Sukses

Tetap Pakai Masker di Luar Ruangan, Dokter: Biar Saja kalau Dibilang Kuper

Masker adalah salah satu upaya melindungi diri dari penyakit selama pandemi COVID-19. Jadi, meski sudah ada pelonggaran bila tetap ingin pakai masker ya tidak ada salahnya.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melonggarkan aturan protokol kesehatan dengan membolehkan melepaskan masker saat berada di luar ruangan di tengah kasus COVID-19 dalam negeri mulai terkendali. Meski begitu, bila Anda merasa lebih aman dan nyaman tetap memakai masker baik saat di dalam dan luar ruangan ya boleh-boleh saja.

"Meski ada pelonggaran tidak harus buka masker saat di luar ruangan. Itu kan opsional. Anda boleh tidak pakai masker saat di luar ruangan tapi kalau pakai ya tidak ada salahnya," kata dokter spesialis penyakit dalam yang juga vaksinolog Dirga Rambe Sakti.

Dirga mengingatkan bahwa pakai masker baik di dalam dan luar ruangan itu berfungsi melindungi diri dari penyakit yang menular lewat saluran pernapasan. Jadi, ada banyak keuntungan tetap memakai masker. Memakai masker bukan hanya melindungi dari COVID-19 tapi juga common cold dan influenza.

"Ini kan pakai masker merupakan cara kita melindungi diri dari penyakit," kata Dirga dalam Virtual Class Dilema Buka Masker: COVID-19 Menjauh, Penyakit Lain Menghantui pada Senin, 30 Mei 2022.

Dengan modal pengetahuan itu, Dirga menyarankan agar tak usah mempedulikan pendapat orang lain ketika Anda tetap nyaman memakai masker ketika di luar ruangan.

"Kalau tetap pakai masker lalu dibilang kuper (kurang pergaulan)-lah, atau terlalu takut, biarkan saja. Pakai masker adalah cara melindungi diri, apalagi kalau sedang batuk dan pilek atau tidak enak badan ya harus pakai masker," kata Dirga.

Secara pribadi, Dirga tetap memilih memakai masker ketika berada di luar ruangan dan ada orang lain. Bila memang benar-benar tidak ada orang ia baru melepas masker.

"Saya pribadi tetap pakai masker kalau outdoor ada orang, bicara sama orang. Kecuali kalau tidak ada orang sama sekali, baru saya lepas masker," kata dokter yang sehari-hari praktik di RS EMC Pulomas Jakarta ini.

Dirga juga mengatakan sebelum pandemi sebenarnya orang di Asia seperti Indonesia, China, Jepang, dan Korea Selatan yang memiliki kebiasaan memakai masker. Berbeda halnya dengan orang-orang di negara Barat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jangan Kebablasan Lepas Masker

Dirga juga mengingatkan bagi yang sudah melepas masker pastikan hanya ketika di luar ruangan dengan kondisi tidak ramai. 

"Jangan kebablasan saat indoor dan outdoor lepas masker. Saat ini yang boleh itu ketika di luar ruangan dan tidak ada kerumunan," kata Dirga.

Dirga yakin nanti suatu saat pelonggaran protokol kesehatan bakal hadir ketika kondisi COVID-19 makin terkendali. Namun, untuk saat ini yang diperkenankan baru melepas masker di luar ruangan.

"Pelonggaran ini memang perlahan-lahan supaya nanti smooth ya transisi ke endemi COVID-19. Tidak ada ledakan kasus," kata Dirga.

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan juga aturan kembali diperketat seperti yang terjadi di Amerika Serikat.

"Aturan saat pandemi memang dinamis ya. Seperti di Amerika Serikat terjadi ledakan kasus sehingga di beberapa wilayah kembali diberlakukan kebijakan memakai masker," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Kasus COVID-19 Terkendali Ayo Tetap Vaksin

Di tengah kasus COVID-19 nasional yang terkendali tapi vaksinasi harus jalan terus. Vaksinolog pertama di RI ini juga mengingatkan agar bagi yang belum mendapatkan vaksin dosis lengkap dan booster segera mendapatkannya.

"Bukan tidak mungkin nanti ada lonjakan kasus karena ada kegiatan atau event tertentu. Kalau sudah divaksinasi tentu sudah memiliki perlindungan dari virus," katanya.

Dirga menyebut pekerjaan rumah Indonesia untuk mencapai target 70 persen masyarakat divaksinasi pada Juni 2022 masih banyak. Hal ini mengacu baru sekitar 60-an persen orang dari target yang sudah divaksinasi COVID-19 dosis lengkap. Per hari ini sudah 167.330.132 yang menerima suntikan dosis lengkap.

Bila semakin tinggi cakupan vaksinasi maka ketika ada lonjakan kasus atau varian baru virus SARS-CoV-2 tidak sampai menyebabkan banyak orang masuk rumah sakit dan banyak nyawa melayang, kata Dirga.

 "Jadi, ayo lengkapi vaksinasi terutama yang lanjut usia dan punya penyakit komorbid," kata vaksinolog pertama di RI ini.

4 dari 4 halaman

Manfaat Vaksinasi Booster

Vaksinasi dosis ketiga atau booster diperlukan untuk menambah imunitas tubuh terhadap SARS-CoV-2 yang sudah menurun. Menurut studi bila sudah mendapatkan vaksinasi risiko meninggal dan tingkat masuk rumah sakit jadi menurun.

Dalam pengalaman praktik sehari-hari, Dirga menemukan pasien yang sudah mendapatkan vaksinasi booster ketika terinfeksi SARS-CoV-2 cenderung ringan seperti sakit pilek.

"Saya sebagai dokter penyakit dalam ketika ada pasien yang sudah dapat booster ketika kena itu seperti batuk pilek biasa. Nah, dengan kondisi terkendali ini menunjukkan betapa pentingnya mengejar cakupan vaksinasi."

Per hari ini sudah 45.412.157 juta orang di Indonesia yang mendapatkan vaksinasi dosis ketiga.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini