Sukses

Soal Cuitan Dr Faheem Younus, Dokter Onkologi Setuju Vaksinasi Kurangi Keparahan COVID-19 pada Pasien Kanker

Pakar penyakit menular dari University of Maryland, Amerika Serikat Dr. Faheem Younus membagikan cerita terkait pasiennya yang terinfeksi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Pakar penyakit menular dari University of Maryland, Amerika Serikat Dr. Faheem Younus membagikan cerita terkait pasiennya yang terinfeksi COVID-19.

Menurutnya, seorang pasien laki-laki usia 68 yang telah divaksinasi terinfeksi COVID-19. Selain COVID-19, pasien tersebut juga menjalankan kemoterapi aktif atas kanker yang diidapnya.

Pasien tersebut membutuhkan oksigen aliran tinggi selama 7 hari. Namun, tidak pernah membutuhkan ventilator dan dalam waktu dekat sudah boleh pulang.

Jika dia TIDAK DIVAKSINASI, dia akan perlu ventilator minggu lalu dan mungkin sudah mati sekarang,” tulis Faheem dalam unggahan Twitter pribadinya @faheemyounus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menurut Ahli Onkologi

Pernyataan Faheem mendapatkan tanggapan dari dr. Fielda Djuita Sp. Rad (K) Onk Rad yang bertugas di RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat.

Fielda menyatakan bahwa ia setuju dengan pernyataan Faheem.

“Setuju dengan pendapat tersebut. Karena vaksinasi memberikan kekebalan terhadap infeksi,” kata Fielda kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Jumat (8/10/2021).

Ia menambahkan, pasien kanker rentan terinfeksi COVID-19 karena memiliki daya tahan tubuh yang rendah akibat penyakit dan terapi yang diterimanya.

Ia pun setuju bahwa vaksinasi memang memberikan kekebalan pada pasien sehingga pasien tersebut tidak mengalami gejala parah dan dapat diselamatkan.

3 dari 4 halaman

Penundaan Kemoterapi

Bagi pasien kanker yang terinfeksi COVID-19, Fielda mengatakan bahwa kemoterapi atau radiasi bisa saja ditunda terlebih dahulu.

Guna meningkatkan keamanan, pasien biasanya dites terlebih dahulu dengan PCR swab sebelum melakukan kemoterapi.

Selain pasien, dokter juga diswab PCR setiap 10 hari pada saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 dan 3.

“Sejak level 2, PCR swab dilakukan tiap 14 hari. Karena pandemi, maka satu tenaga kesehatan bisa menularkan kepada banyak pasien. Begitu juga satu pasien bisa menularkan virus pada pasien-pasien lainnya,” pungkas Fielda.

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Tips Atasi Fobia Jarum Suntik Sebelum Vaksinasi COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.