Sukses

Deltacron, Versi Hibrid Varian Delta dan Omicron Penyebab COVID-19

Varian hibrid itu merupakan virus rekombinan dan disebut Deltacron, karena mengandung gen Delta maupun Omicron.

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan mengatakan, versi hibrid dari varian Omicron dan Delta penyebab COVID-19 muncul di sejumlah negara di Eropa.

Varian hibrid itu merupakan virus rekombinan dan disebut Deltacron, karena mengandung gen Delta maupun Omicron.

"Rekombinana ini hadir ketika lebih dari satu varian menginfeksi dan bereplikasi dalam tubuh orang yang sama, dalam sel-sel yang sama," jelas Prof Lawrence Young, virolog dari University of Warwick, Inggris.

"Deltracron adalah produk dari kedua varian Delta dan Omicron yang bersirkulasi pada populasi yang sama."

Komunitas peneliti global GISAID pun telah membagikan informasi mengenai Deltacron. Menurut informasi GISAID, bukti solid keberadaan varian tersebut telah dibagikan oleh Pasteur Institute di Prancis.

Selain itu, GISAID menyebut, Deltacron telah teridentifikasi di sejumlah wilayah di Prancis dan mulai beredar sejak awal tahun.

"Genom dengan profil serupa juga telah teridentifikasi di Denmark dan Belanda," tutur GISAID.

Laporan lain menunjukkan, Deltracron juga terdeteksi di Amerika Serikat, dan sekitar 30 kasus lain terdeteksi di Inggris, menurut laporan UK Health Security Agency.

Menurut artikel surat kabar, transmisi antarmanusia dari Deltacron di Inggris akan mulai dikonfirmasi pekan ini.

Peneliti dari Institut Pasteur Dr Etienne Simon-Loriere mewaspadai kemungkinan adanya virus rekombinan berbeda yang terbentuk dari Delta dan Omicron.

"Yang kita lihat di Prancis dan di Denmark/Belanda tampak sangat serupa dan kemungkinan besar merupakan rekombinan yang sama (dengan virus induk yang sama) yang telah menyebar," ujarnya, dilansir Guardian.

Simon-Loriere menambahkan, sedangkan rekombinan Delta-Omicron yang dilaporkan di negara-negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat tampak berbeda dari virus induk, karenanya berbeda dari Detacron yang ditemukan di Prancis. Simon-Loriere juga mengatakan perlunya penyebutan berbeda bagi rekombinan tersebut.

"Kita mungkin perlu menemukan nama yang berbeda untuk mengindikasikan rekombinan ini, atau mulai menambahkan angka," ujarnya.

Virus hibrid Delta-Omicron masing-masing ditemukan 33 sampel di Prancis, 8 di Denmark, 1 di Jerman, dan 1 di Belanda. Perubahaan sekuensing genetika Helix juga menemukan dua kasus di Amerika Serikat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Seberapa Berbahayanya Deltacron?

Menurut para ahli, varian rekombinan sangat mungkin terjadi. Dengan demikian, Deltacron bukanlah varian hibrid yang pertama ataupun terakhir pada virus COVID-19.

"Hal ini terjadi ketika kita berada dalam periode perubaan dari satu varian dominan pada varian lainnya, dan umumnya hal tersebut memicu keingintahuan secara ilmiah tapi tak lebih dari itu," Dr Jeffrey Barrett, yang sebelumnya memimpin inisiatif genomik di Wellcome Trust Sanger Institute, Inggris.

"Ini bukanlah kekhawatiran baru," ujar Simon-Loriere.

Diakui Simon-Loriere, rekombinan tersebut sangat jarang. Namun, meski telah teridentifikasi sejak Januari, varian rekombinan itu belum menunjukkan kemampuan untuk berkembang secara eksponensial.

Simon-Loriere juga mengatakan bahwa Deltracron tidak akan mewakili fase baru pandemi. Varian hibrid itu menunjukkan protein spike yang seluruhnya berasal dari Omicron. Sementara bagian lain genom adalah Delta.

Oleh karena permukaan virus Deltacron seluruhnya menyerupai Omicron, maka tubuh orang yang terinfeksi akan mengenalinya sebagai varian Omicron.

Duri-duri atau protein spike Omicron yang sangat berbeda dari varian lainnya, diduga oleh para peneliti sebagai alasan varian tersebut tidak berdampak terlalu parah pada orang yang terinfeksi. Varian tersebut 'hanya' menyerang pernapasan atas, namun tidak sampai ke paru-paru. Rekombinan baru pun diduga memiliki dampak yang sama.

 

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.