Sukses

Menkes Budi Ungkap Penyebab Banyak Vaksin COVID-19 Kedaluwarsa

Penyebab banyaknya vaksin COVID-19 yang sudah melewati batas kedaluwarsa.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin membeberkan penyebab di balik banyaknya vaksin COVID-19 yang sudah melewati batas kedaluwarsa (expired). Vaksin yang sudah kedaluwarsa ini pun memenuhi lemari pendingin dan gudang penyimpanan vaksin di daerah-daerah.

"Adanya vaksin-vaksin expired itu dua hal penyebabnya. Yang pertama, sebagian besar expired adalah vaksin-vaksin donasi. Kenapa vaksin donasi itu expired?" ungkap Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta pada Selasa, 31 Mei 2022.

"Karena vaksin donasi, umumnya adalah vaksin-vaksin COVID-19 stok lama di negara-negara maju. Jadi, negara-negara maju pada saat vaksinasi tersedia, dia belinya duluan, karena mereka memiliki akses dan uang untuk ke sana. Lalu, disimpen tuh, jadi stoknya banyak."

Selanjutnya, begitu negara maju yang bersangkutan mulai melakukan vaksinasi COVID-19 terhadap rakyatnya, stok vaksin ternyata berlebih. Negara maju akhirnya mendonasikan vaksin COVID-19 kepada negara lain yang membutuhkan, seperti Indonesia.

"Begitu dia (negara maju) suntikan kan (vaksinasi COVID-19) enggak semuanya habis. Mereka sadar, 'Waduh ini stok saya masih banyak, sebentar lagi kedaluwarsa.' Sehingga inilah yang didonasikan," tutur Budi Gunadi.

"Hampir semua vaksin donasi itu expired date-nya (tanggal kedaluwarsa) pendek. Yang terjadi di dunia adalah vaksin-vaksin ini didonasikan ke negara-negara Afrika dahulu, karena ini yang memang paling membutuhkan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laju Suntikan di Afrika Rendah

Ketika negara maju memberikan hibah vaksin COVID-19 ke Afrika, rupanya vaksin tersebut juga banyak yang menjadi kedaluwarsa. Sebab, laju vaksinasi di Afrika rendah.

"Mereka sadar bahwa negara-negara di Afrika itu laju suntiknya pelan sehingga banyak sekali (vaksin COVID-19) yang expired dan tetap expired. Mereka kemudian geser (pemberian hibah), lihatlah Indonesia ini vaksinasinya cepat sekali," Budi Gunadi Sadikin melanjutkan.

"Waktu itu puncaknya sempet dua setengah juta perhari hingga (vaksin hibah) dialihkan ke kita. Kalau kita lihat rata-rata expired dat pendek antara 1 sampai 3 bulan, tapi karena waktu di awal tahun, kita merasa butuh dan ini gratis pastinya bagus-bagus, kenapa tidak kita terima."

Vaksin COVID-19 hibah ini pun yang sekarang disuntikkan ke rakyat Indonesia.

"Itu penyebabnya, memang kenapa expired? Karena fase jangka waktu expired-nya sudah tinggal 1 sampai 3 bulan, terutama vaksin-vaksin donasi," kata Menkes Budi Gunadi.

3 dari 4 halaman

Perlambatan Laju Vaksinasi COVID-19

Penyebab kedua banyak vaksin COVID-19 kedaluwarsa, menurut Budi Gunadi Sadikin, karena terjadi perlambatan dan penurunan dari laju vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Apalagi sudah banyak masyarakat yang disuntik dosis pertama dan kedua.

"Di awal, kita sempat memperkirakan vaksinasi dosis lengkap sudah mencapai 90 persen dari target dan sebuah 70 persen dari populasi, sedangkan yang booster 80 persen," terangnya.

"Tapi realitasnya kita lihat juga di negara-negara maju lainnya, kalau sudah dapet (cakupan vaksinasi COVID-19) 70 persen dari populasi itu biasanya stagnan dan boosternya juga negara maju malah 40 persen."

Pada rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin, Menkes Budi Gunadi juga menyampaikan, cakupan booster secara realistis dapat dicapai dengan cakupan 50 persen.

"Tadi kami juga diskusi dengan Bapak Presiden, target (vaksinasi COVID-19) yang lebih realistis adalah 70 persen dari populasi yang dapat dosis lengkap dan booster 50 persen," imbuhnya.

"Dengan adanya penurunan (laju vaksinasi) ini menjadi kebutuhan vaksinnya juga jadi lebih sedikit."

4 dari 4 halaman

Tetap Vaksinasi Lengkap dan Booster

Perkembangan program vaksinasi COVID-19 nasional per 1 Juni 2022, penerima vaksin dosis 1 bertambah 60.417 sehingga totalnya sudah melebihi angka 200 juta atau tepatnya 200.327.825 orang. Penerima vaksinasi dosis 2 bertambah 86.435 dengan totalnya melebihi 167 juta atau tepatnya 167.507.425 orang.

Vaksinasi dosis 3 atau booster bertambah 261.972 dengan totalnya melebihi 45 juta atau 45.934.944 orang. Target sasaran vaksinasi berada di angka 208.265.397 orang.

Jokowi turut menekankan masyarakat segera vaksinasi COVID-19 lengkap dan booster. Upaya ini demi mencegah penularan virus Corona di tengah kasus COVID-19 nasional yang melandai.

"Alhamdulillah, saat ini kondisi pandemi COVID-19 sudah melandai. Aktivitas masyarakat sudah mulai kembali normal, ekonomi masyarakat sudah mulai bergerak kembali. Tentunya, semua ini berkat keberhasilan kita semua mengendalikan pandemi COVID-19 dengan baik," katanya dalam Pernyataan Presiden RI terkait Vaksinasi COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta pada Senin, 30 Mei 2022.

"Namun, ingat kita semua tidak boleh lengah momentum pemulihan ini harus kita jaga. Untuk itu, saya meminta masyarakat agar tetap melakukan vaksinasi COVID-19 secara lengkap dua dosis, ditambah vaksinasi booster untuk mencegah penularan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.