Sukses

Hari Lansia Internasional, Ini Masalah Oma Opa di Era Pandemi COVID-19

International Day of Older Persons atau Hari Orang Lanjut Usia (Lansia) Internasional jatuh setiap 1 Oktober.

Liputan6.com, Jakarta International Day of Older Persons atau Hari Orang Lanjut Usia (Lansia) Internasional jatuh setiap 1 Oktober.

Hari Lansia ditetapkan oleh Organisasi internasional Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada 2021, Hari Lansia Internasional mengambil tema kesetaraan digital untuk semua usia.

Selama pandemi, perangkat digital sangat membantu memberikan hiburan di tengah pembatasan fisik. COVID-19 telah menunjukkan bahwa teknologi dapat membantu memerangi penyebaran virus, menopang kehidupan sehari-hari, mendukung kelangsungan bisnis, dan membuat orang tetap terhubung secara sosial.

“Sementara orang tua adalah salah satu kelompok populasi yang paling tidak terhubung secara digital,” tulis Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik, Armida Salsiah Alisjahbana mengutip Geriatri.Id, Jumat (1/10/2021).

Ia mengatakan bahwa lansia termasuk yang paling rentan terhadap ancaman siber. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan langkah-langkah keamanan yang memadai, meningkatkan kesadaran, dan mengajari pengguna yang lebih tua untuk berhati-hati saat daring.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masalah Lain

Selain pemerataan digital, isu lain yang jadi masalah adalah vaksinasi. Pada Hari Lansia Internasional ini, warga lansia yang menerima vaksinasi COVID-19 masih sangat rendah. Padahal, lansia merupakan kelompok masyarakat yang paling rawan terpapar COVID-19.

Hingga 1 September 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak 5.311.741 lansia telah menerima suntikan vaksin COVID-19 dosis pertama. Jumlah ini setara dengan 24,64 persen. Kemudian, ada 3.776.523 lansia telah menjalani suntikan dosis kedua. Jumlah ini setara dengan 17,52 persen.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan pemerintah memastikan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dilakukan secara merata dan setara. Pemerataan itu juga menyasar lansia, kelompok rentan dan penyandang disabilitas.

"Masih banyak saudara kita yang belum mendapatkan haknya (vaksinasi). Tentunya tidak akan berhenti sampai di sini. Kita pastikan vaksinasi COVID-19 merata dan setara," ujar Reisa dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (29/9/2021).

3 dari 4 halaman

Masalah Pneumonia

Di tengah pandemi ini, lansia adalah kelompok yang rentan terkena COVID-19 dan infeksi lainnya termasuk pneumonia. Maka dari itu, lansia membutuhkan vaksinasi untuk mencegah infeksi-infeksi tersebut.

Konsultan alergi imunologi dari Universitas Indonesia Dr. Suzy Maria, SpPD.K-ai, mengatakan vaksinasi adalah praktik kesehatan yang sudah berjalan lama dan bermanfaat besar bagi kesehatan seperti vaksinasi pneumonia.

Pneumonia adalah infeksi atau radang paru yang bisa menyerang segala usia. Gejalanya akan menjadi lebih berat jika terkena pada anak kecil, usia lanjut, penderita penyakit kronik, punya gangguan di sistem kekebalan tubuh.

Pneumonia bisa terjadi jika kuman yang datang masuk melalui saluran napas atas, yaitu hidung. Jika kuman kuat dan banyak, bisa mengakibatkan pneumonia atau radang paru.

Pneumonia pada lansia akan berpotensi fatal dan bisa berakibat kematian. Kalaupun sembuh tidak bisa kembali segar bugar seperti sakit, lemas, dan butuh bantuan orang. Cara pencegahannya adalah dengan rajin cuci tangan, memakai masker, mengobati penyakit kronik dan memelihara kesehatan mulut, juga gizi seimbang.

Cara lain adalah melakukan vaksinasi yang disarankan seperti: vaksin influenza, pneumokok, tetanus difteri pertusis. Saat ini vaksin pneumokok yang ada di Indonesia adalah vaksin konjugat isi 13 yang boleh diberikan untuk dewasa dengan usia di atas 50 tahun. Vaksinasi ini diperlukan bagi orang dewasa terutama lansia dan penderita penyakit kronik.

Suzy Maria mengatakan vaksinasi pneumonia ini secara keilmuan tidak masalah jika diberikan bersamaan dengan vaksin lain, misalnya vaksin COVID-19. Namun karena vaksin COVID-19 ini merupakan vaksin yang masih baru dan masih dipantau efeknya, maka ditetapkan waktu 1 bulan untuk jeda antara vaksin pneumonia dan vaksin COVID-19.

4 dari 4 halaman

Infografis Waspadai 3 Gejala Khusus COVID-19 pada Lansia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.