Sukses

Heboh Varian Deltacron, Satgas: Jangan Beri Peluang Virus untuk Menularkan

Cegah agar tidak memberikan peluang virus COVID-19 untuk menularkan.

Liputan6.com, Jakarta Kemunculan varian Deltacron menjadi salah satu yang diperhatikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Apalagi sejumlah negara, salah satunya Amerika Serikat (AS) disebut-sebut sudah mendeteksi Deltacron, yang merupakan gabungan Delta-Omicron.

Terkait varian Deltacron, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, apapun virusnya, termasuk virus COVID-19 dapat berpotensi menular selama masih beredar. Masyarakat diingatkan agar tidak memberikan peluang virus untuk menular.

 

"Demi menghindari masuknya virus maupun pembentukan varian baru di dalam negeri, jangan sampai kita memberikan peluang bagi virus untuk menularkan sama sekali," terang Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 15 Maret 2022.

Untuk itu, dalam masa adaptasi ini, pencegahan penularan lebih banyak porsinya pada tanggung jawab setiap individu. Setiap orang wajib melindungi dirinya sendiri dan orang lain melalui disiplin protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak)."

Ada berbagai mekanisme mutasi virus, seperti rekombinasi pada varian Deltacron. Varian ini adalah varian GKA (AY.4/BA.1) yang terindikasi memiliki percampuran genetik antara varian Delta 21J/AY.4 dan Omicron 21K/BA.1.

"Rekombinasi virus Delta-Omicron bukanlah hal baru dan sudah banyak terjadi pada berbagai virus lainnya. Tidak memberi ruang penularan, dapat mencegah mutasi virus yang dapat melahirkan varian baru," jelas Wiku.

"Penting untuk dipahami, selama virus masih beredar, apalagi dalam tingkat penularan yang tinggi, potensi mutasi virus semakin besar."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Laporan Varian Deltacron di AS

Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan di situs medRxiv, para ilmuwan di Helix, laboratorium yang berbasis di California, AS menemukan dua infeksi yang melibatkan versi Deltacron yang berbeda setelah mengurutkan lebih dari 29.000 sampel positif COVID.

Sampel ini dikumpulkan di AS dari 22 November 2021 - 13 Februari 2022. Para ilmuwan waktu itu belum menggunakan nama Deltacron.

WHO belum mengklasifikasikannya sebagai "Varian yang Mengkhawatirkan" (Variant of Concern/VoC) karena hanya ada sedikit kasus.

"Fakta bahwa tidak banyak, bahkan dua kasus yang kami lihat berbeda, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak akan meningkat menjadi Varian yang Mengkhawatirkan, kata Chief Science William Lee di Helix, dikutip dari WebMD.

"Masuk VoC jika menghasilkan sejumlah besar kasus," sambung ahli epidemiologi William Hanage Harvard T.H. Chan School of Public Health. "Kalau tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir."

WHO juga melaporkan, varian Deltacron terdeteksi dalam sejumlah kecil kasus di Prancis, Belanda, dan Denmark.

3 dari 3 halaman

Infografis Jangan Bebal, Kamu Tidak Kebal Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.