Sukses

Penyakit Kuning Tak Melulu Disebabkan Hepatitis Akut, Bisa Juga Atresia Bilier

Penyakit kuning atau jaundice adalah salah satu gejala hepatitis akut atau acute hepatitis of unknown aetiology . Namun, timbulnya gejala ini tak melulu mengindikasikan bahwa anak terkena penyakit yang masih misterius itu.

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit kuning atau jaundice adalah salah satu gejala hepatitis akut atau acute hepatitis of unknown aetiology. Namun, timbulnya gejala ini tak melulu mengindikasikan bahwa anak terkena penyakit yang masih misterius itu.

Penyakit lain yang dapat menimbulkan gejala kuning pada mata dan kulit adalah atresia bilier. Melansir Webmd, atresia bilier adalah penyakit langka pada saluran empedu yang hanya menyerang bayi.

Jika bayi mengidap atresia bilier, salah satu hal pertama yang akan terlihat adalah kulit dan bagian putih matanya menguning. Ini disebut penyakit kuning. Penyakit kuning sangat umum terjadi pada bayi, terutama pada mereka yang lahir sebelum 38 minggu, tetapi biasanya akan hilang dalam 2 hingga 3 minggu.

“Penyakit kuning yang disebabkan oleh atresia bilier berlangsung lebih lama dari itu,” mengutip Webmd, Selasa (17/5/2022).

Gejala lain yang bisa terlihat adalah perut membengkak, bayi akan memiliki tinja berwarna abu-abu atau putih, dan air kencing mereka akan berwarna gelap. Feses berwarna keputihan dan urine gelap juga merupakan gejala dari hepatitis akut.

Ini terjadi karena hati mereka tidak dapat memroses bilirubin - zat coklat kemerahan yang dibuat ketika sel darah merah rusak. Itulah yang membuat kotoran berwarna cokelat.

“Beberapa bayi yang terkena atresia bilier juga mungkin sering mimisan atau gatal-gatal.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenal Atresia Bilier

Atresia bilier adalah salah satu jenis kelainan yang terjadi pada saluran metabolisme pada bayi baru lahir. Penyakit yang merupakan gangguan hati ini sifatnya kronis, progresif, dan baru diketahui ketika bayi sudah lahir.

Beberapa bayi mendapatkan penyakit ini sejak dalam rahim. Tetapi paling sering, gejala muncul antara 2 dan 4 minggu setelah lahir.

Atresia bilier memiliki kaitan erat dengan saluran empedu. Ini adalah jalur yang membawa cairan pencernaan yang disebut empedu dari hati ke usus kecil. Sesampai di sana, empedu memecah lemak dan menyerap vitamin. Kemudian menyaring limbah dari tubuh.

Dengan atresia bilier, saluran ini membengkak dan tersumbat. Empedu terperangkap di hati, dan bisa mulai menghancurkan sel. Seiring waktu, hati bisa terluka -- suatu kondisi yang disebut sirosis. Setelah ini terjadi, empedu tidak dapat menyaring racun sebagaimana mestinya.

Dalam organ hati terdapat saluran empedu yang mengalirkan cairan empedu yang diproduksi dari hati ke usus dan ginjal. Cairan empedu tersebut membawa produk sisa metabolisme dan akan dikeluarkan dari tubuh melalui usus dan ginjal.

3 dari 4 halaman

Penyebab dan Diagnosa

Terkait penyebabnya, dokter percaya beberapa hal dapat memicu atresia bilier, termasuk:

-Perubahan gen

-Masalah dengan sistem kekebalan tubuh

-Masalah dengan cara hati atau saluran empedu berkembang di dalam rahim

-Zat beracun

-Infeksi virus atau bakteri setelah lahir.

Atresia bilier tidak diturunkan dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya, dan bayi tidak dapat tertular dari orang lain.

Anak perempuan yang lahir prematur adalah yang paling berisiko. Begitu juga bayi Asia dan Afrika-Amerika.

Banyak kondisi hati memiliki gejala yang sama dengan atresia bilier. Untuk memastikan mereka menemukan penyebab yang tepat, dokter anak dapat menguji darah anak untuk mengetahui kadar bilirubin. Mereka juga dapat melakukan beberapa atau semua hal berikut:

-Sinar-X: Sejumlah kecil radiasi menciptakan gambar yang direkam pada film atau komputer. Ini memeriksa hati dan limpa yang membesar.

-Ultrasound: Gelombang suara frekuensi tinggi menunjukkan gambar detail organ mereka.

-Pemindaian hati: Sinar-X khusus menggunakan bahan kimia untuk membuat gambar hati dan saluran empedu. Ini dapat menunjukkan jika dan di mana aliran empedu tersumbat.

-Biopsi hati: Dokter mereka akan mengambil sampel kecil jaringan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Ini dapat menunjukkan apakah kemungkinan mereka memiliki atresia bilier dan membantu menyingkirkan masalah hati lainnya seperti hepatitis.

-Operasi diagnostik: Mereka akan diberi obat untuk membuat mereka tidur, dan dokter mereka akan membuat sayatan kecil di daerah perut mereka sehingga mereka dapat melihat hati dan saluran empedu mereka.

 

4 dari 4 halaman

Penanganan

Atresia bilier hanya dapat diobati dengan pembedahan. Metode yang digunakan adalah prosedur Kasai, yang membuat saluran penghubung antara organ hati dan usus halus. Saluran empedu yang tidak normal dilewati.

Operasi akan sangat berhasil jika dilakukan pada bayi usia delapan minggu atau sebelum usia tiga bulan. Prosedur ini akan membantu anak untuk tumbuh baik dan sehat dalam beberapa tahun. 

Namun, pasien tetap membutuhkan transplantasi hati. Hal ini diperlukan karena biasanya tetap terjadi gangguan hati akibat menumpuknya cairan empedu pada hati.

Keterangan lain menyebutkan, bayi dengan atresia bilier yang ditangani sedini mungkin sebenarnya bisa ditolong tanpa perlu melakukan transplantasi hati. Bila bayi dibawa ke fasilitas kesehatan sebelum usia dua bulan bisa dilakukan tindakan operasi Kasai.

"Bayi ini sebenarnya dapat ditolong dengan operasi Kasai namun operasi kasai hanya bermanfaat bila dilakukan sebelum bayi berumur dua bulan, sebelum terjadi sirosis hati," kata dokter spesialis anak konsultan gastroenterohepatologi, Hanifah Oswari dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap FKUI pada Sabtu, 11 Januari 2020.

Atresia bilier tidak bisa dicegah karena penyebab pasti dari penyakit tersebut masih belum diketahui.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini