Sukses

Hepatitis Akut Sudah Lama Ada, Kenapa Baru Sekarang Dinyatakan KLB?

Hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya sebenarnya sudah lama ada di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menyebut, kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya sebenarnya sudah lama ada di dunia. Namun, sejak dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cukup menghebohkan.

Hepatitis misterius yang dinyatakan KLB atau Disease Outbreak News (DONs) oleh WHO ditetapkan pada 15 April 2022. Hal ini bermula dari 5 April 2022, WHO pertama kali mendapat notifikasi kasus dari Inggris, bahkan per 3 Mei 2022 WHO Kantor Amerika menyatakan, sudah ada lebih dari 200 kasus dari 20 negara di dunia.

"Hepatiis akut sudah lama ada di dunia. Untuk kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau istilahnya negatif virus dari jenis hepatitis A, B, C, D, dan E bukan hal baru. Tetapi jumlahnya jarang sekali," ungkap Tjandra Yoga melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 6 Mei 2022.

"Ada kasusnya tapi ya jarang. Nah, kenapa sekarang baru dinyatakan KLB? Itu karena Inggris melaporkan kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini mendadak jumlahnya banyak."

Demi menemukan kasus hepatitis akut misterius lebih dini diperlukan surveilans, terutama gejala pasien yang mengarah ke sindrom penyakit kuning (jaundice). Surveilans juga bertujuan menemukan kasus konfirmasi, suspek maupun probable.

Apalagi sudah ada tiga kasus kematian anak yang diduga hepatitis akut misterius di Indonesia. Kementerian Kesehatan sedang berupaya melakukan investigasi dan surveilans.

"Surveilans terus dilakukan. Intinya, tiga kasus yang ada di kita sekarang kan belum tahu, apakah masuk kriteria konfirmasi atau tidak. Karena masih dilakukan investigasi juga," terang Tjandra Yoga.

"Untuk penemuan kasus tergantung proses pelacakannya juga."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

169 Kasus Hepatitis Akut yang Dilaporkan

Selama akhir pekan, WHO merilis pembaruan tentang kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya. Kasus ini banyak dialami anak-anak.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, sejauh ini, setidaknya ada 169 kasus hepatitis akut telah dilaporkan dari 11 negara di Eropa dan Amerika Serikat yang dialami anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun.

"Tujuh belas anak--sekitar 10 persen dari kasus yang dilaporkan--membutuhkan transplantasi hati dan satu kematian telah dilaporkan," kata Tedros dalam pernyataannya saat WHO press conference pada 26 April 2022.

"Gejalanya meliputi sakit perut, diare, muntah, penyakit kuning, hepatitis akut parah, dan peningkatan kadar enzim hati. Virus yang biasanya menyebabkan hepatitis virus akut belum terdeteksi pada kasus-kasus ini."

Walau begitu, kasus hepatitis akut terdeteksi adanya adenovirus setidaknya di 74 kasus. Hipotesis ini dan penyebab lainnya sedang dieksplorasi.

"WHO bekerja sama dengan European Centre for Disease Prevention and Control dan negara-negara yang terkena dampak (kasus hepatitis misterius) untuk mendukung penyelidikan yang sedang berlangsung, termasuk pengujian laboratorium tambahan," jelas Tedros.

3 dari 4 halaman

Penyelidikan Faktor Risiko

Dari laporan kasus hepatitis misterius di Inggris, WHO menilai meskipun peran potensial adenovirus dan/atau SARS-CoV-2 dalam patogenesis kasus-kasus adalah satu hipotesis, faktor-faktor menular, dan tidak menular lainnya perlu diselidiki sepenuhnya untuk menilai dan mengelola risiko dengan benar.

Ada tren peningkatan yang sedang berlangsung dalam kasus di Inggris selama sebulan terakhir bersama dengan penyeldiikan kasus yang lebih luas sangat mungkin bahwa lebih banyak kasus akan terdeteksi sebelum etiologi ditemukan, baik biologis, kimia atau agen lain.

Dalam pernyataan resmi WHO pada 15 April 2022, WHO memantau dengan cermat situasi dengan Negara-negara Anggota lainnya dan Inggris Raya dan mitra untuk kasus-kasus dengan profil serupa.

WHO menyarankan, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi kasus-kasus hepatitis akut, baik di dalam Inggris maupun internasional. Prioritasnya, menentukan etiologi kasus untuk memandu tindakan klinis dan kesehatan masyarakat lebih lanjut.

Setiap hubungan epidemiologis antara atau di antara kasus-kasus tersebut dapat memberikan indikasi untuk melacak sumber penyakit. Informasi temporal dan geografis dari kasus, serta kontak mereka harus ditinjau untuk faktor risiko potensial.

Sementara itu, beberapa kasus dinyatakan positif SARS-CoV-2 dan/atau adenovirus, karakterisasi genetik virus harus dilakukan untuk menentukan kemungkinan hubungan antar kasus.

Negara-negara anggota WHO sangat dianjurkan untuk mengidentifikasi, menyelidiki, dan melaporkan kasus-kasus potensial yang sesuai dengan definisi kasus.

4 dari 4 halaman

163 Kasus Hepatitis Misterius di Inggris

UK Heath Security Agency (UKHSA) telah menerbitkan penjelasan teknis terperinci tentang penyelidikan di seluruh Inggris terhadap peningkatan kasus hepatitis misterius pada anak-anak.

Dalam pembaruan terakhir per 3 Mei 2022, penyelidikan penemuan kasus aktif telah mengidentifikasi 18 kasus yang dikonfirmasi lebih lanjut, sehingga jumlah total kasus Inggris menjadi 163.

Dari anak-anak ini, 11 di antaranya, telah menerima transplantasi hati. Tidak ada yang meninggal. Penyakit kuning dan muntah adalah gejala yang paling umum dialami oleh anak-anak yang terkena.

Penyelidikan terus menunjukkan hubungan dengan adenovirus. Adenovirus adalah virus yang paling sering terdeteksi dalam sampel yang diuji.

Namun, karena tidak umum untuk melihat hepatitis setelah infeksi adenovirus pada anak-anak yang sebelumnya sehat, penyelidikan terus berlanjut ke faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi. Ini termasuk SARS-CoV-2 sebelumnya atau infeksi lain, perubahan kerentanan yang mungkin disebabkan oleh pengurangan paparan selama pandemi atau perubahan genom adenovirus itu sendiri.

Studi penelitian tentang sistem kekebalan sedang dilakukan untuk menentukan, apakah perubahan kerentanan atau efek dari infeksi sebelumnya dapat menjadi faktor yang berkontribusi.

Tidak ada bukti hubungan apa pun dengan vaksin virus Corona (COVID-19). Mayoritas kasus berusia di bawah 5 tahun. Tindakan kebersihan, termasuk mencuci tangan secara menyeluruh dan memastikan anak-anak mencuci tangan dengan benar, membantu mengurangi penyebaran banyak infeksi umum, termasuk adenovirus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.