Sukses

HEADLINE: Kasus Positif COVID-19 di Indonesia Tembus 1.000, Pengetatan Masker Lagi?

Setelah beberapa bulan di bawah angka seribu, pada Rabu, 15 Juni 2022 kasus harian COVID-19 di Indonesia capai 1.242. Apa ini jadi salah satu alasan kembali mengetatkan penggunaan masker lagi?

Liputan6.com, Jakarta - Angin segar melandainya kasus positif COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir tidak boleh membuat abai. Sepekan terakhir, kasus COVID-19 di Indonesia pelan tapi pasti merangkak naik.

Bila pada bulan April ada di 200-an kasus positif dalam sehari, memasuki Juni 2022, jumlah kasus positif COVID-19 ada di 500-an. Kasus positif sempat beberapa hari bertahan di angka 500-600-an tapi pada Selasa, 14 Juni 2022 terjadi lonjakan siginifikan di angka 930.

Keesokan harinya alias Rabu, 15 Juni 2022, kasus positif sudah melewati angka seribu, tepatnya 1.242 kasus Corona yang dilaporkan dalam sehari.

Banyak kemudian yang bertanya-tanya apakah kenaikan kasus yang sekarang terjadi merupakan hasil dari libur Lebaran kemarin? Pemerintah nyatakan bukan. 

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi kenaikan yang terjadi beberapa waktu terakhir akibat masuknya varian BA.4 dan BA.5. Dua subvarian dari Omicron telah hadir di Indonesia lewat pemeriksaan whole genome sequencing yang keluar hasilnya pada 6 Juni 2022 pada empat orang di Bali,

"Kita confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," kata Budi usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.

Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, adalah negara-negara yang mengalami lonjakan kasus lantaran adanya subvarian tersebut.

Budi juga sudah mengatakan bakal terjadi kenaikan kasus COVID-19 di Tanah Air. Menurutnya, BA.4 dan BA.5 ini memiliki karakter yang menyebar dengan cepat. Namun, angka puncak kasus gelombang BA.4 dan BA.5 diprediksi mencapai 20 ribu kasus per hari.

Prediksi di atas mengacu pada data kenaikan kasus di Afrika Selatan, negara pertama ditemukannya subvarian BA.4 dan BA.5. Di sana, puncak kenaikan kasus akibat BA.4 dan BA.5 hanya sepertiga dari gelombang Delta atau Omicron awal-awal.

"Kalau kita kan pernah 60 ribu sehari saat Omicron, kira-kira nanti estimasi berdasarkan data Afrika Selatan ya mungkin puncaknya ada 20 ribu kasus sehari," kata Budi di Istana Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 16 Juni 2022 di sela-sela Upacara Penyambutan Kenegaraan Presiden Republik Federal Jerman.

Kenaikan kasus akibat dua varian tersebut diprediksi bakal terjadi pada minggu ketiga-keempat Juli 2022 atau sebulan sesudah temuan kasus pertama.

"Jadi, kita percaya bakal ada kenaikan maksimalnya 20 ribu (kasus) per hari sebulan sesudah diidentifikasi," katanya. 

"Kemudian nanti akan turun kembali."

Meski begitu kasus kematian akibat subvarian ini di Afrika Selatan lebih rendah dari Delta dan Omicron terdahulu. Kemungkinan varian ini memiliki karakter serupa di Indonesia.

"Tapi perlu kita lihat fatality rate atau angka kematian jauh lebih rendah sekitar 1 per 12 atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron," katanya.

Kenaikan kasus di RI membuat Budi juga memprediksi level transmisi berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia bakal dinaikkan ke level 2. 

"Di mana level transmisi berdasarkan WHO Indonesia akan naik ke level 2," kata Budi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Menkes: Kita Harus Tetap Waspada

Melihat kemungkinan kasus COVID-19 di RI terus menanjak usai masuknya subvarian BA.4 dan BA.5, Budi mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati.

"Kita harus tetap waspada. Kondisi Indonesia sudah baik sekarang. Indonesia bukan negara agresif yang membuka tapi tetap waspada dan hati-hati," katanya.

"Pesan Pak Presiden ini harus kita laksanakan."

Perihal penggunaan masker, tetap berpedoman pada anjuran sebelumnya yakni boleh melepas masker hanya di luar ruangan (outdoor) yang sepi atau tidak padat orang. 

"Di luar boleh lepas masker tapi begitu masuk ke dalam tetap pakai masker," pesannya. 

Namun, jika di luar ruangan tersebut ramai orang, kata Budi, lalu ada yang batuk-batuk serta merasa diri sedang tidak enak badan ya sebaiknya masker tetap dipakai dengan baik. 

 

3 dari 6 halaman

20 Pasien BA.4 dan BA.5 Sudah Sembuh Semua

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menginformasikan 20 pasien yang terinfeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.2 semuanya sudah sembuh. Dari data 20 orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5, 3 di antaranya adalah anak-anak usia di atas 5 hingga 12 tahun.

“Semuanya saat ini sudah selesai isolasi mandirinya dan dinyatakan sembuh. Rata-rata semuanya bergejala ringan."

"Kecuali satu orang umur 20 tahun perempuan di Jakarta memang ada keluhan sesak napas sehingga dia masuk ke kategori sedang, tapi alhamdulillah hari ini sudah dipulangkan dan sudah sembuh,” kata Syahril dalam konferensi pers FMB9ID_IKP Kamis (16/6/2022).

Syahril juga menyinggung terkait Whole Genome Sequencing (pengurutan gen menyeluruh/WGS). Menurutnya, WGS diambil oleh Kementerian Kesehatan untuk deteksi menyeluruh terutama kepada 5 provinsi yang tingkat kasusnya tinggi.

Kelima provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Whole Genome Sequencing dilakukan untuk memastikan apakah saat ini pasien-pasien sudah subvarian BA.4 dan BA.5 atau masih campuran sehingga kita saat ini masih menunggu rincian hasil pemeriksaan.”

 

4 dari 6 halaman

Upaya Kendalikan Penularan BA.4 dan BA.5

Tiga kasus pertama temuan BA.4 dan BA.5 adalah delegasi dari luar negeri yang menghadiri The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali 23-28 Mei 2022.

Belajar dari temuan tersebut Syahril mengatakan hingga saat ini memang ada kebijakan yang diterapkan untuk pertemuan internasional yakni melakukan tes antigen.

“Untuk pertemuan-pertemuan internasional termasuk di Bali itu dilakukan tes antigen, apabila positif maka dilakukan tes PCR. Nah untuk Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) secara umum itu diimbau adanya peningkatan kewaspadaan di seluruh pintu masuk.”

Strategi lain untuk menghadapi BA.4 dan BA.5 yakni Kemenkes sudah membuat suatu edaran yang dikirim ke seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit untuk mewaspadai potensi lonjakan kasus akibat BA.4 dan BA.5.

Dalam edaran tersebut, dinas kesehatan dan rumah sakit diminta untuk menyiapkan seluruh sumber dayanya untuk memberikan suatu layanan.

“Dari hulu ke hilir sebetulnya sistem sudah terbentuk ya, jadi kita melakukan tracing dan testing kemudian di tingkat rumah sakit dengan pengalaman yang lebih dari 2 tahun ini kita sudah mempunyai kesiapan yang lebih baik.”

“Dari sumber daya manusianya, sarana prasarana, alat medis, alat pelindung diri maupun sistemnya. Jadi mudah-mudahan kita lebih siap apabila terjadi lonjakan kasus lagi.”

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan pemerintah selalu mengamati pola kenaikan kasus yang terjadi di beberapa daerah. Melihat kenaikan kasus yang terjadi, bakal ada regulasi yang atur protokol penyelenggaraan kegiatan-kegiatan besar di Indonesia.

"Dengan banyaknya kegiatan berskala besar di Indonesia, ke depannya pemerintah akan mengatur protokol penyelenggaraan kegiatan-kegiatan berskala besar agar dapat berjalan lancar, aman dan kondusif," kata Wiku via pesan teks ke Liputan6.com.

Pemerintah berharap masyarakat dapat bekerja sama dengan terus melakukan vaksinasi, testing bagi yang merasa bergejala. Lalu, ia juga berharap masyarakat taat protokol kesehatan, khususnya memakai masker.

 

5 dari 6 halaman

Jangan Main-Main Hadapi BA.4 dan BA.5

Kenaikan kasus COVID-19 usai melandainya paparan virus Corona di Tanah Air sedikit banyak membuat masyarakat abai. Bahkan, muncul pada sebagian kalangan tidak takut pada BA.4 dan BA.5, menurut mereka jika pun terinfeksi maka gejalanya akan ringan.

Ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan bahwa anggapan tersebut keliru. Pasalnya, COVID-19 varian atau subvarian apapun jika dibiarkan maka dampaknya terhadap organ tubuh akan serius. Bukan cuma paru saja yang bisa terdampak tapi juga saraf bahkan otak.

“Kalau tubuh terinfeksi secara berulang, dampaknya akan serius pada organ. Semakin ke sini, COVID-19 semakin terbukti dapat memicu dampak serius jangka panjang bukan hanya pada organ paru saja tapi juga organ yang tak diduga sebelumnya seperti otak, saraf, bahkan gangguan pertumbuhan bayi bagi ibu hamil,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Kamis (16/6/2022).

Artinya dampak COVID-19 tidak main-main, lanjut Dicky. Bahkan, COVID-19 pada anak-anak bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit degeneratif di masa depan.

“Dan harus diingat bahwa kemampuan BA.4 dan BA.5 dalam mereinfeksi atau menginfeksi ulang menunjukkan bahwa membiarkan tubuh kembali terinfeksi tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak membuat imunitas menetap.”

Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban pun meminta masyarakat kembali mengetatkan protokol kesehatan saat kasus naik menjadi 930 pada Selasa, 14 Juni 2022.

"Saya tahu beberapa orang jengah dengan COVID-19. Tapi saya harus ingatkan kembali (soal penerapan prokes)," kata Zubairi dalam cuitan di Twitter @ProfesorZubairi.

"Rasanya prokes harus digalakkan lagi - agar kita dapat menekan risiko penularan sebelum telat," kata Zubairi.

6 dari 6 halaman

Kasus Naik Bukan Cuma di RI, WHO: Pandemi Masih Jauh dari Selesai

Pemimpin teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove pun geram karena angka testing COVID-19 mengalami penurunan. Belum lagi kenaikan kasus terjadi di beberapa wilayah termasuk Asia Tenggara. Lalu angka kematian yang masih tinggi terjadi pekan lalu.

"Virus ini beredar pada tingkat yang cukup intens dalam tiga tahun menjadi pandemi," ujar Maria dalam konferensi pers WHO ditulis Kamis, (16/6/2022).

"Dan tanpa testing, tanpa sequencing, tanpa kesehatan masyarakat yang terukur, kita benar-benar bermain api karena kita tahu bahwa virus ini terus berkembang," Maria menegaskan.

Maria mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan 13 persen kasus di Amerika Serikat, 58 persen kasus di wilayah Mediterania Timur, dan 33 persen di Asia Tenggara.

"Jadi, ini masih jauh dari selesai," kata Maria.

Lebih lanjut Maria juga mengingatkan soal angka kematian yang masih tinggi hingga saat ini. Pekan lalu, 8.737 jiwa dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.

"Penting untuk kita tetap mengambil langkah untuk menjaga diri kita agar tetap aman dan mengurangi peredaran virus ini dengan pedoman kesehatan yang sudah terbukti: menjaga jarak dan masker, serta menggunakan tes secara tepat," ujar Maria.

"Kita masih harus bisa melacak virusnya. Kita perlu melacak trennya dalam kelompok beresiko. Kita perlu menelusuri tren Variants of Concern (VoC) yang beredar, Variants of Concern yang juga mungkin muncul," sambungnya.

Meski demikian, Maria Van Kerkhove pun mengungkapkan bahwa masyarakat sebenarnya masih boleh untuk bepergian atau bersosialisasi.

Hanya saja, penting untuk tetap melakukannya dengan aman agar tidak terinfeksi COVID-19 yang penyebarannya semakin cepat.

"Ketahui apa risiko Anda, di mana Anda tinggal, dan ke mana Anda akan pergi dan mengambil tindakan untuk menurunkan risiko," ujar Maria dalam konferensi pers WHO pada Selasa, 14 Juni 2022.

"Kami tidak mengatakan untuk berhenti bepergian atau berhenti bersosialisasi. Tapi lakukanlah seaman mungkin dengan cara-cara yang memang ada saat ini," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.