Sukses

Rentan Terjadi Saat Musim Hujan, Kenali Tanda-Tanda Diare

Diare rentan terjadi saat musim hujan kayak sekarang

Liputan6.com, Jakarta - Akademisi dan Praktisi Klinis, Ari Fahrial Syam mengingatkan adanya berbagai penyakit dengan angka kejadiannya yang akan meningkat selama musim hujan seperti sekarang ini.

Salah satu penyakit musim hujan tersebut adalah diare. Dan, ini bisa terjadi pada siapa saja serta berlangsung secara tiba-tiba.

Menurut Ari, hampir setiap orang mengalami diare minimal satu kali dalam satu tahun. Bentuk feses orang yang mengalami diare juga bermacam-macam. Pasien dengan diare bisa saja datang dengan feses cair tanpa ampas atau fesesnya seperti bubur.

Selain itu, bisa juga diare yang terjadi disertai lendir atau darah. Jumlah dari feses pada pasien yang mengalami diare tersebut bisa banyak saat buang air besar (BAB) atau bisa juga sedikit-sedikit.

"Pasien yang mengalami diare bisa juga datang dengan berbagai keluhan tambahan lainnya seperti demam, mules atau bisa juga disertai mual atau muntah," kata Ari dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 27 Oktober 2021.

Penyebab diare pun bisa bermacam-macam. Bisa karena suatu infeksi seperti kuman e-coli, Vibrio cholera, Salmonela, Shigela, dan Kampilobakter.

Bisa juga disebabkan virus, seperti rotavirus dan virus enterik lainnya. Bahkan, parasit pun bisa menyebabkan terjadinya diare, antara lain amuba, jamur, dan cacing.

Selain oleh kuman, diare juga bisa disebabkan karena salah makan yang menyebabkan gangguan pencernaan (maldigesti).

"Diare bisa timbul karena penggunaan antibiotika yang berlebihan terutama antibiotika untuk mengatasi infeksi saluran nafas atas," katanya.

"Jika terjadi diare, diusahakan agar diare segera di-stop dan pasien dicegah agar tidak terjadi kekurangan cairan (dehidrasi)," Ari menambahkan.

Jika memang didapatkan tanda-tanda infeksi, misal pasien demam atau disertai buang air besar dengan lendir dan berdarah, Ari menyarankan agar sebaiknya segera diberikan antibiotika.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tatalaksana Diare

Jika mengalami diare, kata Ari, yang harus dicegah adalah orang yang mengalami diare tersebut tidak jatuh dalam keadaan kekurangan cairan dan elektrolit.

Kekurangan cairan dan elektrolit jika tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi yang lanjut, seperti gangguan fungsi ginjal sampai menyebabkan kematian.

Cairan yang mengandung elektrolit seperti oralit sebaiknya segera harus diberikan dan disesuaikan dengan jumlah atau banyaknya feses cair yang dikeluarkan.

Ari, mengingatkan, minuman olahraga tidak dianjurkan untuk mengganti cairan dan elektrolit karena diare. Sebab, minuman olahraga adalah untuk mengganti cairan dan elektrolit yang keluar melalui keringat saat beraktivitas fisik.

Jika kondisi dehidrasi cukup berat atau pasien tidak bisa mengonsumsi minuman akibat mual dan muntahnya, pasien perlu perawatan di rumah sakit untuk mendapatkan infus cairan guna mengatasi dehidrasi yang terjadi.

 

3 dari 5 halaman

Obat-Obatan Diare

Lebih lanjut Ari, mengatakan, obat-obatan yang diberikan adalah obat anti-diare untuk menghentikan diare dan antibiotika untuk membunuh kuman penyebab diare tersebut.

"Walau sebenarnya tidak semua diare tersebut karena infeksi. Oleh sebab itu, tidak semua diare tersebut perlu antibiotika," kata Ari.

Obat obat lain juga kadang kala diperlukan untuk mengurangi gejala-gejala tambahan pada penderita diare. Gejala-gejala tambahan tersebut bisa diatasi dengan obat-obatan, misalnya jika terjadi demam diberikan obat penurun panas, jika mual sampai muntah dapat diberikan obat anti muntah. Jika terjadi mulas kadang kala diberikan obat anti kejang usus (antispasmodik).

Obat anti diare harus diberikan dengan bijaksana, kata Ari. Prinsip dasar obat anti diare segera di-stop jika tidak terjadi mencret lagi.

Obat anti diare yang saat ini ada di pasaran antara lain bekerja sebagai adsorben atau protektan atau sering juga disebut sebagai obat pengeras feses seperti atapulgit, kaolin atau pektin, smectit, karkoal, ispagula husk dan cholesteramin.

Beberapa produk di pasaran, jelas Ari, mengombinasikan atapulgit dan pektin. Obat anti diare yang lain yaitu antikolinergik atau antispasmodik (klidinium, hiosiamin, mebeverin), opiate sintentik atau natural (kodein, loperamid, difenoksilat/atropin).

Beberapa obat antidiare ini luas dipergunakan dan juga bisa dibeli bebas. Akan tetapi tetap harus diperhatikan aturan pakainya.

Sebab, jika tidak ada perubahan atau diare makin berat walau sudah mengonsumsi obat ini pasien harus tetap ke dokter untuk mendapat tambahan obat lain untuk mengatasi diare tersebut.

 

4 dari 5 halaman

Pencegahan Diare

"Saat ini, seperti saya sebutkan sebelumnya, kondisi lingkungan tidak begitu baik. Oleh sebab itu, makanan dan minuman mudah tercemar. Kita harus pandai-pandai memilih makanan dan minuman. Kita musti memerhatikan bahwa kondisi lingkungan sekitar tempat makanan dan minuman dihidangi tersebut banyak ditemukan lalat atau tidak," kata Ari.

Banyaknya lalat bahkan adanya kecoa pada satu tempat merupakan suatu tanda bahwa makanan dan minuman yang akan kita konsumsi tersebut sudah tercemar atau tidak.

Selain itu diusahakan makan-makanan yang akan kita konsumsi tersebut tetap dalam keadaan hangat. Kualitas makanan yang akan kita konsumsi juga harus diperhatikan. Perlu diketahui bahwa makanan yang terpapar di udara terbuka lebih dari delapan jam berpotensi mudah tercemar bibit penyakit sehingga makanan tersebut mudah rusak.

Kebersihan lingkungan sekitar kita juga harus menjadi perhatian terutama setelah terjadinya hujan. Sampah yang berserakan harus segera dibersihkan. Lalat dan kecoa yang ditemukan segera dibasmi.

 

5 dari 5 halaman

Infografis 4 Tips Hindari Penularan Covid-19 Saat Musim Hujan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.