Sukses

Peneliti Ungkap Efek Vaksin Booster Sinovac dan Moderna

Peneliti ungkap efek vaksin booster Sinovac dan Moderna dari segi keamanan dan titer antibodi.

Liputan6.com, Jakarta Sejak Rabu, 12 Januari 2022 lalu, pemberian vaksin booster telah resmi dimulai. Vaksin booster yang digunakan diantaranya Sinovac dan Moderna.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti National Institute of Health Research and Development (NIHRD) Indonesia, Ririn Ramadhany mengungkapkan hasil temuan efek vaksin booster Sinovac dan Moderna.

"Dalam penelitian ini, kami mencoba melihat bagaimana respons antibodi pada vaksinasi dosis ketiga," ujar Ririn dalam webinar Indonesian Congress Symposium on Combating COVID-19 Pandemic without Boundaries ditulis Senin, (17/1/2022).

"Pada vaksinasi booster, pemerintah memutuskan untuk menggunakan dua jenis vaksin, pertama pada homolog dengan Sinovac dan heterolog dengan Moderna," tambahnya.

Penelitian ini dilakukan pada penerima vaksin primer Sinovac dan belum pernah terinfeksi COVID-19 sebelumnya. Serta, penelitian ini juga mencatat bagaimana antibodi penerima vaksin booster sebelum dan sebulan sesudah menerimanya.

"Kami melihat level antibodi dan keamanan dari keduanya," kata Ririn.

Hasil menunjukkan bahwa tidak ada efek yang merugikan atau serius dari kedua jenis, homolog dan heterolog pada vaksinasi booster. Kebanyakan pasien hanya merasakan nyeri pada daerah bekas suntikan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peningkatan antibodi

Dalam hal peningkatan titer antibodi, Sinovac dan Moderna sama-sama menunjukkan adanya peningkatan. Hanya saja signifikansi dalam peningkatannya berbeda.

"Kami melihat bahwa keduanya, homolog dan heterolog pada vaksin booster menunjukkan adanya peningkatan titer antibodi. Dengan vaksin homolog Sinovac, ada peningkatan hingga 7,8 kali lipat sebulan setelah penyuntikan," ujar Ririn.

Sedangkan, pada penerima vaksin booster heterolog Moderna ada perbedaan yang begitu signifikan yakni 67 kali lipat lebih tinggi dibandingkan sebelum penyuntikan.

"Kami juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan pada titer antibodi diantara kelompok usia. Walaupun memang cenderung lebih rendah pada populasi lansia di atas 60 tahun," kata Ririn.

Namun dalam kesempatan yang sama, Ririn juga menjelaskan bahwa titer antibodi tidak menentukan level proteksi dari vaksin itu sendiri. Terlebih, penelitian juga hingga saat ini masih terus berlanjut.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.