Sukses

COVID-19 R.1 Belum Terdeteksi di Indonesia, Epidemiolog: Bukan Varian Baru

Baru-baru ini satu lagi varian COVID-19 yang disebut R.1 mulai diperbincangkan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini satu lagi varian COVID-19 yang disebut R.1 mulai diperbincangkan di Indonesia.

Menurut ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, COVID-19 varian R.1 bukan lah varian baru.

“R.1 bukan varian baru, itu pertama kali ditemukan di Jepang pada Januari tahun ini,” ujar Dicky melalui pesan suara, ditulis Sabtu (25/9/2021).

Varian ini kemudian ditemukan di sebuah panti jompo di Amerika Serikat (AS) pada Maret 2021 dan memicu terjadinya klaster di panti tersebut. Sejauh ini, jumlah kasus akibat varian R.1 di AS masih kurang dari setengah persen total kasus infeksi di negara tersebut.

“Jadi Delta masih mendominasi,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Belum Terdeteksi di Indonesia

Dicky menambahkan, secara global saat ini R.1 sudah ada di 31 negara termasuk di China dan India. Namun, sejauh ini varian R.1 belum ditemukan di Indonesia karena surveilans genomic yang masih terbatas.

“Kalau di Indonesia kan terbatas surveilans genomic-nya, jadi tidak mudah untuk mengetahui keberadaannya. Ini salah satu keterbatasan kita.”

Sejauh ini, penelitian lebih lanjut tengah dilakukan pada varian R.1. Bahkan, varian ini belum masuk dalam golongan variant of interest (VOI).

“Tapi ada potensi lebih cepat menular dan berpotensi menurunkan efektivitas antibodi karena mutasi W152L. Selain itu, dia juga memiliki mutasi yang dimiliki varian lain sehingga harus terus diamati, yang jelas varian ini lebih dari varian Wuhan yang awal.”

“Kalau sudah lebih dari varian Wuhan berarti potensi memperburuk gejala dan menyebabkan kematian tetap ada,” katanya.

3 dari 4 halaman

Mutasi Bisa Terus Terjadi

Munculnya varian baru yang serius dapat terus terjadi setidaknya hingga awal tahun depan, lanjut Dicky.

“Artinya potensi perburukan masih ada, bahkan ke depannya bisa saja masih ada mutasi kalau protokol kesehatan tidak merata dan kuat di semua negara.”

Di tengah munculnya beberapa varian baru seperti varian MU, C.1.2, R.1 ada kabar baik dari organisasi kesehatan dunia (WHO). Organisasi tersebut telah menurunkan status 3 varian dari VOI menjadi varian dalam monitoring.

“Ketiga varian itu adalah Eta, Iota, dan Kappa. Ketiga varian ini terbukti semakin menurun karena kalah oleh varian Delta,” pungkasnya.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Waspada Mutasi COVID-19 Kombinasi Varian Inggris-India

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.