Sukses

Varian Corona Berkeliaran, dr Reisa: Kita Harus Beradaptasi dengan Perubahan

Varian Corona masih berkeliaran, dr Reisa Broto Asmoro ingatkan kita harus tetap beradaptasi dengan perubahan.

Liputan6.com, Jakarta Varian virus Corona masih berkeliaran, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengingatkan, kita harus tetap beradaptasi dengan perubahan. Apalagi program vaksinasi masih belum mencapai target tertinggi, yaitu 70 persen orang Indonesia atau lebih dari 208 juta orang tervaksinasi.

Untuk menekan penyebaran Corona, seluruh elemen bangsa patuh memakai senjata perlindungan yang terbukti efektif, yakni memakai masker dengan benar--dianjurkan masker 2 lapis--menjaga jarak aman dari orang lain minimal 1-2 meter.

Kemudian mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir secara rutin serta menghindari kerumunan membatasi mobilitas.

“Yang kita lakukan adalah beradaptasi dengan perubahan. Adaptasi dengan kebiasaan yang baru," terang Reisa melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Sabtu (14/8/2021).

"Nah, aturan yang dibuat dalam periode (perpanjangan) PPKM sampai 16 Agustus 2021 pun sebaiknya dipahami bukan sebagai pelonggaran atau pengetatan, melainkan panduan beradaptasi, panduan penyesuaian dengan risiko."

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Adaptasi dengan Langkah Pencegahan yang Sudah Lama Dipromosikan

Reisa Broto Asmoro juga menyampaikan panduan pengendalian penyakit yang berbunyi, Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, Membudayakan Perilaku etika bersin dan batuk, Peningkatan daya tahan tubuh, Penanganan penyakit penyerta, dan Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi.

“Panduan pun terkait penemuan kasus secara aktif dengan cara investigasi dan pemeriksaan kasus kontak, skrining secara massal, terutama pada kelompokrentan dan kelompok berisiko,” lanjutnya.

Panduan di atas sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, penyakit yang puluhan tahun masih ada di Indonesia. Bahkan, hingga kini Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan beban tuberkulosis tertinggi.

“Mirip dengan apa yang kita terapkan sekarang. Artinya, tidak ada yang baru dari penerapan protokol kesehatan yang kita lakukan sekarang. Kita beradaptasi dengan langkah-langkah pencegahan penyakit yang sudah lama dipromosikan,” tutur Reisa.

Kampanye cuci tangan, kata Reisa, sebenarnya sudah dimulai sejak 1847 atau lebih dari 170 tahun yang lalu. Masker juga sudah dipakai sejak pandemi flu 1918 dan jaga jarak sudah diajarkan lebih dari 590 tahun yang lalu pada zaman pada cendekiawan muslim menghadapi to’un atau wabah.

3 dari 3 halaman

Infografis 9 Waktu Tepat Cuci Tangan Hindari Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.