Sukses

Pasien Hepatitis Akut Misterius Mayoritas Anak-Anak, Paling Tua 16 Tahun

Hepatitis akut misterius kebanyakan terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, penyakit hepatitis akut misterius semakin ramai diperbincangkan. Hal ini lantaran sebelumnya terdapat tiga anak Indonesia yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut misterius.

Tak hanya di Indonesia, hepatitis misterius juga sedang terjadi di negara-negara lainnya. Pasiennya memang mayoritas didominasi oleh anak-anak.

Spesialis anak konsultan gastrohepatologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI), Dr dr Hanifah Oswari mengungkapkan bahwa pasien hepatitis akut misterius sejauh ini memang ada dalam kategori usia anak-anak.

"Dari laporan-laporan di banyak negara itu sudah diteliti bahwa kasus yang tertua itu 16 tahun. Jadi tidak ada yang lebih dari 16 tahun," ujar Hanifah dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia, Kamis, (5/5/2022).

Lebih lanjut Hanifah menuturkan bahwa kebanyakan pasien dalam kasus hepatitis akut misterius yang terjadi berumur di bawah 10 tahun.

"Inggris mengatakan bahwa itu lebih banyak pada anak-anak di bawah lima tahun. Jadi, memang kelihatannya penyakit ini khusus mengenai anak-anak saja," kata Hanifah.

Pasien dugaan hepatitis akut misterius di Indonesia yang sebelumnya meninggal dunia berumur dua, delapan, dan 11 tahun. Satu di antaranya yakni yang berumur dua tahun belum mendapatkan vaksin hepatitis maupun vaksin COVID-19.

Hanifah menjelaskan bahwa ketiganya juga tiba di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dalam keadaan kritis dan merupakan rujukan dari rumah sakit di Jakarta.

Hingga kini, investigasi terkait hepatitis akut misterius di Indonesia masih terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Namun, belum diketahui pasti kapan investigasi tersebut selesai dilakukan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dugaan Berkaitan dengan COVID-19

Sejak ramai munculnya hepatitis akut misterius, banyak pihak menyatakan bahwa penyakit satu ini ada kaitannya dengan COVID-19.

Hal tersebut lantaran anak-anak belum mendapatkan vaksin COVID-19 terutama mereka yang berusia dibawah 5 tahun. Terlebih, COVID-19 merupakan penyakit sistemik yang mempengaruhi hampir seluruh organ manusia, termasuk hati.

Hepatitis sendiri merupakan penyakit atau infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan peradangan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Hanifah menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti bahwa hepatitis akut misterius memiliki kaitan dengan COVID-19.

"Itu tidak benar (berhubungan dengan COVID-19), karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan," kata Hanifah.

"Memang ada berhubungan dengan virusnya, tetapi itupun belum diberikan informasi bahwa itu berhubungan secara langsung," Hanifah menjelaskan.

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Siti Nadia Tarmizi. Nadia mengungkapkan bahwa Nadia menjelaskan bahwa anak-anak tersebut sudah melakukan tes COVID-19 dengan hasil negatif.

"Ketiganya COVID-19 negatif. Kita sudah melakukan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI, melakukan investigasi kontak soal faktor risiko," kata Nadia.

3 dari 4 halaman

Kondisi Ketiga Anak yang Meninggal Dunia

Sebelumnya, Hanifah menuturkan bahwa ketiga anak-anak yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut tersebut memang datang dalam kondisi stadium lanjut.

Ketiganya datang dari rumah sakit berbeda dari daerah Jakarta Timur dan Jakarta Barat, sebelum kemudian dirawat dan meninggal dunia di RSCM Jakarta.

Kondisi tersebut juga dibenarkan oleh Nadia. Ia menjelaskan, pihak rumah sakit rujukan hanya memiliki sedikit waktu untuk melakukan pertolongan.

"Ketiga kasus ini sudah datang pada kondisi stadium lanjut. Jadi memang hanya memberikan waktu sedikit untuk kemudian rumah sakit bisa melakukan tindakan pertolongan," kata Nadia.

Lebih lanjut Nadia menjelaskan, satu dari tiga kasus yang ada pernah memiliki penyakit penyerta lainnya.

"Memang sampai saat ini, ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai hepatitis akut dengan gejala berat tadi. Tetapi masuk pada kriteria yang kita sebut pending klasifikasi karena ada pemeriksaan laboratorium," kata Nadia.

Pemeriksaan laboratorium tersebut adalah adenovirus dan hepatitis E yang membutuhkan waktu 10-14 hari kedepan.

4 dari 4 halaman

Investigasi Sementara

Lebih lanjut Nadia menjelaskan bahwa berdasarkan hasil investigasi sementara dari tiga anak tersebut, tidak ditemukan riwayat anggota keluarga lain yang memiliki penyakit hepatitis dan penyakit kuning sebelumnya.

"Keluhan utama seperti yang disampaikan oleh Prof Hanifa adalah keluhan dari saluran cerna yaitu sebelum kuning dan dibawa ke rumah sakit, ketiga pasien mengalami keluhan mual, muntah, dan diare yang hebat," ujar Nadia.

Saat ini, pemerintah juga telah mengirimkan surat kewaspadaan pada Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten kota.

Hal tersebut bertujuan agar setiap kasus yang memiliki gejala serupa dengan hepatitis akut misterius harus dilaporkan.

"Memang ada penambahan jumlah kasus (yang dilaporkan). Tapi ini kembali lagi belum kasus yang confirm karena ada pemeriksaan yang harus kita lakukan," kata Nadia.

Dalam hal pelayanan kesehatan, Nadia mengungkapkan bahwa RS Sulianti Saroso menjadi rumah sakit rujukan untuk penanganan kasus hepatitis akut berat.

Nadia mengungkapkan, Kemenkes juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam hal ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.