Sukses

Ortu Ketar-Ketir Hepatitis Akut, Kemenkes: Tidak Perlu Panik, Terus Waspada

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan agar tidak panik tapi tetap waspada.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan RI mengonfirmasi ada 18 kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada anak di Indonesia. Dari angka tersebut, ada 7 anak yang meninggal dunia hingga Jumat, 13 Mei 2022.

Kehadiran penyakit yang hingga kini hanya menyerang anak itu jelas membuat orangtua ketar-ketir. Namun, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan agar tidak panik tapi tetap waspada.

"Tidak perlu panik, terus waspada kalau ada gejala segera bawa anak ke fasilitas kesehatan," ucap Nadia dalam webinar Jaga Anak dari Hepatitis Akut yang diikuti di Jakarta, Jumat kemarin mengutip Antara.

"Kalau orang tua melihat ada anak dengan keluhan mual, muntah, atau mengalami diare segera bawa ke puskesmas. Jangan menunggu anak terkena kuning dahulu," kata Nadia.

Senada dengan Nadia, dokter spesialis anak konsultan gastrohepatologi RSCM FK UI, Hanifah Oswari mengatakan jangan tunggu gejala berat baru dibawa ke rumah sakit. Bila sudah sampai kuning dan kehilangan kesadaran menandakan infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil.

“Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelematkannya sangat kecil,” kata Hanifah.

Selain itu, Nadia berpesan untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat guna melengkapi imunisasi dengan vaksin hepatitis B. Di samping itu, lebih memperketat pengawasan terhadap anak dengan usia di bawah 1 tahun yang belum bisa mengikuti vaksinasi, baik hepatitis ataupun COVID-19.

Nadia menekankan bahwa semua pihak harus memahami pentingnya deteksi dini bila anak terlihat terkena gejala dari hepatitis akut, seperti terkena diare, mengalami sakit perut, mata berwarna kuning, air kencing menjadi cokelat, dan feses berwarna pucat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hepatitis Akut Tidak Bisa Disepelekan

Nadia mengatakan bahwa penyakit hepatitis akut tidak bisa disepelekan. Meski belum diketahui penyebabnya, dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dll. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernafasan.

Maka dari itu Nadia mengajak setiap orang untuk melakukan pola hidup sehat melalui disiplin protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan, memakan makanan yang matang, dan meminum air yang bersih.

Selain itu, Hanifah menyarankan agar tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit.

 

3 dari 4 halaman

Data Terbaru 18 Kasus Diduga Hepatitis Akut

Kasus diduga hepatitis akut di RI paling banyak terjadi di DKI Jakarta. Berikut rinciannya:

DKI Jakarta 12 kasus

Bangka Belitung 1 kasus

Jawa Barat 1 kasus

Jawa Timur 1 kasus

Kalimantan Timur 1 kasus

Sumatera Barat 1 kasus

Sumatera Utara 1 kasus

Kementerian Kesehatan mengatakan dari 18 kasus diduga hepatitis akut terdiri dari probable ada 1 orang, pending classification 9 orang, discarded 7 orang, dan dalam proses verifikasi 1 orang. 

Mengenai proporsi pasien perempuan dan laki-laki, tidak jauh berbeda. Dari 18 kasus hepatitis akut ini ada 9 laki-laki dan 8 perempuan, satu dalam proses verifikasi.

Anak usia 5-9 terbanyak yang sakit diduga hepatitis akut. Berikut jumlah kasus di masing-masing klasifikasi usia:

-Usia 0-4 ada 4 kasus

-Usia 5-9 ada 6 kasus

-Usia 10-14 ada 4 kasus

-Usia 15-20 ada 4 kasus.

 

4 dari 4 halaman

Semua Negatif COVID-19

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH yang juga bagian tim penanganan hepatitis akut Kemenkes mengatakan bahwa seluruh pasien diduga hepatitis akut negatif COVID-19.

“Dari laporan 18 kasus itu, tidak ada yang berkaitan atau tidak ada yang ditemukan positif COVID-19, tidak ada,” kata Syahril dalam konferensi pers daring bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Jumat (13/5/2022).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.