Sukses

Selain Subvarian BA.2, WHO Mengendus Keberadaan Omicron Siluman BA.3

Omicron Siluman tak berhenti sampai di subvarian BA.1, BA.1.1, BA.2, tapi ada juga Omicron BA.3

Liputan6.com, Jakarta - Ahli Epidemiologi Penyakit Menular dan Pimpinan Teknis COVID-19 di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove menyebut bahwa varian Omicron tidak berhenti sampai di BA.2. Terbaru ada juga BA.3.

Pada Sabtu, 5 Maret 2022, Maria mengabarkan bahwa subvarian Omicron BA.2 yang semula dianggap parah ternyata dinilai sama ringannya seperti BA.1.

Baru setelah itu Maria sedikit menyebut adanya Omicron Siluman dari subvarian lainnya yaitu BA.3, seperti dikutip dari Times of India pada Minggu, 6 Maret 2022.

Dengan adanya laporan subvarian Omicron BA.3, WHO seperti mengisaratkan bahwa pandemi COVID-19 belum benar-benar berakhir, dan SARS-CoV-2 atau Virus Corona masih merupakan virus berbahaya yang mengintai di sekitar kita.

Di Indonesia sendiri per Sabtu, 5 Maret 2022, kasus Omicron Siluman bertambah jadi 335 jiwa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Varian Omicron Beranak Pinak

Varian Omicron pertama kali terdeteksi pada November 2021. Tepat 26 November, WHO menetapkannya sebagai Variant of Concer (VoC) atau varian yang mengkhawatirkan.

"Yang paling menonjol yang telah terdeteksi di seluruh dunia adalah BA.1, BA.1.1, dan BA.2. Ada juga BA.3 dan subvarian lainnya," kata Maria Van Kerkhove.

WHO menjelaskan bahwa Omicron termasuk garis keturunan Pango B.1.1.529 dan garis keturunan Pango BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3.

Sebuah studi penelitian yang diterbitkan pada 18 Januari 2022 di Journal of Medical Virology juga telah mengonfirmasi keberadaan sub-garis keturunan BA.3.

"Studi kami menemukan bahwa tidak ada mutasi spesifik untuk garis keturunan BA.3 pada protein spike. Sebaliknya, ini adalah kombinasi mutasi pada protein spike BA.1 dan BA.2," kata studi tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Terdeteksi di Barat Laut Afrika Selatan

Masih dari studi tersebut diketahui bahwa subvarian Omicron BA.3 pertama kali terdeteksi di barat laut Afrika Selatan.

Sesuai penelitian pada 11 Januari 2022 dari total sekuens genom yang dikirimkan ke database GISAID hanya 0,013 persen yang merupakan subvarian Omicron BA.3 dan yang tertinggi adalah BA.1.

Studi lebih lanjut menemukan bahwa ada lebih sedikit mutasi pada BA.3 daripada BA.1 dan berspekulasi bahwa hilangnya mutasi mungkin menjadi alasan mengapa BA.3 memiliki jumlah infeksi yang lebih sedikit.

Maria, mengatakan, BA.3 telah disebut sebagai garis keturunan Omicron yang kurang lazim oleh banyak penelitian.

"...dapat berspekulasi bahwa alasan silsilah BA.3 menyebar dengan kecepatan sangat rendah dan menyebabkan lebih sedikit kasus mungkin karena hilangnya enam mutasi (ins214EPE, S371L, G496S, T547K, N856K, dan L981F) dari BA.1 atau mendapatkan dua mutasi dari BA.2 (S371F dan D405N)," kata studi penelitian Januari 2022.

Sejauh ini subvarian dominan Omicron adalah BA.1 dan BA.2 dan keduanya tidak memiliki perbedaan dalam tingkat keparahan yang ditimbulkannya.

4 dari 4 halaman

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.