Sukses

Hepatitis Misterius Cuma Serang Anak, Ini 3 Kemungkinan Penyebabnya

Ada tiga kemungkinan penyebab dibalik mengapa hepatitis misterius lebih banyak terjadi pada anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta Pasien dengan dugaan hepatitis misterius atau hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya menyerang anak-anak. Sebelumnya, tiga anak yang dirawat di RSCM meninggal dunia dengan dugaan penyakit hepatitis misterius satu ini. Lalu, terbaru ada tiga anak di provinsi lain meninggal yang mengarah akibat penyakit hepatitis misterius itu.  

Dokter spesialis anak ahli pencernaan dan hati RS EMC Sentul, Sumardi Fransiskus mengungkapkan bahwa anak-anak masih dalam fase pertumbuhan yang mana belum memiliki sistem imunitas yang cukup kuat.

"Sistem imun bisa maksimal kalau pada usia anak itu nol sampai 18 tahun. Memang pasien-pasien (hepatitis misterius) yang terkena itu dua bulan sampai 16 tahun," ujar Sumardi dalam program Liputan6 Update pada Rabu, (11/5/2022).

"Jadi memang pada anak-anak ini kita ketahui ada proses pertumbuhan dan perkembangan. Semua organ itu berkembang, termasuk sistem imun yang terbatas," tambahnya.

Kemungkinan penyebab lainnya berkaitan dengan higienitas. Misalnya, menurut Sumardi, anak-anak seringkali memasukan tangannya ke mulut, yang belum terjamin kebersihannya.

Sumardi mengungkapkan bahwa hepatitis misterius satu ini juga mungkin merupakan virus varian baru. Hal tersebut lantaran virus yang ada pada hepatitis sebelumnya tidak terdeteksi pada hepatitis misterius.

"Ketiga, mungkin ini juga varian baru. Seperti SARS-CoV-2 yang kemarin pada anak-anak tidak terlalu berat. Tapi pada ini, kenapa lebih berat? Mungkin dia sifatnya varian baru," kata Sumardi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

70 Persen Kasus Ada Jejak Adenovirus

Lebih lanjut Sumardi menjelaskan bahwa dalam pemeriksaan terkait hepatitis misterius 70 persen diantaranya menunjukkan adanya Adenovirus.

Padahal, Adenovirus biasanya virus yang tidak pernah menyerang hati tapi menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti diare.

"Ini agak aneh. Tapi pada penelitian pemeriksaan ditemukan Adenovirus 41. Adeno ini variannya ada banyak sekitar 50an lebih. Jadi ditemukan Adenovirus 41, nah itu yang diduga," kata Sumardi.

Sumardi menambahkan, Adenovirus ini ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau kurang bersih. Maka ia pun menyarankan untuk mengurangi faktor penyebab tersebut.

Serta penerapan protokol kesehatan yang sama seperti COVID-19 yakni dengan menggunakan masker. Mengingat penularan hepatitis misterius bisa terjadi melalui droplet.

"Protokol kesehatan yang selama ini kita lakukan itu jangan ditinggalin. Tetap harus kita lakukan," ujar Sumardi.

Dalam kesempatan yang sama, Sumardi juga menyarankan untuk para orangtua agar lebih waspada pada gejala yang mungkin muncul.

Sejauh ini, gejala awal yang berkaitan dengan hepatitis misterius terjadi berkaitan dengan saluran cerna. Seperti muntah, mual, dan diare.

3 dari 4 halaman

Gejala pada Hepatitis Misterius

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) bahwa diare memang menjadi salah satu gejala awal hepatitis misterius.

"Gejala (hepatitis misterius) sebagian besar adalah gejala saluran cerna. Jadi biasanya muntah, diare, sakit perut. Demam, karena ini suatu infeksi sering disertai demam," ujar Muzal dalam acara diskusi media bertema Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Etiologinya pada Sabtu, 7 Mei 2022 lalu.

"Lalu lebih lanjut lagi ada kuning. Biasanya di kelopak mata itu, di sklera. Jadi kalau kelopak matanya ditarik di sklera mata yang putih itu jadi kuning," Muzal menuturkan.

Selanjutnya, kuning tersebut bisa berlanjut ke area badan bila kondisi sudah lebih berat. Urinnya pun berubah warna menjadi kecoklatan seperti air teh.

Kondisi tersebut kemudian bisa beralih ke hepatitis fulminan. Hepatitis fulminan merupakan kondisi dimana hati menjadi gagal berfungsi. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan gagal hati akut.

"Hepatitis fulminan bisa menyebabkan kesadaran menurun. Itu kalau sel-sel hatinya sudah banyak yang rusak. Jadi tergantung derajatnya," kata Muzal.

"Kalau rusaknya makin berat, gejalanya makin berat. Bahkan bisa menurunkan kesadaran, kejang, kalau tidak tertangani bisa menimbulkan kematian," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Tindakan yang Bisa Dilakukan

Selanjutnya, Muzal mengungkapkan bahwa virus tersebut dapat ditularkan oral melalui mulut, tangan yang terkontaminasi dan masuk lewat mulut, alat makan, atau lewat makanan dan minuman secara langsung.

"Jadi sampai saat ini yang paling bisa dilakukan, yang paling baik adalah pencegahan untuk penularan lewat oral," ujar Muzal.

Orangtua juga bisa mengajarkan anak agar taat pada protokol kesehatan COVID-19. Mengingat hepatitis misterius juga dapat menular melalui droplet.

"Kedua, kita lanjutkan sesuai seperti protokol COVID-19 ini. Seperti pakai masker, jaga jarak untuk mengurangi risiko. Disamping COVID-19, juga mengurangi risiko penularan lewat droplet itu," Muzal menuturkan.

Dalam hal asupan makanan, Muzal juga menyarankan orangtua untuk menyiapkan sendiri makanan untuk anak. Serta menghindari mengonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya.

Dalam mempersiapkan makanan dan minuman untuk anak, orangtua juga diingatkan untuk menjaga kebersihan. Serta jangan menggabungkan sendok dan alat makan anak.

Apabila memungkinkan, Muzal menyarankan untuk merebus air minum yang akan dikonsumsi untuk meminimalisir adanya kontaminasi bakteri atau kotoran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.