Sukses

Jelang Mudik Lebaran, IDAI Ingatkan Potensi Penularan COVID-19 pada Anak

Potensi penularan COVID-19 pada Anak Saat Mudik Lebaran

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR. Dr. Soedjatmiko Sp.A(K), M.Si menyebut beberapa momen yang meningkatkan potensi penularan COVID-19 pada dewasa maupun anak-anak.

Momen-momen tersebut termasuk saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM), saat mudik lebaran, dan libur semester.

Menurutnya, walaupun kasus COVID sudah mengalami penurunan sejak Maret, tapi harus tetap hati-hati apalagi di Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pasca lebaran.

"Masker longgar, melorot, lepas kemudian berkerumun dalam kelas, dalam angkot, mobil antar jemput, berpotensi menimbulkan gelombang keempat, mudah-mudahan tidak terjadi," ujar Soedjatmiko dalam konferensi pers IDAI pada Senin, 18 April 2022.

Selain PTM, katanya, mudik massal juga membawa potensi besar penularan COVID-19. Kerumunan di berbagai sarana transportasi umum dan penggunaan masker yang tidak benar saat mudik ditambah imunisasi tidak lengkap juga akan meningkatkan risiko penularan.

Momen lain yang berpotensi meningkatkan penularan COVID-19 adalah libur semester pada Juni dan Juli mendatang.

"Kita ingat waktu Juli 2021 terjadi peningkatan yang sangat hebat, gelombang kedua yang menyebabkan setiap harinya ada 10 hingga 20 anak Indonesia meninggal dunia," katanya.

Dilihat dari rata-rata kematian anak Indonesia, setiap harinya dua sampai tiga anak Indonesia meninggal akibat COVID-19.

Sebagian besar anak meninggal akibat adanya kerusakan di paru-paru dan radang otak akibat infeksi corona. Kebanyakan anak yang meninggal adalah usia 10 hingga 18.

"Walaupun jumlah anak yang sembuh lebih banyak ketimbang anak yang meninggal, tetapi menurut studi, 25 persen anak yang sembuh akan mengalami long COVID seperti gangguan kognitif, bingung, hingga gangguan nafsu makan," katanya lagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Serba Serbi PTM

Soedjatmiko menambahkan, PTM yang telah dilakukan selama satu tahun secara hilang timbul mendapat peringatan dari mata dunia. Yakni dari UNESCO, UNICEF, dan World Bank.

Menurut organisasi internasional tersebut PTM hilang timbul menyebabkan terganggunya proses pembelajaran sehingga tingkat pengetahuan dan kemampuan sosial anak-anak rendah. Hal ini disebabkan kurangnya interaksi.

Di sisi lain, pembelajaran daring berkorelasi dengan gangguan kesehatan mental pada remaja. Dari sisi orangtua, pembelajaran daring juga menyulitkan apalagi jika anaknya banyak. Tantangan alat seperti gawai dan sinyal yang terbatas juga menambah persoalan.

Sedangkan, dari sisi guru, keluhan yang timbul adalah pencapaian akademik rendah karena tertinggal pelajaran 6 bulan lebih. Ditambah evaluasi individual sulit.

Maka dari itu, banyak dorongan untuk melakukan PTM secara tetap.

“Jadi apakah sudah boleh melakukan PTM? Panduan WHO, kegiatan masyarakat boleh dilonggarkan kalau positivity rate di bawah lima persen.”

Selain itu, Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri menekankan bahwa PTM harus dilakukan dengan memerhatikan protokol kesehatan yang ketat, kesiapan sekolah, guru, orangtua, dan murid serta harus ada pengawasan.

3 dari 4 halaman

Mudik bagi Anak

Terkait mudik massal, pada momen mudik Lebaran 2022 ini, pemerintah memutuskan anak-anak dan remaja bisa mudik tanpa perlu menunjukkan hasil tes CCOVID-19, baik PCR maupun Antigen.

Namun, ada syarat lain yakni mereka sudah mendapatkan vaksinasi dosis kedua.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan jika keputusan tersebut diambil setelah pemerintah memperhatikan dinamika yang terjadi di masyarakat terkait kebijakan vaksin penguat (booster) sebagai salah satu syarat mudik.

“Kita memang mensyaratkan booster kalau tidak mau dites antigen atau PCR untuk mudik. Tapi booster ini kan hanya diberikan ke di atas 18 tahun ke atas. Jadi memang ada dinamika. Ini kalau anak-anak di bawah 18 tahun gimana? Mau di-booster juga belum boleh.”

“Jadi akhirnya diputuskan oleh Bapak Presiden anak-anak, remaja, kalau mau mudik belum di-booster enggak apa-apa, enggak usah dites antigen,” ujar Budi dalam keterangannya, ditulis Selasa (19/4/2022).

4 dari 4 halaman

Hadiah dari Presiden

Dengan keputusan ini, pemerintah berharap anak-anak dapat menikmati mudik bersama keluarga.

“Jadi bisa mendampingi orangtuanya untuk mudik tanpa perlu tes PCR atau antigen, asal vaksinasinya sudah dua kali. Jadi, ini hadiah dari beliau (prediden) kepada anak-anak kita yang keluarganya mau menikmati mudik ini dengan lebih baik lagi,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Menkes juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak baik TNI, Polri, BIN, dan pemerintah daerah yang turut bekerja keras menyukseskan program vaksinasi nasional.

Menurut Budi, hampir 200 juta masyarakat Indonesia telah mendapat suntikan vaksin dalam kurun waktu 15 bulan.

“Alhamdulillah sampai sekarang sudah 392 juta dosis vaksin diberikan ke 198 juta masyarakat Indonesia. Sudah hampir 200 juta dalam waktu 15 bulan. Ini pencapaian yang luar biasa,” ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.