Sukses

Lebaran Saling Memaafkan, Ini Manfaatnya dari Kacamata Ilmu Pengetahuan

Ini lho manfaat sebenarnya dari memaafkan di hari Lebaran Idul Fitri

Liputan6.com, Jakarta - Idul Fitri identik dengan saling maaf-memaafkan. Pada hari yang suci ini seluruh umat Islam berusaha kembali ke fitrahnya dan memaafkan sesamanya.

Namun, tidak semua orang bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Sebenarnya apa pelajaran di balik memaafkan?

Memaafkan itu memiliki makna yang berarti. Namun, apa yang dapat diajarkan oleh sains di balik memaafkan?

Dilansir dari Psychology Today pada Minggu, 1 Mei 2022, Rubin Khoddam yang merupakan seorang Psikolog Klinis menjelaskan bahwa memaafkan bukan berarti Anda menjadi sahabat baik dengan orang yang bersalah dengan Anda.

Memaafkan juga bukan dengan mengatakan semua baik-baik saja, atau memaafkan bukan juga menerima perbuatan orang yang bersalah ke Anda.

"Sebaliknya, memaafkan adalah memilih menerima apa yang terjadi sebagaimana adanya ketimbang apa yang bisa atau seharusnya terjadi. Memaafkan dapat juga berarti Anda melepaskan, memaafkan juga berarti Anda melangkah ke masa kini ketimbang berlabuh di masa lalu," ujar Khoddam.

Memaafkan Butuh Proses

Khoddam menyadari memaafkan ini merupakan proses yang paling memakan waktu. Ketika seseorang dikhianati atau miskomunikasi, ini bisa menghambat kemampuan seseorang untuk memaafkan.

Dan, perasaan itu tak salah karena kemarahan seringkali datang sebelum memaafkan.

Untuk bisa memaafkan seseorang, Khoddam menjelaskan hal utama yang harus dilakukan adalah mengatasi perasaan terluka sebelum beralih ke memaafkan.

"Kadang-kadang hanya dengan menjelajahi situasi dan mengakui dampak pengkhianatan, alasan dan konteks di balik pengkhianatan bisa menjadi penghalang awal untuk memaafkan," kata Khoddam menjelaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Konsep Memaafkan Sebenarnya?

Meskipun ada berbagai definisi tentang memaafkan, penelitian menunjukkan bahwa memaafkan itu memiliki tiga komponen umum:

Memperoleh pandangan yang lebih seimbang tentang pelaku dan peristiwa.

Mengurangi perasaan negatif terhadap pelaku dan berpotensi meningkatkan rasa iba.

Melepaskan hak untuk menghukum pelaku lebih lanjut atau menuntut ganti rugi.

Orang Memaafkan itu Lemah?

Baik penelitian maupun pengalaman menunjukkan bahwa yang menghalangi orang memaafkan adalah karena dianggap "lemah" dan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan pelaku dapat dimaafkan.

"Dalam banyak hal, sebenarnya dibutuhkan lebih banyak kekuatan untuk memaafkan," kata Khoddam.

Kenyataannya memaafkan lebih kuat dari yang Anda kira. Sama seperti apa pun dalam hidup, ada biaya untuk pilihan Anda. Begitu juga dengan marah, kesal, dan dendam ada harganya. Semua perasaan ini dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan emosional Anda serta hubungan Anda.

 

3 dari 4 halaman

Memaafkan Berguna untuk Diri Sendiri

Memaafkan untuk Kesehatan Diri Sendiri

Beberapa orang dapat memaafkan dengan cepat, sementara yang lain membutuhkan waktu mereka. Menurut Khoddam, dengan memaafkan seseorang menyadari bahwa tidak lagi menahan beban amarah dan dendam.

Alih-alih melihat sesuatu sebagai baik atau buruk, dengan memaafkan orang mulai melihat sesuatu dengan menerima penuh, sebagaimana adanya, bagaimanapun adanya.

"Secara psikologis, ketika orang melaporkan tingkat memaafkan yang lebih tinggi, mereka juga cenderung melaporkan kebiasaan sehat yang lebih baik dan penurunan tingkat depresi, kecemasan, dan kemarahan," katanya menjelaskan.

Bahkan pada pasangan yang dikhianati, lanjut Khoddam, dengan memaafkan dikaitkan dengan hubungan yang lebih puas, aliansi pengasuhan yang lebih kuat, dan persepsi anak-anak tentang fungsi pengasuhan.

"Secara fisiologis, dengan banyaknya laporan orang yang dikaitkan dengan jumlah sel darah putih dan tingkat hematokrit yang lebih rendah. Sel darah putih merupakan bagian integral dari melawan penyakit dan infeksi," katanya.

 

 

4 dari 4 halaman

Memaafkan Apa Gunanya?

Dari hasil penelitian di atas menyoroti pentingnya memaafkan --- bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri Anda sendiri. Jangan biarkan pikiran dan tubuh Anda penuh dengan perasaan dendam dan marah.

Ketika Anda sulit memaafkan, Khoddam mengatakan menulis bisa Anda lakukan. Menulis surat seringkali merupakan alat yang ampuh, banyak orang meski tidak mengirim surat, tetapi dengan menulis dapat membantu menjernihkan pikirannya.

"Kunci terakhir dari semua ini adalah memahami bahwa memaafkan adalah sebuah proses. Tidak semua orang bisa 'memaafkan'. Ini bisa memakan waktu. Dan segera memaafkan seseorang bukan selalu menjadi ide yang terbaik," kata Koddam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.