Sukses

Cara Perkirakan Saturasi Oksigen Jika Pasien COVID-19 Isoman Tak Punya Pulse Oximeter

Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Dian Marta Sari membagikan cara memperkirakan saturasi oksigen tanpa alat (pulse oksimetri). Cara ini dapat dilakukan di rumah khususnya bagi pasien COVID-19 yang sedang isolasi mandiri.

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Dian Marta Sari membagikan cara memperkirakan saturasi oksigen tanpa alat (pulse oksimetri). Cara ini dapat dilakukan di rumah khususnya bagi pasien COVID-19 yang sedang isolasi mandiri.

Cara yang disebut pula Single Breath Count Test dilakukan dengan menarik napas panjang dan menghitung saat mengeluarkan napas.

“Kalau kita bisa menghitung sampai angka 30 secara berurutan dalam 1 kali tarikan napas, artinya saturasi oksigen kita lebih dari 95 persen (normal),” mengutip keterangan video yang diunggah di Instagram Dian dan rekannya dr. Muslim Kasim.

Kalau hanya bisa menghitung sampai angka 10 secara berurutan dalam 1 kali tarikan napas, artinya saturasi oksigen nya kurang dari 95 persen. Kalau hitungan angka nya hanya sampai 7 atau kurang, maka saturasi oksigennya kurang dari 90 persen.

“Ingat ya dalam 1 tarikan napas dalam. Jika kemampuan berhitungnya kurang dari 10, artinya saturasi oksigen kurang dari 95 persen, sudah harus waspada. Kalau berhitungnya hanya sampai 7 atau kurang, maka segera dibawa ke rumah sakit ya untuk mendapat pertolongan medis.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apakah Akurat?

Dian menambahkan, ini adalah cara untuk memperkirakan saturasi sehingga terkait akurasinya tetap akan lebih tepat jika menggunakan alat.

“Kalau mengenai akurat, tentu tetap pakai alat yang sesungguhnya yaitu pulse oksimetri, tapi karena waktu itu alat langka dan harganya juga melonjak sehingga banyak yang tidak mampu beli, jadi bagaimana caranya agar mereka tetap bisa skrining di rumah,” kata Dian kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Minggu (13/2/2022).

Menurutnya, Single Breath Count Test sudah ada sejak lama yang digunakan untuk masalah paru-paru. Dengan cara ini, pasien dapat diperkirakan apakah mengalami hipoksemi (rendahnya kadar oksigen dalam darah) atau tidak. Terutama pada pasien respiratory distress atau penumpukan cairan di kantong udara paru-paru.

“Karena kelangkaan pada waktu itu (tahun lalu), maka ini diaplikasikan untuk pasien COVID-19.”

3 dari 4 halaman

Kelangkaan Alat

Mengenai video yang diunggah di Instagram, Dian mengatakan bahwa itu adalah video lama yang dibuat tahun lalu bersama rekannya, Muslim.

Pembuatan video ini dilatarbelakangi oleh masih langkanya alat hitung saturasi oksigen pulse oksimetri kala itu.

“Sebetulnya video ini sudah lama dari satu tahun kemarin karena waktu itu pulse oksimetri langka dan kasus COVID meningkat tinggi banget. Jadi, bagaimana kita mengedukasi untuk orang-orang yang berada di rumah dan tidak mampu membeli pulse oksimetri agar aware dengan kondisi mereka,” kata Dian.

4 dari 4 halaman

Infografis 8 Fakta COVID-19 Varian Omicron

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.