Sukses

Sering Keliru, Bagaimana Konsep Vaksin Booster yang Sesungguhnya?

Masih banyak orang yang keliru mengenai konsep vaksin booster.

Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini, masih banyak orang berharap bisa mendapatkan vaksin booster. Namun yang diharapkan ialah vaksin booster dengan merk vaksin yang berbeda dari jenis vaksin pada suntikan dosis pertama dan kedua.

Tenaga Ahli Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc. mengungkapkan bahwa konsep mengenai vaksin booster harus diluruskan. Mengingat ternyata banyak yang keliru dengan konsep booster tersebut.

"Booster itu pengulangan dengan vaksin yang sama. Tujuannya untuk memperkuat. Jadi kalau misalnya nakes vaksin pertama dengan Sinovac, keduanya dengan Sinovac, kemudian sekarang dengan Moderna, namanya bukan booster lagi," ujar Andani melalui layanan konferensi video pada Selasa, (21/9/21). 

Menurut Andani, vaksin booster memiliki fungsi sebagai penguat untuk sel memori yang telah disuntikkan pada dosis sebelumnya. Sehingga jika ingin disebut sebagai booster, maka jenis vaksin yang digunakan pun harus sama dengan suntikan sebelumnya.

Ketika seseorang menggunakan vaksin dengan merk yang berbeda, maka itu sebenarnya merupakan pengulangan. Terkait itu, seseorang dapat dikatakan mendapatkan dua jenis vaksin, bukan booster.

"Tidak ada istilah booster sebenarnya untuk vaksin ketiga. Kalau Sinovac untuk pertama, kedua, dan ketiga, sepakat kita itu booster. Tapi kalau kita sudah memberikan vaksin yang berbeda, itu namanya vaksin baru yang kita berikan," kata Andani.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peran utama sel memori

Andani menjelaskan, apabila seseorang mendapatkan vaksin dengan bermacam-macam merk atau varian, sel memori yang terbentuk dalam tubuh pun akan semakin banyak.

Maka nantinya ketika ada virus yang masuk, tubuh pun sudah dapat mengenali varian tersebut. Terlebih, antibodi sendiri bersifat spesifik.

"Sel memori kita ini akan mengingat, oh ini virusnya saya ingat nih, sudah diperkenalkan kemarin. Langsung dia merespons dengan cepat dan lebih kuat. Jadi memori itu akan mengingat, dia akan merekam," kata Andani.

Lalu, apa yang akan terjadi bila sel memori tidak dapat mengingat atau mengenali virus yang masuk? Seseorang pun berpotensi untuk terinfeksi kembali. Kemudian sel memori baru akan terbentuk lewat varian baru yang masuk tersebut.

"WHO itu mengatakan bahwa kenapa orang (yang sudah terinfeksi) diizinkan vaksin? Biar membentuk variasi dari sel pengingatnya,"

"Sehingga kita punya sel pengingat untuk virus jenis A, pengingat untuk virus jenis B, virus jenis C, virus D. Sehingga apapun jenis virus yang masuk, kita aman, kebal," ujar Andani.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.