Sukses

Ibu Hamil Terlalu Gemuk, Selain Merugikan Diri Sendiri juga Janin

Ibu hamil dengan berat badan berlebih yakni gemuk atau malah obesitas bisa berdampak buruk bagi si ibu serta anak yang dikandung.

Liputan6.com, Jakarta - Ibu hamil dengan berat badan berlebih yakni gemuk atau malah obesitas bisa berdampak buruk bagi si ibu serta anak yang dikandung. Hal ini seperti disampaikan dokter spesialis penyakit kebidanan dan kandungan konsultan Dwiana Ocviyanti.

"Khusus yang obesitas, ibu hamil dengan kondisi tersebut dua kali lipat kemungkinan dia menderita preeklampsia," ujar Ketua Pokja Angka Kematian Ibu (AKI) dari Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu dalam sebuah acara kesehatan yang digelar daring seperti mengutip Antara.

Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine. Bila ibu hamil alami preeklampsia maka bayi berisiko empat kali lipat memiiki berat badan lahir yang rendah atau IUGR (Intra Uterine Growth Restriction).

Bayi IUGR berisiko dua kali lipat mengalami stunting atau kondisi tubuh anak pendek akibat kekurangan gizi kronik.

"Ibu yang preeklampsia, rata-rata untuk menolong ibunya kita tidak mengizinkan ibunya hamil sampai cukup bulan. Sebagian mereka diterminasi kehamilannya pada masa pre-term. Prematur saja meningkatkan risiko stunting dua kali," jelas Ocviyanti.

Bayi dengan berat badan kecil selama dikandung tak akan tumbuh dengan baik. Bila lahir prematur, maka menempatkan sang bayi pada risiko stunting hingga 7,5 lipat.

"Ini menyedihkan. Gemuk itu bukan hal yang baik-baik saja," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berat Ideal Ibu Hamil di RI Tidak Boleh Lebih dari 60 kg

Perempuan Indonesia rerata memiliki tinggi 150-160 cm. Maka berat badan ideal ibu untuk memulai kehamilan bila mengambil rerata tinggi badan perempuan di Indonesia tidak boleh lebih dari 60 kg.

Ocviyanti juga mengingatkan selama kehamilan ibu juga perlu menjaga kenaikan berat badannya. Pada lima bulan pertama kehamilan, bila berat badan ibu sudah normal maka tidak apa-apa jika tak mengalami kenaikan berat badan. Tetapi bila naik pun diusahakan tak boleh lebih 6 kg sepanjang kehamilannya.

"Kita bukan makan untuk dua orang. Lima bulan pertama kehamilan kalau berat badan normal tidak perlu naik berat badan juga tidak apa-apa. Naik 1-2 kg cukup. Tetapi kalau berat badan berlebih bahkan sepanjang kehamilan tidak boleh lebih dari 6 kg," kata Prof. Ocviyanti.

Berbicara risiko anak stunting, sebenarnya bukan saja berasal dari ibu hamil gemuk dan mengalami kenaikan berat badan tak terkontrol. Bisa juga karena anak mengalami kekurangan energi kronik (KEK) dan anemia. Data Riskesdas terbaru menunjukkan, sebanyak 17 persen ibu dengan kondisi KEK, sementara anemia dihadapi sekitar 50 persen ibu.

"Sudah ada yang kekurusan, kegemukan 30-40 persen, 50 persen ibu hamil anemia, ini jelas berisiko terhadap terjadinya stunting dan kematian ibu," tutur Ocviyanti.

Mencegah hal ini terjadi pada para ibu hamil, maka perlu mengikuti penutnjuk Kementerian Kesehatan. Mulai dari menjalani pemeriksaan kehamilan ke dokter, memastikan tidak memiliki risiko KEK, obesitas, penyakit penyerta dari awal dan tidak anemia.

"Kalau ini bisa kita kendalikan, kita berharap generasi muda di 2024 dimulai dengan angka stunting yang turun, nantinya betul-betul menjadi golden generation," sarannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.