Sukses

ASEAN Akan Bangun CDC Sendiri yang Disebut ACPHEED

CDC yang biasanya berpusat di AS sekarang diharapkan ada di ASEAN

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan se-ASEAN dalam 15th Health Ministers Meeting and Related Meetings (AHMM) menyetujui pembentukan ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED).

APCHEED atau Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Menular ASEAN digambarkan sebagai Centers for Disease Control and Prevention atau CDC-nya ASEAN.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, blok regional Asia Tenggara sepakat untuk memantapkan tiga pilar utama kesiapsiagaan pencegahan pandemi, deteksi, respons dan mengabadikannya menjadi pusat pengembangan kapasitas.

“Pusat-pusat ini akan membangun kapabilitas dan kapasitas seluruh negara ASEAN untuk mempersiapkan diri jika ada potensi pandemi baru,” kata Budi dalam konferensi pers usai penutupan AHMM ke-15 mengutip keterangan pers Kementerian Kesehatan, Senin (16/5/2022).

Pusat ini akan dibiayai dari kontribusi negara-negara anggota ASEAN serta kontribusi potensial lainnya dari negara-negara donor. Jepang telah menyatakan dukungannya terhadap operasi ACPHEED setelah mengetahui bahwa AHMM di Bali menyetujui prinsip pendirian pusat, pembagian tugas, dan perluasan wewenang pusat.

Kesepakatan resmi pendirian ACPHEED akan ditandatangani akhir tahun ini.

"Kami berharap jika sudah bisa ditandatangani pada September, maka kami bisa mulai membangunnya. Di Indonesia, kami berharap bisa menggunakan fasilitas itu tahun depan," kata Budi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fungsi ACPHEED

ACPHEED sendiri berfungsi memudahkan negara-negara anggota ASEAN untuk memanfaatkan sumber daya kesehatan dengan berbagai kompetensi pencegahan, deteksi, dan respons.

ACPHEED sendiri dikembangkan dan dibagi di tiga fasilitas yang terletak di tiga negara ASEAN yakni Indonesia, Vietnam, dan Thailand.

Dalam pertemuan lima hari tersebut, ketiga negara menyampaikan niat dan kesiapannya untuk mendirikan fasilitas ACPHEED dengan kompetensi tertentu. Indonesia akan fokus pada keterampilan seperti surveilans dan respons penyakit.

Adanya ACPHEED akan mengintegrasikan protokol kesehatan yang ada di negara-negara anggota ASEAN.

“Itu nanti kita sinergikan. Kalau ada negara anggota ASEAN memiliki kasus pandemi yang sudah sangat turun, maka relaksasi dari prosesnya lebih tinggi dibandingkan negara lain yang kasusnya belum turun,” ucap Menkes Budi.

Ia menambahkan, selain sepakat untuk mendirikan pusat tersebut, ASEAN sepakat untuk mengadopsi dan menyelaraskan standar protokol kesehatan di seluruh ASEAN.

“Jika ada pandemi lagi, negara-negara ASEAN siap,” katanya.

3 dari 4 halaman

Menyelaraskan Standar Protokol Kesehatan

Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan bahwa negara anggota ASEAN akan mengeluarkan joint statement mengenai adopsi negara-negara ASEAN terhadap standar protokol kesehatan.

"Ini sama dengan yang akan kita capai di G20 supaya nanti aplikasi PeduliLindungi atau di TraceTogether dari Singapura bisa interkoneksi satu sama lain," katanya pada konferensi pers usai pertemuan 15th AHMM.

Protokol kesehatan tersebut nantinya bisa digunakan di negara anggota ASEAN. Menkes Budi menganalogikan protokol kesehatan itu sebagai paspor sehingga kalau ke luar negeri secara legal butuh paspor dan paspornya bisa dikenali di negara yang dituju.

"Nanti ke depannya kita ingin hal yang sama terjadi juga untuk sektor kesehatan," kata Menkes Budi.

Sekarang di kesehatan, lanjutnya, ingin melakukan yang sama seperti paspor, karena sekarang travel butuh sertifikat vaksin.

Standar protokol kesehatan yang sama itu dibuat berbasis teknologi. Di antaranya menggunakan kode QR dengan mengikuti standar ke kode QR-nya WHO, yakni bisa manual bisa juga pakai aplikasi di ponsel pintar.

"Nanti rencana kita akan bekerja sama dengan negara-negara G20. Mudah-mudahan inisiatif dari ASEAN ini bisa mengonvergensi teknologi digital," ujar Menkes Budi.

4 dari 4 halaman

Pemanfaatan Teknologi Digital di Indonesia

Pemanfaatan teknologi digital di bidang kesehatan selama pandemi tak hanya terlihat di tingkat ASEAN. Di Indonesia pun pemanfaatan aplikasi kesehatan sudah bukan hal yang aneh.

Baru-baru ini, Budi mengungkapkan upaya digitalisasi data imunisasi anak yang nantinya akan masuk ke dalam aplikasi PeduliLindungi.

Dalam hal ini, tidak hanya data vaksinasi COVID-19 yang terekam di PeduliLindungi, melainkan data imunisasi anak yang bisa diakses para orangtua.

Upaya digitalisasi data imunisasi anak merupakan bagian dari program sistem transformasi teknologi kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada bidang layanan kesehatan primer.

Hal ini juga belajar dari kemudahan menyimpan data vaksinasi COVID-19 di PeduliLindungi.

"Pengalaman dengan vaksinasi COVID-19, kita melakukan ini dengan teknologi informasi digital dan sertifikatnya juga dibuat digital, ditaruh di aplikasi PeduliLindungi," kata Budi Gunadi saat Temu Media: Bulan Imunisasi Anak Nasional di Jakarta pada Kamis, 12 Mei 2022.

"Program yang kita lakukan dalam transformasi layanan ini terkait dengan imunisasi adalah melakukan digitalisasi penuh dari proses imunisasi, sehingga semua anak-anak yang nanti kita lakukan imunisasi akan terekam (data) individunya," dia menambahkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini