Sukses

Gejala Hepatitis Misterius, Salah Satunya Diawali dengan Menguning di Area Mata

Ada serangkaian gejala yang dapat diwaspadai terkait hepatitis misterius.

Liputan6.com, Jakarta Sejak awal tahun ini, hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya atau yang belakangan dikenal dengan sebutan hepatitis misterius tengah terjadi di beberapa negara.

Salah satunya diduga terjadi di Indonesia pada tiga anak berusia dua, delapan, dan 11 tahun. Ketiganya meninggal dunia dalam kurun waktu berbeda dalam dua minggu terakhir hingga Sabtu, 30 April 2022.

Berdasarkan keterangan yang diberikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, tiga anak tersebut tiba di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sudah dalam keadaan berat. Sehingga hanya ada sedikit waktu untuk melakukan tindakan pertolongan.

Meski belum dapat diketahui jelas apa penyebabnya, ada serangkaian gejala yang dapat diwaspadai terkait hepatitis misterius.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Muzal Kadim, SpAK mengungkapkan bahwa gejala awal yang dapat diwaspadai berupa gangguan pada saluran cerna anak.

"Gejalanya sebagian besar adalah gejala saluran cerna. Jadi biasanya muntah, diare, sakit perut. Demam, karena ini suatu infeksi sering disertai demam," ujar Muzal dalam diskusi media Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Etiologinya pada Sabtu, (7/5/2022).

"Lalu lebih lanjut lagi ada kuning. Biasanya di kelopak mata itu, di sklera. Jadi kalau kelopak matanya ditarik di sklera mata yang putih itu jadi kuning," Muzal menuturkan.

Selanjutnya, kuning tersebut bisa berlanjut ke area badan bila kondisi sudah lebih berat. Urinnya pun berubah warna menjadi kecoklatan seperti air teh. Kondisi tersebut kemudian bisa beralih ke hepatitis fulminan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kuning Tidak Langsung Muncul di Awal

Hepatitis fulminan merupakan kondisi dimana hati menjadi gagal berfungsi. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan gagal hati akut.

"Hepatitis fulminan bisa menyebabkan kesadaran menurun. Itu kalau sel-sel hatinya sudah banyak yang rusak. Jadi tergantung derajatnya," kata Muzal.

"Kalau rusaknya makin berat, gejalanya makin berat. Bahkan bisa menurunkan kesadaran, kejang, kalau tidak tertangani bisa menimbulkan kematian," tambahnya.

Oleh karena itu, sejak awal orangtua harus sudah waspada terkait gejala-gejala tersebut. Sehingga bisa langsung melakukan tindakan pertolongan dengan cepat.

"Pada gejala-gejala tadi, baiknya diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan. Hepatitis kalau awal-awal itu belum bisa dilihat kuningnya. Kalau kuning sudah lebih lanjut, jadi (lakukan) pemeriksaan darah itu," ujar Muzal.

Pemeriksaan darah satu ini dapat dilakukan guna melihat kadar enzim hati apakah mengalami peningkatan atau tidak.

Menindaklanjuti persoalan satu ini, Kemenkes juga telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).

Dengan harapan, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan juga siap untuk melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi.

3 dari 4 halaman

Langkah Pencegahan

Muzal mengungkapkan bahwa virus ini ditularkan lewat oral melalui mulut, tangan yang terkontaminasi dan masuk lewat mulut, alat makan, atau lewat makanan dan minuman secara langsung.

Sedangkan hepatitis misterius juga bisa menular lewat percikan air liur (droplet). Maka, hal yang bisa dilakukan oleh orangtua sejauh ini dapat berkaitan dengan hal-hal tersebut.

"Jadi sampai saat ini yang paling bisa dilakukan, yang paling baik adalah pencegahan untuk penularan lewat oral," ujar Muzal.

"Seperti cuci tangan, kebersihan dari makanan, sanitasi. Kemudian juga mencegah pada kasus yang sudah ada gejala misalnya, kita menghindari supaya tidak kontak lewat tangan dan yang masuk ke dalam mulut tersebut," tambahnya.

Selanjutnya, orangtua juga bisa mengajarkan anak agar taat pada protokol kesehatan COVID-19. Mengingat hepatitis misterius juga dapat menular melalui droplet.

"Kedua, kita lanjutkan sesuai seperti protokol COVID-19 ini. Seperti pakai masker, jaga jarak untuk mengurangi risiko. Disamping COVID-19, juga mengurangi risiko penularan lewat droplet itu," Muzal menuturkan.

4 dari 4 halaman

Jaga Higienitas dan Asupan Anak

Seperti yang telah dijelaskan di atas, menjaga higienitas atau kebersihan dianggap dapat membantu untuk mencegah adanya penularan virus hepatitis misterius.

Dalam kondisi arus balik mudik seperti saat ini, Muzal menyarankan orangtua untuk sebaiknya menyiapkan makanan sendiri untuk anak.

"Sebaiknya kita memang menyiapkan makanan untuk anak, sebelum berangkat (melakukan perjalanan) kita siapkan makanan. Di hindarilah barangkali makan di luar, jajan-jajan di luar terutama di tempat yang kita meragukan kebersihannya," ujar Muzal.

"Kita harus ada di tempat-tempat yang kebersihannya kita yakini. Bisa cuci tangan dengan baik, dengan sabun, cuci tangan dengan bersih dan makanannya juga kita harapkan kebersihannya," tambahnya.

Lebih lanjut Muzal mengungkapkan makanan terbaik bagi anak adalah makanan yang disiapkan sendiri, terutama pada bayi.

"Kalau mudik ini mungkin makanan-makanan tertentu yang sudah siap --- yang memang sudah siap dijual dalam bentuk bersih, terpercaya. Jadi bukan makanan yang disiapkan oleh misalnya warung atau restoran, itu mungkin kita tidak yakin akan kebersihannya," kata Muzal.

Dalam mempersiapkan makanan dan minuman untuk anak, orangtua juga diingatkan untuk menjaga kebersihan. Serta jangan menggabungkan sendok dan alat makan anak.

Apabila memungkinkan, Muzal menyarankan untuk merebus air minum yang akan dikonsumsi untuk meminimalisir adanya kontaminasi bakteri atau kotoran. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.