Sukses

Pola Makan yang Tepat bagi Pasien Gangguan Pernapasan Selama Pandemi COVID-19

Seperti ini pola makan pasien gangguan pernapasan yang dianjurkan.

Liputan6.com, Jakarta - Nutrisi mikro dan makro harus terpenuhi di dalam kegiatan makan sehari-hari. Baik untuk individu yang sehat maupun pasien gangguan pernapasan.

Sebab, seringkali orang menghilangkan satu sumber makanan tertentu, terlebih oleh mereka yang sedang diet. Padahal, dengan memerhatikan asupan nutrisi makro dan mikro, membantunya memeroleh berat badan ideal.

Sedangkan pada pasien gangguan pernapasan, mengonsumsi gizi seimbang mencegah terjadinya hal-hal buruk yang diakibatkan kondisi tersebut.

Dokter gizi, dr Dedyanto Henky Saputra M Gizi AIFO-K menyebut pola makan itu dengan keragaman porsi.

"Tapi seringkali kita secara keragaman tidak seimbang. Makan karbohidratnya kebanyakan tapi proteinnya kurang, atau vitamin mineralnya tidak tercukupi," kata pria yang juga Medical General Manager Kalbe saat melakukan siaran langsung di Instagram @KalbeGroup belum lama ini.

Sayangnya, jarang ada yang menyadari bahwa pola makan yang seperti itu kurang tepat. Malah seringnya merasa sehat, tapi tak tahunya kebiasaan kayak begitu punya dampak yang tidak main-main.

"Kita berisiko menjadi manusia yang tidak bugar. Penyakit seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes mudah muncul," katanya.

Menurut Dedy, orang sehat saja banyak yang keragaman di dalam piring makannya tidak pas. Apalagi bagi pasien gangguan pernapasan, dapat dipastikan porsinya seringkali tidak tercukupi.

"Porsinya saja tidak tercukupi, apalagi keragamanannya," kata dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bertujuan Menjaga Berat Badan Ideal

Dijelaskan Dedy, tujuan dari memerhatikan porsi makan adalah untuk menjaga berat badan agar dalam keadaan ideal.

Demi mendapatkannya, porsi makan harus tercukupi terlebih dahulu. Oleh sebab itu, penuhi pedoman gizi seimbang dalam porsi makan.

Sehingga yang terdapat di dalam piring makan tidak hanya nasi dan lauk saja, tapi ada sayur yang ditambah buah dan air putih. Yang semua ini mengandung nutrisi makro dan mikro.

Diakui Dedy, tidak semua orang bisa belanja dan masak sendiri. Banyak yang terpaksa beli. Bila kondisi seperti ini, memang agak susah untuk memerleh keragaman saat makan.

Dedy, mengatakan, tak ada salahnya untuk menambahkan suplemen makanan. Ingat, suplemen makanan banyak jenisnya.

"Biasanya yang terpikirkan adalah tablet dan kapsul, padahal ada suplemen lain yang kandungannya berupa karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral, salah satunya minuman serbuk atau susu.

Dalam kesempatan yang sama, Product Manager Kalbe, Mindo Fuji Gloria S Farm Apt, menjelaskan, pada kondisi tertentu seseorang tidak bisa mencapai kebutuhan gizi harian. Baik dari penyediiaan makanan maupun keragamannya.

Kondisi tersebut, kata Mindo, dapat dibantu dengan mengonsumsi oral nutritional supplements (ONS) --- yang salah satunya berbentuk susu. 

"Kebutuhan nutrisi setiap orang itu berbeda, apalagi untuk penderita gangguan pernapasan. Kalbe sendiri punya ONS yang bsia jadi bahan tambahan nutrisi yang namanya Pulmosol," kata Mindo.

3 dari 3 halaman

Jangan Biar Kondisi Sulit Makan

Di sisi lain, lanjut dia, beberapa orang memiliki kesulitan makan. Apalagi pada mereka yang sering kali mual atau muntah akibat gejala penyakit.

Begitu juga terhadap pasien COVID-19 di gelombang varian omicron dengan gejala radang tenggorokan.

Mindo, mengatakan, sulit makan tidak dapat dibiarkan, karena kondisi-kondisi tersebut seorang pasien justru sangat membutuhkan nutrisi yang tepat. 

"Tidak mungkin dibiarkan tidak makan, jadi, lebih praktis tinggal minum, seperti Pulmosol yang hanya perlu dilarutkan dengan air. Gizinya cukup sekali," katanya.

"Perbedaan dengan susu lain adalah dari sisi kalorinya yang lebih tinggi, proteinnya tinggi, karbohidratnya lebih rendah, lemak yang tidak mengandung kolesterol, seratnya ada yang sudah disesuaikan untuk gangguan pernapasan, multivitamin juga lengkap," Mindo menambahkan. 

Dijelaskan Mindo, Pulmosol memiliki kandungan protein 1,5 kali lipat lebih dari besar dibanding susu steril maupun susu murni. 

Sehingga bermanfaat untuk menguatkan massa otot pernapasan yang menurun akibat infeksi, paparan asap rokok terus menerus, atau gaya hidup lainnya.

Pulmosol dapat dikonsumsi oleh semua pasien gangguan pernapasan di atas 12 tahun. Baik bagi penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, pneumonia, COVID-19, hingga perokok jangka panjang yang memiliki fungsi paru menurun.

"Sedangkan untuk anak-anak berusia di bawah 12 tahun, harus konsultasi dengan dokter gizi atau dokter anak terlebih dahulu sebelum mengonsumsi Pulmosol," pungkas Mindo

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.