Sukses

Cerita Relawan Penyelamat Hewan Peliharaan Milik Majikan yang Harus Isolasi COVID-19

Shanghai kini punya relawan yang khusus merawat hewan peliharaan milik majikan yang terkena COVID-19

Liputan6.com, Beijing - Warga di Shanghai, China, kini tidak lagi khawatir meninggalkan hewan peliharaan di rumah ketika harus menjalani isolasi COVID-19 di fasilitas terpusat.

Baru-baru ini terbentuk relawan yang secara khusus menyelamatkan hewan peliharaan milik majikan yang harus isolasi atau karantina mandiri di rumah.

China tengah berupaya untuk 'nol kasus COVID'. Itu berarti, siapa pun yang tertular Virus Corona akan dikirim ke fasilitas khusus selama dua pekan, atau bahkan bisa berminggu-minggu.

Dengan durasi hari yang selama itu, para pemilik hewan peliharaan mengaku tidak tenang meninggalkan 'kesayangan' mereka seorang diri.

Belum lagi baru-baru ini muncul sebuah video yang menunjukkan seorang petugas kesehatan di Shanghai memukul seekor anjing corgi sampai mati. Video tersebut pun membuat masyarakat paranoid. 

Hal itu yang dirasakan Sarah Wang. Kekhawatiran pertama yang muncul saat dia dinyatakan positif COVID-19 adalah siapa yang akan merawat kucingnya.

Beruntung Sarah mengetahui ada sekumpulan relawan yang siap menjaga dan merawat kucingnya selama dia karantina.

"Kondisinya akan sangat suram tanpa ada yang datang untuk memberinya makan," kata pekerja keunangan kepada AFP dikutip dari situs Channel News Asia pada Selasa, 19 April 2022.

Adalah Erin Leigh sosok di balik sekumpulan relawan yang dibentuk untuk membantu hewan peliharaan dari para majikan yang menjadi korban keganasan Virus Corona penyebab COVID-19.

Dalam beberapa minggu terakhir, wanita 33 tahun tersebut telah memerluas kelompoknya dari perusahaan penjaga hewan peliharaan menjadi jaringan ribuan sukarelawan yang tidak dibayar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemilik Hewan Peliharaan Butuh Bantuan

Di seluruh China, urgensi pemerintah daerah untuk memberantas setiap kasus COVID telah mendorong kesejahteraan hewan ke dalam daftar prioritas pihak berwenang.

Pada bulan Januari saja, Hong Kong memusnahkan sekitar 2.000 hamster setelah satu dinyatakan positif COVID-19. Setidaknya ada tiga kucing dan seekor anjing, termasuk hewan yang dibunuh oleh petugas kesehatan di daratan tahun lalu.

Setelah heboh video pembunuhan anjing corgi baru-baru ini, Erin pun kebanjiran permintaan dari pemilik hewan peliharaan yang putus asa untuk menyelamatkan kesayangan mereka.

Masyarakat Perlu Bantuan

Kepemilikan hewan peliharaan di China telah menggelembung dalam beberapa tahun terakhir, terutama di pusat-pusat kosmopolitan seperti Shanghai.

Pusat keuangan telah menjadi jantung dari wabah COVID-19 terburuk di China sejak puncak gelombang pertama di Wuhan terjadi dua tahun lalu. Sebanyak 25 juta penduduk di sana pun harus hidup dalam pembatasan akibat lockdown

Ruang gerak mereka jadi terbatas. Kendala merawat hewan peliharaan bermunculan.

 

3 dari 4 halaman

Hewan Peliharaan yang Diselamatkan dari Burung Hingga Ikan

Ketika pejabat Shanghai meningkatkan tindakan pengendalian, Erin dan tim mulai bergerak secara daring (online) untuk berbagi informasi tentang hewan peliharaan yang ditinggalkan ketika majikan dibawa ke tempat karantina terpusat.

Erin, mengatakan, sejumlah administrator bekerja siang dan malam guna mencatat kasus hewan yang menderita, mengklasifikasikannya berdasarkan lokasi, dan mencatat mereka yang paling membutuhkan makanan, tempat tinggal, atau perawatan lainnya.

Jaringan tersebut kemudian mengepakkan sayapnya ke media sosial, dengan membagikan poster 'Membutuhkan Bantuan' dalam bahasa Mandarin dan Inggris hingga penyelamat ditemukan.

Erin dan tim juga menghubungkan pemilik dan pengasuh dengan dokter hewan yang tinggal di rumah.

"Sehingga mereka semua dapat saling membantu jika ada keadaan darurat medis," kata sukarelawan seorang siswa berusia 20 tahun dari Singapura, Joey Ang.

Tim telah membantu ratusan kucing dan anjing --- ditambah beberapa burung, ikan, dan ular.

Hewan peliharaan yang dievakuasi harus dikemudikan melalui pembatasan penguncian yang sering membingungkan. Terkadang perjalanan berjam-jam untuk mencapai rumah yang sebenarnya jaraknya pendek tapi harus mengambil jalan dari arah lainnya.

4 dari 4 halaman

Husky yang Kelaparan

Erin lalu menceritan satu contoh yang dia dan tim tak bisa lupakan. Sewatu para relawan berkumpul untuk membawa makanan ke toko hewan peliharaan yang terkunci, yang menampung sekitar 50 husky yang kelaparan.

Tetapi jalan menuju kebebasan jarang mulus di kota di saat para pejabat memusingkan konsekuensi potensial dari membengkokkan aturan penguncian yang didefinisikan secara samar.

Penjaga keamanan sering gelisah membawa peti berisi hewan yang didesinfeksi masuk dan keluar dari kompleks perumahan.

Relawan, mengatakan, saat lockdown sebagian besar penduduk yang 'terkunci' tidak dapat meninggalkan kompleks apartemen mereka. Pengemudi pun terpaksa mendongkrak biaya untuk mengangkut hewan peliharaan.

Dan, baru-baru ini, kata Erin, timnya menghabiskan satu setengah jam memindahkan seekor anjing dari apartemen pemiliknya ke blok lain yang hanya berjarak 600 meter.

Ocean Zhang, yang membantu menegosiasikan pembebasan anjing itu, mengatakan, pendekatan 'wortel-and-stick' seringkali menjadi kunci untuk membuat pejabat memertimbangkan reaksi negatif jika hewan peliharaan itu membahayakan. 

"Ada kekuatan dalam jumlah. Jika kita terus bekerja sama, bahkan keadaan darurat ... dapat diselesaikan dalam beberapa jam," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.