Sukses

Apa Itu Aneurisma Otak, Penyakit yang Sebabkan Dallas Pratama Hilang Ingatan?

Dallas Pratama menderita Aneurisma Otak yang membuatnya hilang ingatan

Liputan6.com, Jakarta - Aktor film Serigala Terakhir, Dallas Pratama, muncul ke hadapan publik setelah vakum dari dunia hiburan lantaran menderita Aneurisma Otak pada 2015.

Akibat aneurisma otak, Dallas yang pada tahun ini berusia 37 mengalami hilang ingatan.

Setelah menjalani tindakan coiling akibat pembengkakan pada pembuluh darah otak kiri, Dallas Pratama dinyatakan sembuh dan siap menjalani hari-hari seperti dulu.

Dallas pun mengimbau untuk mulai hidup sehat dengan tidak merokok, karena kebiasaan buruk satu ini merupakan salah satu penyebab dirinya sampai menderita aneurisma otak.

"Gaya hidup harus sehat, jaga makanan, jangan merokok, dan istirahat cukup. Kalau ada rezeki lebih, kontrol rutin sebelum jadinya seperti saya kemarin," kata Dallas saat konferensi pers virtual di RS Pusat Otak Nasional, Cawang, Jakarta Timur, belum lama ini.

Tindakan coiling yang dilalui Dallas Pratama rupanya dilakukan di RS PON dan ditangani langsung Dokter Spesialis Bedah Saraf, dr Abrar Arham SpBS.

Menurut Abrar, coiling merupakan tindakan memasukkan coil melalui akses pembuluh darah ke lokasi target sehingga darah tidak masuk ke dalam kantong aneurisma yang pecah tersebut.

"Dengan tindakan tersebut diharapkan Dallas tidak akan kembali mengalami pecah pembuluh darah," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aneurisma Otak Adalah

Terkait Aneurisma Otak, lanjut Abrar, merupakan suatu kondisi saat dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut.

Menurut Abrar, pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami satu orang setiap 18 menit.

"Jika aneurisma ini pecah dapat mengakibatkan kondisi fatal, yaitu subarachnoid atau perdarahan otak," ujarnya.

Perlu diketahui bahwa siapa pun dapat mengalami aneurisma otak seperti Dallas Pratama. Dan, umumnya sebelum pecah, aneurisma tidak bergejala, sehingga dianjurkan untuk melakukan brain check up secara rutin.

"Aneurisma memang tidak selalu berujung pada kematian, akan tetapi kualitas hidup penderitanya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga. Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami pasien Aneurisma Otak," kata Abrar.

Itu sebabnya, Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh setiap September setiap tahunnya, pada 2021 mengangkat tema Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives.

“Selain meningkatkan awareness masyarakat akan aneurisma otak ini, kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi dini, melakukan edukasi pencegahan, dan penanganan komprehensif aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya aneurisma otak, atau akan lebih baik bila dapat ditangani sebelum aneurisma tersebut pecah” Abrar menjelaskan.

 

3 dari 3 halaman

Pasien Aneurisma Otak di RS Pusat Otak Nasional

Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), lanjut Abrar, saat ini menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya.

“Penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya," katanya.

"Di samping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik,” Abrar menambahkan.

Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).

"Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, seringkali kita membutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini," katanya.

Selain itu, teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma otak sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi, yaitu hingga 95 persen.

"Metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang," ujarnya.

Adapun keunggulannya sebagai berikut

1. Prosedur relatif cepat

2. Pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU

3. Mengurangi lamanya rawat inap

4. Lebih nyaman untuk pasien

5. Tidak ada luka sayatan

“Dengan hadirnya Aneurysm Awareness Month ini, saya berharap masyarakat lebih aware akan penyakit ini dan mau melakukan pemeriksaan brain check-up secara rutin, sehingga kasus-kasus aneurisma otak di Indonesia dapat ditangani sebelum pecah dan membantu mencegah kecacatan dan kematian akibat penyakit ini," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.