Sukses

Deteksi Demensia Alzheimer Sedini Mungkin, Kenali Dampak COVID-19 pada Daya Ingat

Demensia alzheimer terjadi pada kasus pasien COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Demensia alzheimer dinilai sebagai salah satu jenis demensia atau kepikunan yang paling berat, yang ditandai dengan gejala khas seperti penurunan daya ingat (pelupa). Ternyata, hal ini juga terjadi pada kasus pasien COVID-19.

Spesialis Saraf Konsultan Neurobehavior Dr. dr. Astuti Sp.S(K) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa studi yang melaporkan bahwa COVID-19 menyebabkan terjadinya peradangan pada susunan saraf pusat.

"Beberapa pasien saya masuknya dengan gangguan fungsi kognitif, ada gejala strokenya, dan sebagainya. Ternyata penyebabnya adalah COVID-19," ujar dr Astuti dalam Seminar Awam Demensia Alzheimer di Masa Pandemi yang dilakukan secara virtual, Sabtu (28/8/2021).

dr Astuti menjelaskan, banyak pasiennya yang mengalami gejala penurunan daya ingat akibat stroke tidak bergejala yang sering terjadi pada pasien COVID-19.

Hingga Maret 2021, terdapat 41 ribu kasus stroke yang ditemukan pada pasien COVID-19. Ternyata, COVID-19 itu sendiri meningkatkan pengentalan darah sehingga meningkatkan risiko stroke.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penurunan daya ingat

"Nah, akhirnya akibat dari stroke ini juga berdampak pada penurunan daya ingat jangka panjang. 40 persen pasien COVID-19 juga menunjukkan gejala yang berkaitan dengan susunan saraf yakni brain fog," ujar dr. Astuti.

Brain fog sendiri merupakan gejala penurunan fungsi berpikir yang ditandai dengan mudah bingung, mudah lupa, sulit konsentrasi, dan sulit membuat keputusan dalam sehari-hari.

"Jadi beberapa pasien yang kita rawat itu sampai ada yang sampai ada yang melukai petugas, memecah kaca, dan sebagainya. Tapi dengan penanganan yang cepat, akhirnya kondisinya membaik," ujar dr Astuti.

Berdasarkan laporan, ada sebanyak 15-20 persen kasus pasien COVID-19 yang mengeluhkan mudah lupa dan sulit konsentrasi, yang bertahan hingga dua sampai enam bulan. Namun dr Astuti menjelaskan, data ini dinilai belum cukup, sehingga masih terus berusaha dikembangkan.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.