Sukses

Nama Baru Cacar Monyet Bakal Segera Diumumkan WHO

WHO akan mengumumkan nama baru cacar monyet secepatnya.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan secara resmi mengganti nama penyakit cacar monyet atau monkeypox. Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan stigma atau rasisme terkait virus yang telah menginfeksi lebih dari 1.600 orang di 39 negara.

Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan pada Selasa (14/6) pagi waktu setempat bahwa WHO bersama para mitra dan ahli dari seluruh dunia tengah mengubah nama virus cacar monyet, klad, serta penyebab penyakit tersebut. Tedros juga mengatakan, WHO akan mengumumkan nama baru cacar monyet secepatnya.

Pekan lalu, lebih dari 30 peneliti dunia mengatakan bahwa nama cacar monyet mengandung unsur diskriminasi dan stigma, karenanya penting untuk segera mengubah nama penyakit tersebut. Juru bicara para pakar menjelaskan, nama cacar monyet yang kini digunakan tidak sesuai dengan panduan WHO yang merekomendasikan agar menghindari penggunaan nama wilayah dan hewan untuk menamai suatu penyakit.

Seruan serupa pernah terjadi pada awal pandemi COVID-19. Ketika itu, masyarakat dunia menyebut virus penyebab COVID-19 sebagai virus Wuhan atau virus China. WHO kemudian menamai ulang virus tersebut menjadi SARS-CoV-2.

Saat ini, hewan sesungguhnya yang menjadi sumber penularan cacar monyet tetap belum diketahui. Sementara virus tersebut ditemukan pada varietas mamalia dalam jumlah luas.

Menurut para ilmuwan, dalam konteks wabah global saat ini, terus merujuk dan menamai virus ini dari Afrika bukan hanya dinilai tidak akurat melainkan juga diskriminatif dan memunculkan stigma.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berkonsultasi dengan para ahli

Guna menamai ulang virus cacar monyet secara tepat, WHO berkonsultasi pada para ahli orthopoxvirus, famili virus penyebab monkeypox.

"Menamai penyakit harus dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisasi dampak negatif," ujar juru bicara para ilmuwan melalui keterangan resmi, dilansir Bloomberg.

Penamaan penyakit juga harus menghindari menyinggung budaya, kelompok sosial, regional, nasional, profesional dan etnis tertentu.

Cacar monyet telah menjadi endemik di Afrika barat dan tengah selama beberapa dekade, tetapi kasus terutama dikaitkan dengan limpahan dari hewan, alih-alih penularan dari manusia ke manusia.

Pada wabah yang terjadi di masa lalu di luar negara-negara Afrika, seperti di AS pada tahun 2003, kasus terkait dengan kontak dengan hewan yang membawa virus atau perjalanan ke daerah endemik. Meskipun masih belum jelas bagaimana cacar monyet menginfeksi manusia dalam wabah saat ini, virus telah menyebar melalui kontak dekat dan intim. Hal ini berbeda dari penularan sebelumnya.

3 dari 4 halaman

CDC Keluarkan Peringatan Perjalanan

Pada pekan pertama Juni 2022, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merilis "Peringatan - Tingkat 2" bagi para pelancong untuk "mempraktikkan tindakan pencegahan yang ditingkatkan" karena penyebaran cacar monyet. Pihaknya mengidentifikasi cacar monyet sebagai "penyakit langka yang merupakan sepupu cacar biasa."

Pada peringatannya, melansir CNN, Rabu (8/6/2022), CDC mengatakan bahwa risiko terhadap masyarakat umum rendah. "Tapi, Anda harus segera mencari perawatan medis jika mengalami ruam kulit baru yang tidak dapat dijelaskan (lesi pada bagian tubuh mana pun), dengan atau tanpa demam dan menggigil," pihak CDC menambahkan.

CDC memiliki tiga jenis tingkat yang mungkin dikeluarkan karena kasus telah dilaporkan di lusinan tujuan perjalanan. Levelnya adalah:

  • Watch - Level 1: lakukan tindakan pencegahan biasa,
  • Alert - Level 2: meningkatkan kewaspadaan, dan
  • Warning - Level 3: hindari perjalanan yang tidak penting.

Sekarang, pihaknya tengah menerapkan Level 2 dengan peringatan perjalanan: hindari kontak dekat dengan orang sakit, termasuk mereka yang memiliki lesi kulit atau genital; serta hindari kontak dengan hewan liar yang mati atau hidup. Ini termasuk hewan pengerat seperti tikus dan tupai dan primata bukan manusia, seperti monyet dan kera.

Juga, hindari makan atau menyiapkan daging dari hewan buruan atau menggunakan produk yang berasal dari hewan liar dari Afrika seperti krim, losion, dan bedak; hindari kontak dengan bahan terkontaminasi yang digunakan orang sakit, seperti pakaian, tempat tidur, atau bahan yang digunakan di tempat perawatan kesehatan atau dengan bahan yang bersentuhan dengan hewan terinfeksi.

4 dari 4 halaman

Beda Cacar Monyet dan Cacar

CDC mencatat, "Fitur yang membedakan infeksi cacar monyet dari cacar adalah perkembangan pembengkakan kelenjar getah bening. Selanjutnya, timbul ruam yang meluas di wajah dan tubuh, termasuk di dalam mulut, di telapak tangan, dan telapak kaki.

Ruam ini juga bisa menyebar ke area genital. Pustula yang timbul dan menyakitkan berwarna seperti mutiara dan berisi cairan, sering kali dikelilingi lingkaran merah. Lesi akhirnya berkeropeng dan sembuh selama dua hingga tiga minggu, kata CDC.

Jika Anda sakit, CDC mengatakan, pertama-tama hindari kontak dengan orang lain. Saran lainnya, "Jika memungkinkan, telepon dulu sebelum pergi ke fasilitas kesehatan. Jika tidak dapat menelepon dulu, beri tahu anggota staf segera setelah Anda tiba bahwa Anda khawatir telah tertular cacar monyet."

CDC mengatakan, Anda harus memberi tahu dokter jika melakukan hal-hal berikut di bulan sebelum mengembangkan gejala, yakni Anda melakukan kontak dengan orang yang mungkin terkena cacar monyet, serta Anda adalah pria yang pernah melakukan kontak intim (termasuk seks) dengan pria lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.