Sukses

Kakek-Nenek Hobi Nonton Tayangan Olahraga, Risiko Depresi Berkurang

Tayangan liga-liga sepakbola, turnamen bulu tangkis, olimpiade, dan olahraga lainnya ternyata memiliki dampak positif bagi sebagian lanjut usia (lansia) yang gemar.

Liputan6.com, Jakarta Tayangan liga-liga sepakbola, turnamen bulu tangkis, olimpiade, dan olahraga lainnya ternyata memiliki dampak positif bagi sebagian lanjut usia (lansia).

Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Tsukuba dan lembaga lainnya yang tergabung dalam Studi Evaluasi Gerontologis Jepang (JAGES).

Studi menemukan bahwa menonton tayangan olahraga dapat mengurangi risiko depresi pada lansia, terlepas dari apakah mereka berolahraga atau tidak. Studi itu mengungkapkan, semakin sering kalangan lanjut usia menonton tayangan olahraga, semakin baik hasilnya.

"Menonton olahraga adalah kesempatan untuk merasa bersemangat dengan cara yang santai," kata Taishi Tsuji, asisten profesor ilmu olahraga di Universitas Tsukuba, mengutip Geriatri.id Rabu (8/9/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Proses Penelitian

Pada 2019, para peneliti mengirim kuesioner kepada orang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di 60 kota besar, kecil dan desa di seluruh Jepang. Ini dilakukan untuk menganalisis tanggapan dari sekitar 21.000 orang.

Para peserta ditanya apakah mereka menonton olahraga profesional, klub olahraga lokal, atletik, dan kejuaraan bisbol sekolah menengah nasional.

Kemudian, tingkat depresi mereka diukur melalui 15 pertanyaan yang dikembangkan khusus untuk orang tua. Pertanyaan itu termasuk apakah mereka puas dengan kehidupan sehari-hari mereka dan apakah mereka merasa putus asa.

Dibandingkan dengan responden yang tidak menonton olahraga apa pun, mereka yang menonton pertandingan beberapa kali dalam setahun memiliki kemungkinan 0,70 kali lebih kecil untuk mengalami gejala depresi.

Mereka yang menonton satu hingga tiga kali sebulan memiliki kemungkinan 0,66 kali lebih kecil. Tidak ada perbedaan yang signifikan bagi mereka yang menonton olahraga minimal seminggu sekali.

"Mungkin saja sebagian orang yang mengunjungi lokasi (untuk menonton olahraga) minimal seminggu sekali melakukannya karena kewajiban atau karena ada masalah hubungan dengan anggota keluarga, bukan karena kesenangan semata,” kata para peneliti.

3 dari 4 halaman

Pengaruh Frekuensi Menonton

Risiko terus menurun seiring dengan meningkatnya frekuensi menonton olahraga di TV atau online. Mereka yang menonton olahraga beberapa kali dalam setahun memiliki kemungkinan 0,86 kali lebih kecil untuk mengalami gejala depresi.

Sementara mereka yang menonton satu hingga tiga kali sebulan memiliki kemungkinan 0,79 kali lebih kecil. Pemirsa yang menonton sekali atau lebih dalam seminggu memiliki kemungkinan 0,71 kali lebih kecil.

Tim juga bertanya kepada peserta tentang keterikatan dan kepercayaan mereka pada lingkungan mereka, serta seberapa sering mereka bertemu dengan teman dan berapa banyak yang akan mereka temui.

Lansia yang suka menonton tayangan olahraga cenderung memiliki keterikatan dengan lingkungan dan memiliki lebih banyak teman dibandingkan dengan mereka yang tidak menonton olahraga.

“Faktor-faktor ini adalah kunci dalam mengurangi risiko depresi. Hanya menonton (olahraga) terbukti efektif. Kami ingin menggunakan temuan itu untuk meningkatkan kesehatan mental (lansia)," pungkas peneliti.

4 dari 4 halaman

Infografis 5 Tips Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh Lansia Cegah COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.