Sukses

[Kolom Pakar] Almira Dwianov S.Gz: Sukun, Pangan Lokal Pengganti Karbohidrat untuk Pengidap Diabetes

Buah sukun sebagia pangan lokal pengganti karbohidrat untuk pasien diabetes

Liputan6.com, Jakarta - Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin --- hormon yang mengatur gula darah atau glukosa --- atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95 persen.

Di Indonesia angka kejadian DM terjadi peningkatan dari 1,1 persen pada 2007 meningkat menjadi 2,1 persen pada 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi dua persen.

Prevalensi Diabetes Melitus

Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15 tahun yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9 persen. Sedangkan prevalensi DM tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4 persen.

Prevalensi DM semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018 sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5 persen.

Sedangkan provinsi dengan prevalensi DM tertinggi semua umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di DKI Jakarta dan terendah di NTT.

Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus (DM) menurut pedoman American Diabetes Association (ADA) 2011 dan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011 yaitu Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta, Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl, Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

Sedangkan kriteria diagnosis DM menurut konsensus PERKENI 2015 yaitu Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Puasa Adalah

Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal delapan jam atau pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl dua jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Penanganan yang tepat terhadap penyakit diabetes mellitus sangat diperlukan. Pada prinsipnya ada dua macam penatalaksaanaan yang biasa dilakukan untuk mencegah komplikasi diabetes mellitus, yaitu terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi.

Terapi famakologi yang dilakukan yaitu memberikan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan Insulin. Sedangkan terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan pengaturan diet, berolahraga, dan berhenti merokok.

Pengobatan non-farmakologi untuk pencegahan komplikasi dan pengelolaan penderita DM difokuskan pada pola makan yang didasarkan pada gaya hidup dan kebiasaan makan, status nutrisi, dan faktor khusus lain yang perlu diberikan prioritas.

Pengidap DM dianjurkan untuk untuk memerhatikan asupan karbohidat, protein, lemak dan serat karena penting artinya dalam pengendalian kadar glukosa darah. Akan tetapi, pasien diabetes mellitus yang sudah menjalankan program diet ternyata ada yang tetap belum mampu mengendalikan glukosa darah dengan baik sehingga kadar hariannya tetap tinggi.

Penyebabnya adalah kurangnya asupan sumber serat dan antioksidan.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Sukun untuk Pengidap Diabetes

Sukun atau Artocarpus altilis merupakan salah satu species anggota famili Moraceae (Ara-araan) yang telah dimanfaatkan oleh berbagai masyarakat lokal di Indonesia. Bahkan, di daerah Fiji, Tahiti, Hawai, Samoa, dan Kepulauan Sangir Talaud, buah sukun dimanfaatkan sebagai makanan tradisional dan makanan ringan.

Buah sukun di ranah internasional dikenal dengan sebutan bread fruit atau buah roti disebabkan kelezatannya sebagai buah, tapi juga memiliki kandungan karbohidrat yang tidak kalah dari beras, gandum dan jagung.

Sukun merupakan tumbuhan multifungsi karena digunakan sebagai sumber bahan pangan alternatif.

Buah sukun merupakan salah satu sumber pangan dengan kandungan utama berupa karbohidrat.

Menurut penelitian berbagai kultivar sukun mengandung total asam amino esensial dan protein yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pokok seperti jagung, gandum, beras, kedelai, kentang, dan kacang polong.

Buah sukun memiliki kandungan nutrisi yang tinggi di antaranya karbohidrat 28,2 persen, protein 3,8 - 5,0 gram, serat 4,9 gram dan 227 kalori per 100 gram buah sukun.

Buah sukun memiliki nilai energi antara 470-670 kJ per 100 gram.

Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi.

Kandungan zat gizi pada buah sukun tergantung dari umur buah sukun atau tingkat kematangan buah sukun. Kandungan gizi buah sukun muda berbeda dengan kandungan gizi buah sukun yang sudah masak.

Pada kulit kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5 persen, protein 0,1 persen, lemak 0,2 persen, abu 1,21 persen, fosfor 35,5 persen, protein 0,1 persen, lemak 0,2 persen, abu 1,21 persen, fosfor 0,048 persen, kalsium 0,21 persen, besi 0,0026 persen, kadar air 61,8 persen, dan serat 2 persen.

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A, B komplek dan vitamin C. Kandungan mineral kalsium dan fofor pada buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar.

Manfaat buah sukun antara lain :

1. Menangkal Radikal Bebas

Khasiat pertama sukun adalah dihilangkannya radikal bebas. Karena sukun mengandung flavonoid yang memiliki sifat antioksidan.

2. Menurunkan Kadar Kolesterol

Kandungan serat dalam buah sukun dapat menurunkan kolesterol jahat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke.

3. Menurunkan Kadar Gula Darah

Berdasarkan suatu penelitian diketahui bahwa buah sukun dapat menurunkan kadar gula darah dan mencegahnya tetap stabil. Selain itu, buah sukun juga memiliki indeks glikemik rendah, yaitu 23 – 60.

Pada pengidap diabetes, dimasukkannya sukun dalam daftar menu harian sangat dianjurkan. Sukun mengandung serat yang berfungsi untuk mencegah produksi gula darah yang berlebihan.

4. Memenuhi Kebutuhan Diet Bebas Gluten

Buah sukun cocok untuk dijadikan alternatif bahan makanan bagi orang yang menghindari asupan gluten. Hal ini karena buah sukun tidak mengandung gluten, sehingga cocok untuk orang yang sensitif terhadap kandungan tersebut, misalnya penderita penyakit celiac.

5. Mengurangi Peradangan

Penelitian menunjukkan bahwa kandungan antioksidan pada buah sukun dapat mengurangi aktivitas sel-sel tubuh yang berperan dalam proses peradangan. Selain itu, ekstrak daun buah sukun juga efektif mengurangi pembengkakan yang terjadi akibat peradangan.

6. Melindungi Kesehatan Jantung

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa manfaat buah sukun dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Hal ini diduga berasal dari kandungan antioksidan pada buah sukun yang dapat mengurangi kolesterol jahat dalam darah, mencegah penyumbatan di pembuluh darah jantung, dan menurunkan tekanan darah.

7. Meningkatkan Kesehatan Mata

Manfaat buah sukun berikutnya adalah menjaga kesehatan mata karena kandungan karotenoid di dalamnya. Makanan kaya akan karotenoid, seperti buah sukun, dianggap bisa melindungi sel-sel sehat pada mata dan mencegah degenerasi makula, yaitu salah satu penyebab utama kebutaan.

Perencanaan makan adalah salah satu pilar utama untuk penanganan Diabetes Mellitus agar dapat mengontrol kadar gula darah.

Sukun merupakan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks yang dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.

Namun, konsumsi sukun terlalu banyak juga dapat menimbulkan efek samping seperti menurunkan tekanan darah dan ganggian ginjal pada penderita penyakit ginjal.

Perlu diingat pola makanan pada penyakit Diabetes Mellitus bukan hanya dari jenis makanan tapi pengaturan makanan yang perbedoman dengan prinsip 3 J (jumlah, jadwal, jenis).

Konsultasikan masalah anda untuk pengaturan diet yang tepat dengan Dietisien di Fasilitas Kesehatan terdekat.

Penulis :

Almira Dwianov Tarmizah, S.Gz

Ahli Gizi - Rs Sari Asih Ciledug dan Mahasiswa Profesi Dietisien Universitas Esa Unggul 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.