap mengalami kesulitan untuk membiarkan anak memecahkan masalahnya sendiri. Terlebih, banyak pula yang terburu-buru untuk membantu mereka agar segera menyelesaikan tantangannya.

Sehingga seringkali tanpa disadari, orangtua menjadi terlalu protektif pada apa yang dilakukan oleh anak.

Padahal, studi yang dilakukan oleh penulis buku How to Raise an Adult, Julie Lythcott-Haims mengungkapkan bahwa membiarkan anak membuat kesalahan dan mengembangkan ketahanan diri serta akal sangat penting untuk mempersiapkan mereka menjadi pribadi sukses nantinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Libatkan Anak dan Dorong Kemandiriannya

Studi yang dipublikasikan dalam American Academy of Pediatrics dan National Library of Medicine menemukan bahwa membacakan buku untuk anak dan mengajari matematika sejak dini dapat sangat membantu pencapaian mereka di tahun-tahun berikutnya.

Namun, dalam hal tugas-tugas di sekolah, para peneliti berpendapat bahwa orangtua sebaiknya tidak terlalu ikut membantu. Hal tersebut lantaran dianggap dapat menghambat perkembangan mereka.

Orangtua juga disarankan untuk mengomunikasikan secara baik soal minat anak dalam hal pendidikan. Di sisi lain, harus mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan pilihan mereka secara mandiri.

4. Batasi screen time

Terlalu banyak waktu di depan layar atau gadget dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, pola tidur yang tidak teratur, dan masalah perilaku.

Terlebih, studi yang dilakukan oleh Greg L West di University of Montreal menemukan bahwa bermain game dianggap dapat merusak otak karena menyebabkannya otak kehilangan sel-selnya.

Menurut American Academy of Pediatrics, batasan screen time yang dianjurkan untuk tujuan hiburan harus dibatasi setidaknya hanya dua jam per harinya.

3 dari 4 halaman

5. Kurangi Memuji Kualitas Bawaan

Sebuah penelitian di Stanford University menemukan bahwa memuji anak dengan pernyataan seperti 'Wow, kamu dapat nilai A bahkan tanpa belajar? Kamu sangat pintar!' dapat menyebabkan kinerja yang kurang baik pada anak kedepannya.

Sebagai strategi pengasuhan alternatif, orangtua didorong untuk memberikan pujian yang berfokus pada upaya yang dikeluarkan anak-anak untuk mengatasi masalah dan tantangan dengan menunjukkan ketabahan, ketekunan, dan tekad.

Dibandingkan hanya memuji hasil yang didapatkan tanpa adanya upaya seperti belajar dan lain-lainnya.

6. Ciptakan Rumah yang Damai dan Penuh Kasih

Studi yang dipublikasikan dalam University of Illinois menemukan bahwa anak-anak yang berada dalam keluarga dengan konflik tinggi cenderung bernasib lebih buruk daripada anak-anak dari orang tua yang rukun.

Hal tersebut lantaran menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan suportif adalah inti dari keturunan yang sehat dan produktif.

Jika kondisi tidak memungkinkan dan Anda harus bertengkar dengan pasangan, maka para ahli menganjurkan untuk mencontohkan perdebatan yang adil, adanya batasan, dan fokus pada rekonsiliasi dan resolusi.

4 dari 4 halaman

7. Jangan Terlalu Keras Maupun Lembut

Studi yang dilakukan oleh Diana Baumrind menemukan perbedaan antara orangtua yang otoriter (keras dan ketat), permisif (terlalu lembut), dan otoritatif (disiplin dan penuh kasih).

Hasilnya, ketika seorang anak mencontoh orangtua mereka yang berwibawa dengan gaya parenting otoritatif, anak dapat belajar keterampilan pengaturan emosi dan pemahaman sosial yang sangat penting untuk kesuksesan.

8. Kurangi Penggunaan Gadget di Depan Anak

Survei oleh Common Sense Media menemukan bahwa 28 persen remaja mengatakan bahwa orangtua mereka kecanduan pada handphone.

Studi terbaru lainnya oleh AVG menemukan bahwa 32 persen anak yang disurvei merasa tidak penting ketika orang tua mereka terganggu oleh ponsel mereka.

Sehingga, penting bagi orangtua untuk mengetahui kapan harus memutuskan hubungan dengan gadget dan fokus pada keluarga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.