Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Data di AS Ungkap Makin Banyak Pasangan Malas Bercinta, Pakar: Kurang Seks Bukan Berarti Tak Puas

Sebuah survei sosial umum (The General Social Survey) pada 2021 di AS mencatat jumlah penurunan hubungan seks pada pasangan.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah survei sosial umum (The General Social Survey) pada 2021 di AS mencatat jumlah penurunan hubungan seks pada pasangan.

Para responden mengatakan, mereka bahkan tidak melakukan hubungan seks satu kali pun selama 12 bulan terakhir.

Penurunan aktivitas seksual pada dewasa Amerika bukanlah sesuatu yang baru, dan merupakan bagian dari tren penurunan yang nyata.

Dikutip ABCNews4, sebagian besar survei yang dilakukan pada tahun 1990-an menunjukkan sekitar 17 hingga 18 persen yang melaporkan bahwa mereka tidak berhubungan seks dalam setahun, dan sebagian besar survei yang dilakukan pada tahun 2000-an berkisar mendekati 20 persen.

Hasil survei menunjukkan peningkatan jumlah orang dewasa Amerika yang mengatakan mereka tidak berhubungan seks dalam setahun hampir 10 persen dari 1989 hingga 2021, tetapi 6 persen dari lompatan itu terjadi hanya dalam 11 tahun terakhir, mulai 2010.

Data ini muncul ketika Pew Research Center melaporkan bahwa orang Amerika juga berada di level terendah 30 tahun untuk hidup tanpa pasangan atau pasangan.

Hanya 62 persen orang Amerika berusia 25 hingga 54 saat ini tinggal dengan pasangan atau sudah menikah, menurut sebuah studi Pew Research Center. 

The General Social Survey (GSS) mengatakan itu adalah survei perwakilan nasional orang dewasa di Amerika Serikat yang telah dilakukan secara teratur sejak 1972.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa penyebabnya?

Dokter urologi dan pendidik seks Dr. Rena Malik membahas hal tersebut dalam videonya yang baru ia unggah di saluran YouTube-nya. Ia mengatakan bahwa hasilnya tidak sesederhana bahwa orang-orang kini kurang berhubungan seks.

"Secara khusus yang mereka temukan adalah orang-orang yang paling banyak mengalami penurunan yaitu orang-orang berusia paruh baya yang memiliki anak usia sekolah," kata Malik. Menurutnya, itu masuk akal mengingat orang yang punya anak akan disibukkan dalam mengurus anak, ditambah mereka memiliki pekerjaan, termasuk mengatur rumah tangga. "Jadi untuk sekedar meluangkan waktu untuk keintiman, bagi sebagian orang bisa melelahkan," tambahnya.

Ia melanjutkan kalau dirinya mengakui akan semakin sedikit orang yang memiliki anak di kemudian hari. Itu artinya, saat anak-anak mereka sudah mandiri, orang tua mungkin berada dalam fase dorongan seks menurun terkait seiring bertambahnya usia.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini termasuk beberapa orang yang tidak memiliki pasangan jangka panjang, dan orang-orang yang memiliki pasangan jangka panjang masih belum tentu berhubungan seks.

Malik berspekulasi bahwa ini karena pergeseran budaya dan teknologi sejak tahun 1999: ada lebih banyak pilihan hiburan di luar sana sekarang daripada 20 tahun yang lalu. "Juga, ada penurunan kebahagiaan dan peningkatan depresi," tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Ada fakta menarik

Menariknya, sementara penelitian di negara lain seperti Inggris dan Australia juga menemukan bahwa frekuensi seks tampaknya menurun, orang-orang juga tampaknya memperluas "repertoar seksual" mereka dengan mainan seks dan masturbasi agar merasa terpenuhi tanpa perlu seks. mitra.

Dan itu bukan hanya orang dewasa. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa semakin banyak remaja yang tidak terlibat dalam aktivitas seksual apa pun. Ini bisa jadi sebagian karena kemudahan akses ke konten seksual online, serta pandangan yang berkembang tentang seksualitas dan gender di antara orang-orang muda (misalnya, sekarang kurang anomali bagi seseorang untuk diidentifikasi sebagai aseksual).

Malik mencatat peningkatan kesadaran tentang konsekuensi seks akhir-akhir ini, seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual, serta dampak emosional dan psikologis yang dapat ditimbulkannya. Sehingga akhirnya, secara praktis ada masalah ekonomi: lebih sedikit orang yang mampu membeli tempat tinggal mereka sendiri, dan tinggal bersama orang tua, keluarga, atau teman sekamar mereka lebih lama.

"Hal besar yang perlu dipikirkan di sini adalah, apakah kurang seks berarti mereka tidak puas? Belum tentu," kata Malik.

"Ya, mereka mungkin berhubungan seks lebih sedikit. Apakah itu berarti menurunkan tingkat kelahiran, atau memiliki populasi yang kurang? Itu belum terlihat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.