Sukses

Studi: Vaksinasi Saat Hamil Kurangi Risiko COVID-19 pada Bayi

Penelitian di Norwegia menemukan bahwa vaksinasi COVID-19 selama kehamilan dapat menurunkan risiko infeksi virus Corona pada bayi baru lahir.

Liputan6.com, Jakarta Penelitian di Norwegia menemukan bahwa vaksinasi COVID-19 selama kehamilan dapat menurunkan risiko infeksi virus Corona pada bayi baru lahir.

Peneliti Norwegia melacak 9.739 bayi yang ibunya menerima dosis kedua atau ketiga vaksin COVID-19 dari Pfizer-BioNTech atau Moderna saat hamil. Serta 11.904 bayi yang ibunya tidak divaksinasi sebelum atau selama kehamilan. Secara keseluruhan, infeksi COVID jarang terjadi pada bayi yang ibunya divaksinasi saat hamil.

Hasil juga menunjukkan risiko tes PCR positif COVID-19 selama empat bulan pertama kehidupan 71 persen lebih rendah selama era Delta dan 33 persen lebih rendah ketika Omicron mendominasi. Ini ditemukan pula pada kelompok bayi yang ibunya divaksinasi selama kehamilan dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak divaksinasi.

"Masih ada efek perlindungan dari antibodi setelah empat bulan pertama, tetapi kemungkinan ada perbedaan di setiap individu," kata Dr Ellen Oen Carlsen dari Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia mengutip CNA, Sabtu (4/6/2022).

Ellen menambahkan, Bayi mendapat jenis antibodi lain dari ASI sehingga temuan di atas bisa disebabkan dua faktor. Yakni sebagai hasil dari menyusu atau karena ibu yang divaksinasi lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan COVID-19 dan menginfeksi bayi mereka.

Bayi dari wanita yang menerima suntikan booster selama kehamilan memiliki risiko COVID-19 yang bahkan lebih rendah daripada wanita yang hanya menerima rejimen dua suntikan.

"Ini bisa berarti bahwa wanita yang divaksinasi sebelum kehamilan dengan dua dosis harus mempertimbangkan untuk menerima dosis booster selama bagian terakhir kehamilan," kata Ellen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengurangi Risiko Long COVID

Di sisi lain, vaksin juga diyakini dapat menurunkan risiko long COVID pada masyarakat yang sudah mendapatkan suntikan ketimbang yang belum disuntik meski penurunannya tidak banyak.

Para peneliti membandingkan hasil di antara hampir 34.000 orang yang mengalami infeksi SARS-CoV-2 setelah menerima vaksin dari Johnson & Johnson, Pfizer-BioNTech atau Moderna, dan lebih dari 113.000 pasien yang tidak divaksinasi.

Studi yang dilakukan ketika varian Delta dominan dan diterbitkan di Nature Medicine menemukan, vaksinasi mengurangi kemungkinan long COVID setelah infeksi hanya sekitar 15 persen. Tidak ada perbedaan jenis atau tingkat keparahan gejala long COVID antara pasien yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi.

Para peneliti juga membandingkan pasien yang dirawat di rumah sakit akibat COVID dengan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan influenza musiman.

"Pasien SARS-CoV-2 dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi daripada flu," kata pemimpin studi Dr. Ziyad Al-Aly dari VA St Louis Health Care System dalam sebuah tweet.

"Temuan ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada vaksin sebagai satu-satunya garis pertahanan bukanlah strategi yang optimal," katanya mengutip CNA.

3 dari 4 halaman

Penelitian Sebelumnya

Sebelumnya, sebuah studi yang dilakukan Northwestern Medicine menyatakan hasil serupa. Studi ini menemukan bahwa vaksin COVID-19 selain aman untuk wanita hamil, juga dapat menularkan antibodi pelindung kepada bayi mereka.

Studi tentang manfaat vaksin COVID-19 bagi ibu hamil tersebut baru diterbitkan pada 1 April 2021 melalui The American Journal of Obstetrics and Gynecology.

"Ini adalah cara yang sangat bagus untuk melindungi bayi Anda secara pasif karena, sayangnya, virus ini tidak akan hilang dalam waktu dekat," kata penulis senior Dr. Emily Miller, sekaligus merupakan asisten profesor obstetri dan ginekologi di Northwestern University, seperti dilansir dari Fox10Phoenix.

Studi tersebut mengambil sampel sebanyak 27 wanita hamil yang telah menerima vaksin Pfizer atau Moderna pada trimester ketiga mereka, serta darah tali pusat dari 28 bayi mereka yang baru lahir.

Hasil studi menemukan para wanita tersebut menunjukkan respons kekebalan yang kuat setelah vaksinasi, sekaligus menunjukkan bahwa vaksin akan melindungi wanita hamil dari COVID-19.

4 dari 4 halaman

Transfer Antibodi

Bagi kebanyakan pasien, antara vaksinasi dan persalinan lebih banyak dikaitkan dengan transfer antibodi COVID yang lebih efektif ke bayi.

Dari total sampel tersebut, hanya tiga bayi baru lahir yang tidak memiliki antibodi positif saat lahir dan itu terjadi pada ibu yang baru menerima vaksin pertama kurang dari tiga minggu sebelum tanggal persalinan.

Sedangkan para ibu yang menerima dosis vaksin COVID-19 kedua sebelum persalinan juga menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mentransfer antibodi kepada anaknya.

"Kami sangat menyarankan agar mendapatkan vaksin saat hamil. Tetapi jika Anda takut vaksinasi dapat membahayakan bayi, data ini justru memberi tahu kami sebaliknya. Vaksin adalah mekanisme untuk melindungi bayi Anda, dan semakin cepat Anda mendapatkannya, semakin baik."

Namun karena vaksin baru tersedia sejak Desember 2020, sehingga tidak ada cukup waktu untuk mengumpulkan data tentang bagaimana vaksinasi trimester pertama atau trimester kedua akan memengaruhi ibu dan anak. Dan terlalu dini untuk mengetahui berapa lama antibodi tersebut akan bertahan, tulis peneliti.

Miller berhipotesis bahwa itu akan mengarah pada transfer antibodi yang lebih efisien.

Vaksin COVID-19 saat itu juga hanya terbatas pada petugas kesehatan dan lansia. Sehingga sebagian besar peserta wanita hamil yang berpartisipasi dalam penelitian ini bekerja di bidang medis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.