Sukses

Belum Final, Kapan Tempe Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO?

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) mendukung tempe agar diakui sebagai warisan budaya tak benda UNESCO. Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diselesaikan untuk mencapai tujuan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) mendukung tempe agar diakui sebagai warisan budaya takbenda UNESCO. Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diselesaikan untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Ketua Kolegium Ilmu Gizi Indonesia (KIGI) dr. Minarto, MPS salah satu tantangan dalam pengembangan pangan terkait tempe adalah masalah gizi ganda (double burden).

“Jadi di saat masalah kurang gizi masih meningkat, tapi masalah gizi lebih juga mulai meningkat. Negara-negara yang bagus itu situasi gizi lebihnya akan meningkat ketika kurang gizi sudah menurun, artinya transisinya baik,” kata Minarto dalam konferensi pers virtual Rabu (30/3/2022).

Sedangkan, epidemiologi gizi di Indonesia tidak seperti itu. Ini merupakan tantangan besar yang perlu ditanggulangi, tambahnya.

Di sisi lain, angka obesitas atau kelebihan berat badan di Indonesia masih tinggi. Terkait hal ini, Minarto berpendapat bahwa jika Indonesia ingin mendorong tempe untuk mendapat pamor bagus maka dapat memosisikan tempe sebagai makanan yang dapat mencegah obesitas.

“Kita kalau mau membuat tempe bagus maka kita bisa memosisikan, misalnya bagaimana kalau kita menggunakan tempe sebagai positioning untuk prevention obesitas dan kondisi kesehatan lain.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Belum Final

Dalam acara yang sama, Penggagas Indonesian Tempe Movement Prof. Florentinus Gregorius Winarno mengatakan bahwa sejauh ini, proses pengakuan tempe oleh UNESCO masih dalam proses dan belum final.

“Proses UNESCO itu belum final, apakah Indonesia akan mendapat rekognisi terhadap UNESCO juga belum,” kata Winarno.

Walau demikian, semua data yang dibutuhkan sudah masuk ke pihak UNESCO dan sedang dalam tahap pemilihan akhir.

“Jadi pemilihan akhir itu, apakah tempe, apakah jamu, apakah reog. Jadi biasanya nanti ditentukan oleh komite, ada komite yang di Indonesia, ada juga komite di UNESCO.”

Jika tempe tidak terpilih, maka harus menunggu 2 tahun lagi untuk diajukan ke UNESCO. Setelah 2 tahun, maka akan ditentukan kembali mana yang akan diakui terlebih dahulu. Jika masih tidak terpilih, maka harus menunggu 2 tahun lagi dan begitu seterusnya.

Winarno menambahkan, sebetulnya perjuangan untuk mengumpulkan berbagai data sudah usai. Saat ini yang dihadapi adalah proses pemilihan yang tidak pasti.

“Tempe dulu atau Jamu dulu atau yang lain dulu, tidak ada kepastian, sekarang menggantung sekali.”

3 dari 4 halaman

Keistimewaan Tempe

Walau statusnya di UNESCO masih menngantung tapi keistimewaan tempe sudah tak diragukan. Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si, tempe adalah makanan sehat yang murah dan mudah ditemukan.

“Kenapa kita harus makan tempe? Karena salah satunya untuk melestarikan budaya Indonesia. Tempe ini merupakan makanan asli dari Indonesia,” kata Rudatin.

Ia menambahkan, tempe juga merupakan sumber protein nabati yang mudah dicerna. Selain murah dan mudah didapatkan, makanan ini juga mengandung isoflavon, probiotik, vitamin B12 dan antioksidan yang mampu meningkatkan kesehatan, mencegah berbagai penyakit, dan dapat mengobati diare.

Selain itu, tempe juga bermanfaat untuk:

-Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

-Mencegah osteoporosis.

-Menjaga kesehatan Jantung.

-Memenuhi kebutuhan vitamin B12.

-Mencegah kanker, anemia, diabetes melitus, dan anemia.

-Menghambat proses penuaan.

-Mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan.

4 dari 4 halaman

Infografis Harga Kedelai Melambung, Perajin Tahu Tempe Kelimpungan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.