Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Kenali Gejala Disfungsi Seksual Pasangan, Begini Cirinya

Selain mencermati rasa cemas berlebih, harus dilakukan beberapa pemeriksaan guna mengetahui penyebab pasti disfungsi seksual.

Liputan6.com, Jakarta - Waspada, kondisi cemas berlebihan yang meningkat di masa pandemi COVID-19 bisa mempengaruhi kualitas hubungan seksual pasangan suami istri.

"Dari beberapa laporan menunjukkan, adanya peningkatan level rasa cemas berlebih atau anxietas dan depresi selama pandemi COVID -19. Sebagian menunjukkan ada pengaruh pada disfungsi seksual perempuan pada komunitas tertentu," ungkap dr Fina Widya SP.U(K), Konsultan Female, Functional and Neurourology Eka Hospital, Rabu (20/10/2021).

Tidak hanya itu, Fina juga memaparkan, sebanyak 36 sampai 63 persen perempuan memiliki gangguan seksual. Angka tersebut meningkat sesuai dengan umur.

Gangguan seksual ditemukan lebih sering pada wanita dengan obesitas, merokok, hipertensi, memiliki penyakit jantung, dan kondisi kesehatan mental yang kurang baik. 

Selain mencermati rasa cemas berlebih, harus dilakukan beberapa pemeriksaan guna mengetahui penyebab pasti disfungsi seksual. Pemeriksaan tersebut bisa dilakukan dengan dengan tiga cara yakni pemeriksaan medis, fisik, dan penunjang.

Pemeriksaan medis atau anamnesis yakni untuk mengetahui keadaan medis pasien seperti riwayat seksual, riwayat ginekologi, riwayat terapi hormon, riwayat pengobatan, dan status.

"Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan pelvis dan genital , Q-tip testing, vulvoscopy. Lalu, ada juga pemeriksaan penunjang, seperti tes darah untuk memastikan penyakit lain (DM, tiroid), pemeriksaan pH pada vagina, profil hormon Estrogen, TSH, prolaktin, testosteron, USG Doppler untuk memeriksa aliran darah genital," tutur Fina.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Disfungsi Ereksi Menyerang Pria

Konsultan Andrologi-Urologi dr Widi Atmoko, SpU(K) menjelaskan, disfungsi ereksi yang menyerang pria umumnya disebabkan oleh dua hal yakni psikologis dan organik. 

"Kita mengenalnya juga dengan impotensi. Pada disfungsi ereksi psikologis, penyebabnya berkaitan erat dengan kondisi psikologis pria. Sementara disfungsi ereksi organik, penyebabnya berkaitan pada masalah organ," tutur Widi.

Kondisi psikologis dapat memengaruhi alam bawah sadar pasien, yang pada akhirnya berdampak terhadap kesehatan termasuk kesehatan organ seksual. Berbeda dari psikologis, disfungsi yang disebabkan oleh masalah organ bisa terjadi karena gangguan pada saraf atau pembuluh darah.

Pasien yang mengalami disfungsi ereksi organik umumnya tidak mengalami ereksi alami di pagi hari. 

"Ini tidak ada ereksi di pagi hari. Biasanya pada orang normal, ereksi pagi hari terjadi secara otomatis," ungkapnya.

Menanggapi berbagai masalah kehidupan seks pasangan rumah tangga, Eka Hospital menghadirkan Men’s Health dan Couple Clinic, yang menyediakan layanan dengan konsep one-stop services berupa layanan untuk konseling, diagnosis, dan terapi komprehensif di bidang kesehatan seksual dan reproduktif pria dan pasangannya.

"Gangguan seksual disebabkan oleh banyak hal, terutama keadaan psikologis seseorang. Permasalahan seksual diantara pasangan inilah yang melatarbelakangi Eka Hospital menghadirkan Layanan Men’s Health and Couple Clinic,” ungkap Head of Marketing Corporate Eka Hospital Erwin Suyanto. (Pramita Tristiawati)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.