Sukses

HEADLINE: Potensi Gelombang III COVID-19 di Indonesia Akhir 2021, Antisipasinya?

Belajar dari pengalaman sebelumnya, mobilitas masyarakat cenderung meningkat menjelang dan saat akhir tahun. Kondisi tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kasus COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang ketiga COVID-19 masih mengintai. Tak lama lagi, Indonesia bakal menghadapi libur Natal dan tahun baru (Nataru). Belajar dari pengalaman sebelumnya, mobilitas masyarakat cenderung meningkat menjelang dan saat akhir tahun. Kondisi tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kasus COVID-19.

Mencermati hal itu, para pakar di bidang epidemiologi pun kembali mengingatkan mengenai potensi lonjakan kasus atau gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia.

"Belajar dari sebelumnya, beberapa kali lonjakan kasus COVID-19 di Tanah Air terjadi setelah melewati libur panjang yang mengakibatkan mobilitas dan kerumunan orang meningkat,” ujar epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko pada akhir September 2021.

Tri Yunis juga menyoroti kaitan vaksinasi dan gelombang ketiga COVID-19. Menurutnya, ancaman gelombang ketiga COVID-19 semakin besar jika capaian vaksinasi tidak sampai 50 persen pada Desember 2021. "Prediksi Desember-Januari itu kemungkinan puncak ketiganya." 

Potensi gelombang ketiga ini pun telah diwaspadai Pemerintah. Satgas COVID-19 dengan melihat pola lonjakan kasus di Indonesia yang relatif lebih lambat 3 bulan dari negara-negara lain telah meminta masyarakat untuk tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan.

"Kita perlu mewaspadai kondisi dunia yang saat ini tengah mengalami third wave (gelombang ketiga). Pada pola second wave (gelombang kedua) di Indonesia, di mana terdapat jeda 3 bulan (setelah lonjakan di dunia), perlu kita antisipasi," tegas Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito pada pekan keempat September 2021.

"Ini mengingat dalam 3 bulan ke depan, kita akan kembali memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru 2022."

Potensi gelombang ketiga di akhir tahun juga kembali disampaikan Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen Ganip Warsito ketika meninjau Posko Relawan Sulut hebat di Manado, Sulawesi Utara. Menurut Ganip, periode Natal dan tahun baru berpotensi memicu keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan.

Selain itu, akhir tahun juga masih masuk dalam periode pergantian cuaca, yang mana kondisi itu juga memengaruhi daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit.

“Karena di situlah saat Nataru (Natal dan Tahun Baru) adanya pergantian cuaca. Ini yang menjadi suatu ancaman peningkatan COVID-19,” terang Ganip.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Langkah Pencegahan

Meski potensi gelombang ketiga COVID-19 mengintai Indonesia di akhir 2021, Ganip Warsito optimistis hal tersebut bisa dicegah dan dikendalikan.

Menurutnya, pencegahan dan mitigasi penularan COVID-19 sudah diketahui kuncinya, yakni dengan penerapan protokol kesehatan ketat serta vaksinasi. Selain itu, pola penanganan kasus juga sudah ditemukan.

Ganip mengatakan, dua hal dasar itu harus senantiasa dilaksanakan guna mencegah adanya gelombang ketiga di akhir tahun seperti yang prediksi para ahli.

"Saya yakin dengan kekuatan dan pola penanganan yang sudah ditemukan, maka kita boleh yakin Desember tidak akan terjadi gelombang ketiga,” kata Ganip.

"Perkuat protokol kesehatan, perkuat tracing, tracking, dan treatment-nya. Kemudian perkuat vaksinasinya. Tiga itu rumusnya. Kalau itu kita sudah oke, saya yakin kita bisa mengendalikan COVID-19 ini." 

Pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah strategi pencegahan terjadinya gelombang ketiga, seperti disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro.

"Antisipasi lonjakan kasus setelah acara keagamaan atau liburan wajib dilakukan karena mobilitas masyarakat meningkat tajam dan pergerakan masyarakat yang signifikan tidak terelakkan," kata Reisa dalam konferensi pers Rabu (13/10/2021).

Berikut antisipasi yang tengah pemerintah lakukan guna mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19:

1. Memastikan pelonggaran aktivitas diikuti pengendalian lapangan yang ketat.

2. Meningkatkan laju vaksinasi lansia terutama di wilayah aglomerasi dan pusat ekonomi.

"Jika terjadi gelombang berikutnya, yang tentu tidak kita harapkan, maka angka kematian dan perawatan di rumah sakit bisa ditekan," kata Reisa.

3. Mendorong percepatan vaksinasi COVID-19 pada anak

"Sehingga, diharapkan pada saat libur Natal dan Tahun Baru imunitas anak dari vaksin COVID-19 sudah terbentuk," kata Reisa.

4. Mengantisipasi moblitas pelaku perjalanan internasional yang berwisata ke Bali.

5.Mendorong pemerintah daerah betul-betul serius dalam mengawasi kegiatan masyarakat. Serta terus mengedukasi masyarakat tentang uraian protokol kesehatan.

6. Mendorong agar masyarakat tetap taat protokol kesehatan.

Pemerintah juga telah menyiapkan pedoman penyelenggaraan hari besar keagamaan yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama No SE 29 tahun 2021 yang ditandatangani pada 7 Oktober 2021.

"Kita tahu saat ini sudah ada pedoman penyelenggaraan hari besar keagamaan. Hal ini tentunya merupakan upaya untuk kita mengatasi risiko penularan yang terjadi setelah acara keagamaan ataupun pasca liburan," tutur Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers daring, Rabu (13/10/2021).

Strategi lainnya yakni dengan meningkatkan temuan kasus secara proaktif. Peningkatan temuan kasus yang dimaksud yaitu deteksi awal varian baru agar penyebarannya dapat dicegah.

“Kami terus meningkatkan kapasitas dan jumlah laboratorium untuk whole genome sequencing secara rutin dengan sampel dari provinsi, kabupaten/kota yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Nadia.

Nadia menambahkan, kunci pencegahan masuknya varian baru adalah dengan penguatan tes dan karantina di pintu masuk negara.

Ia juga mengatakan bahwa sejauh ini varian Mu belum ditemukan di Indonesia.

“Varian Mu sampai saat ini kita belum mendeteksi adanya varian tersebut di negara kita.”

Kendati demikian, ia mengimbau agar tetap waspada karena beberapa negara telah melaporkan adanya varian tersebut.

3 dari 4 halaman

Persiapan Rumah Sakit

Tak dimungkiri bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanganan pasien COVID-19 menjadi yang paling terdampak ketika terjadi peningkatan kasus. Karenanya, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) meminta rumah sakit tetap menyiapkan tempat tidur untuk pasien COVID-19 dalam mewaspadai potensi gelombang ketiga di Tanah Air.

"Rumah sakit kami minta untuk tetap menyiapkan tempat tidur COVID-19. Walaupun sebagian besar sudah membuka pelayanan bagi pasien non-COVID-19," kata Sekretaris Jenderal PERSI, Lia Gardenia Partakusuma kepada Health-Liputan6.com, Rabu (13/10/2021).

Bukan cuma itu, induk organisasi yang mewadahi 18 asosiasi rumah sakit dengan anggota 2.956 rumah sakit di Indonesia ini juga meminta anggotanya tidak boleh lengah meski kasus turun. Skrining pada pasien juga tidak boleh abai sehingga bisa dipisahkan perawatan pada pasien COVID-19 dan bukan.

"Rumah sakit harus tetap waspada dan mempertahankan screening semaksimal mungkin," kata Lia. 

Meski saat ini kasus COVID-19 di Indonesia tengah melandai, Lia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah menjalankan protokol kesehatan.

Meski bakal ada libur Maulid Nabi serta libur panjang akhir tahun masyarakat diharapkan tidak bepergian.

"Jangan terlalu banyak mobilitas ke luar daerah. 3M + 3T dan 1V (vaksinasi)," tegas Lia.

Upaya menekan kasus COVID-19 dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan memang perlu dikakukan bersama. Terlebih ada kelompok rentan yang tidak bisa mendapatkan perlindungan dari vaksinasi COVID-19.

4 dari 4 halaman

IDI Bersinergi

Ikatan Dokter Indonesia melalui tim mitigasinya telah berkoordinasi dengan IDI di semua wilayah dan cabang guna mengantisipasi gelombang ketiga COVID-19 yang diprediksi muncul pada akhir 2021. Hal tersebut disampaikan Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mahesa Paranadipa Maikel, MH. 

Mahesa mengatakan, IDI juga melakukan advokasi dan dorongan pada program-program pemerintah khususnya terkait vaksinasi.

“Karena kita berharap cakupan vaksinasi yang cukup luas sehingga kekebalan komunal bisa terbentuk di setiap daerah sehingga tak ada lagi kasus,” ujar Mahesa kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu (13/10/2021).

Ia menambahkan, jika protokol dilonggarkan, maka masih ada potensi penularan virus Corona karena Indonesia belum sepenuhnya lepas dari situasi pandemi. “Tapi kita harap tidak ada pasien-pasien yang harus dirawat karena jika terjadi lonjakan dan collapse itu yang menjadi sulit.”

Mahesa melihat fenomena masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin cenderung merasa aman dan seolah tidak ada penularan. 

“Perlu diingat, vaksinasi itu tidak mencegah orang tertular tapi vaksinasi itu mencegah orang yang tertular untuk tidak masuk dalam gejala yang lebih buruk atau bahkan menimbulkan gejala.”

Risiko penularan terjadi selama masyarakat tidak menjalankan protokol kesehatan dengan baik, tambahnya.

“Kita tidak tahu siapa yang membawa virus, jadi kalau tidak pakai masker, tidak jaga jarak, dan tidak menjaga kebersihan dengan cuci tangan tentu potensi tertular masih ada.”

“Jadi kita imbau kepada masyarakat, tetap vaksinasi tuntas tapi protokol kesehatan harus disiplin. Artinya, boleh beraktivitas yang penting sudah divaksinasi dan menjalankan protokol.”

Belajar dari gelombang pertama dan kedua COVID-19, IDI menemukan bahwa sinergi menjadi kunci. Dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, dinas kesehatan, puskesmas, TNI, dan POLRI, IDI merasa penanganan wabah menjadi lebih cepat dan lebih baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.