Sukses

Imbas Kenaikan Kasus COVID-19 Akibat Omicron Baru, WHO Tidak Melarang 2 Hal Ini

WHO tidak melarang masyarakat untuk bepergian dan bersosialisasi. Hanya saja pihaknya menyarankan untuk tetap melakukannya dengan seaman mungkin.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini, kasus COVID-19 kembali mengalami kenaikan akibat subvarian Omicron baru BA.4 dan BA.5. Tak hanya di Indonesia, penambahan tersebut juga terjadi di negara-negara lainnya.

Merespons hal tersebut, pemimpin teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove pun mengungkapkan bahwa masyarakat sebenarnya masih boleh untuk bepergian atau bersosialisasi.

Hanya saja, penting untuk tetap melakukannya dengan aman agar tidak terinfeksi COVID-19 yang penyebarannya semakin cepat.

"Ketahui apa risiko Anda, di mana Anda tinggal, dan ke mana Anda akan pergi dan mengambil tindakan untuk menurunkan risiko," ujar Maria dalam konferensi pers WHO pada Selasa, 14 Juni 2022.

"Kami tidak mengatakan untuk berhenti bepergian atau berhenti bersosialisasi. Tapi lakukanlah seaman mungkin dengan cara-cara yang memang ada saat ini," sambungnya.

Seperti diketahui, dua varian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah, namun dapat menyebar lebih cepat dari varian sebelumnya.

Namun di sisi lain, testing COVID-19 justru mengalami penurunan di banyak negara. Maria pun merasa geram terkait hal tersebut.

"Virus ini beredar pada tingkat yang cukup intens dalam tiga tahun menjadi pandemi --- dan tanpa testing, tanpa sequencing, tanpa kesehatan masyarakat yang terukur, kita benar-benar bermain api karena kita tahu bahwa virus ini terus berkembang," Maria menegaskan.

Maria mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan 13 persen kasus di Amerika Serikat, 58 persen kasus di wilayah Mediterania Timur, dan 33 persen di Asia Tenggara.

"Jadi, ini (pandemi COVID-19) masih jauh dari selesai," kata Maria.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Angka Kematian Masih Tinggi

Lebih lanjut Maria juga mengingatkan soal angka kematian yang masih tinggi hingga saat ini. Pekan lalu, 8.737 jiwa dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.

"Penting untuk kita tetap mengambil langkah untuk menjaga diri kita agar tetap aman dan mengurangi peredaran virus ini dengan pedoman kesehatan yang sudah terbukti: menjaga jarak dan masker, serta menggunakan tes secara tepat," ujar Maria.

"Kita masih harus bisa melacak virusnya. Kita perlu melacak trennya dalam kelompok beresiko. Kita perlu menelusuri tren Variants of Concern (VoC) yang beredar, Variants of Concern yang juga mungkin muncul," sambungnya.

Maria menuturkan, saat ini Omicron BA.2 masih menjadi varian yang dominan di seluruh dunia. Namun peningkatan kasus Omicron baru yakni BA.4 dan BA.5 juga sedang terjadi.

Dalam kesempatan tersebut, Maria juga menyampaikan bahwa masyarakat sebenarnya masih memiliki sederet upaya yang dapat dilakukan. Vaksinasi COVID-19, misalnya.

"Kabar baiknya vaksin masih terus bekerja, vaksin ini didasari oleh strain utamanya, yang mana secara signifikan dapat mengurangi rawat inap, masuk ke ICU, dan kematian," kata Maria.

Serta, masyarakat juga masih harus terus berjuang untuk melawan COVID-19 bersama-sama dengan banyaknya pilihan untuk dapat melindungi diri. Seperti dengan menggunakan masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, dan tetap melakukan testing.

3 dari 4 halaman

COVID-19 di Indonesia

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memang menjadi penyebab kenaikan kasus di berbagai negara termasuk Indonesia.

Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pada Senin, 13 Juni 2022 lalu.

Menurutnya, banyak yang mengira kenaikan kasus tersebut dipicu oleh libur Lebaran sebelumnya. Padahal, kenaikan kasus harian COVID-19 yang terjadi belakangan sebenarnya disebabkan oleh subvarian Omicron terbaru yakni BA.4 dan BA.5.

"Confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," ujar pria yang akrab disapa BGS tersebut.

Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi di Indonesia sejak akhir Mei di provinsi Bali. Hingga kini, sudah 20 orang terdeteksi dengan dua varian baru Omicron tersebut.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr Mohammad Syahril pun mengungkapkan bahwa 20 orang tersebut telah selesai isolasi mandiri dan telah dinyatakan sembuh.

"Semuanya saat ini sudah selesai isolasi mandirinya dan dinyatakan sembuh. Rata-rata semuanya bergejala ringan," ujar Syahril dalam konferensi pers, Kamis (16/6/2022).

4 dari 4 halaman

Pelonggaran COVID-19 Akan Dievaluasi

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril juga sempat menyebutkan bahwa pelonggaran terkait COVID-19 seperti tidak diharuskan menggunakan masker di luar ruangan juga akan dievaluasi.

"Kelonggaran pemakaian masker di luar ruangan terbuka tapi dengan perbatasan akan tetap dievaluasi. Apabila ada peningkatan kasus yang nanti memang ada kaitannya dengan kenaikan BA.4 atau BA.5, maka kita akan lebih memperketat protokol kesehatan," ujar Syahril dalam konferensi pers pada Jumat, 10 Juni 2022 lalu.

"Karena apa? Protokol kesehatan ini menjadi upaya utama untuk kita semua di samping vaksinasi. Tentu saja kita tidak ingin adanya suatu lonjakan-lonjakan kasus lagi seperti pada halnya Delta dan Omicron sebelumnya," sambungnya.

Sebelumnya, aturan lepas masker juga telah dibuat dengan bersyarat dimana kelompok yang diizinkan untuk lepas masker hanyalah yang sehat dan bukan populasi rentan.

Sehingga menurut Syahril, pengetatan yang dilakukan untuk merespons masuknya Omicron BA.4 dan BA.5 juga sebenarnya bergantung pada masing-masing individu itu sendiri untuk patuh terhadap anjuran yang diberikan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.