Sukses

WHO: Varian Omicron Terdeteksi di 57 Negara, Diprediksi Terus Bertambah

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyampaikan varian Omicron kini telah dilaporkan di 57 negara dan diperkirakan jumlah itu akan terus bertambah.

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyampaikan COVID-19 varian Omicron kini telah dilaporkan ada di 57 negara. Diperkirakan jumlah itu akan terus bertambah.

Fitur-fitur tertentu dari Omicron, termasuk penyebaran global dan sejumlah besar mutasi, menunjukkan bahwa hal itu dapat berdampak besar pada perjalanan pandemi.

“Kami sekarang mulai melihat gambaran yang konsisten dari peningkatan pesat dalam transmisi, meskipun untuk saat ini tingkat peningkatan yang tepat relatif terhadap varian lain masih sulit untuk diukur,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom dalam keterangan pers Rabu (8/12/2021).

Di Afrika Selatan, jumlah kasus Omicron meningkat dengan cepat. Namun, Omicron terdeteksi saat transmisi Delta sangat rendah, sehingga persaingannya kecil.

Oleh karena itu, penting untuk memantau dengan cermat apa yang terjadi di seluruh dunia. Serta perlu memahami apakah Omicron dapat mengalahkan dominasi Delta.

Untuk alasan itu, WHO meminta semua negara untuk meningkatkan pengawasan, pengujian, dan pengurutan.

Diagnostik yang ada masih berfungsi seperti PCR maupun tes berbasis antigen.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masih Perlu Banyak Data

Data yang muncul dari Afrika Selatan menunjukkan ada peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron, tetapi masih butuh banyak data untuk menarik kesimpulan yang lebih tegas.

Ada juga beberapa bukti bahwa Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, tetapi masih terlalu dini untuk memastikannya.

“Untuk membantu kami membangun gambaran yang lebih jelas tentang tingkat keparahan dan gejala penyakit yang disebabkan oleh Omicron, kami meminta lebih banyak negara untuk mengirimkan lebih banyak data ke Platform Data Klinis kami, menggunakan formulir pelaporan kasus terbaru yang tersedia di situs web kami.”

Data baru muncul setiap hari, tetapi para ilmuwan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan studi dan menginterpretasikan hasilnya.

Tedros mengimbau, semua pihak harus berhati-hati dalam menarik kesimpulan yang tegas sampai memiliki gambaran yang lebih lengkap.

3 dari 4 halaman

Penelitian Berbagai Pihak

Setiap hari, WHO mengumpulkan ribuan ahli di seluruh dunia untuk berbagi dan menganalisis data dan mendorong penelitian ke depan.

Misalnya, Kelompok Penasihat Teknis untuk Evolusi Virus sedang menilai efek Omicron pada penularan, tingkat keparahan penyakit, vaksin, terapi dan diagnostik, dan efektivitas tindakan kesehatan masyarakat dan sosial.

Kelompok Penasihat Gabungan tentang Prioritas Terapi COVID-19 sedang menganalisis kemungkinan efek Omicron pada perawatan pasien yang dirawat di rumah sakit.

The R&D Blueprint for Epidemics sedang mengumpulkan para peneliti untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, dan studi-studi tersebut diperlukan segera untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling mendesak.

Kelompok Penasihat Teknis untuk Komposisi Vaksin COVID-19 sedang menilai dampak Omicron pada vaksin saat ini dan menentukan apakah diperlukan perubahan pada vaksin.

“Sekali lagi, saya berterima kasih kepada para ilmuwan di Afrika Selatan yang telah bekerja sama dengan WHO untuk membantu kami mempelajari lebih lanjut tentang Omicron,” tutup Tedros.

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Tips Atasi Takut Jarum Suntik Saat Vaksinasi COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.