Sukses

Badan Obat Eropa: Vaksinasi COVID-19 Tidak Menyebabkan Gangguan Menstruasi

European Medicines Agency (EMA) mengatakan vaksinasi COVID-19 tidak menyebabkan menstruasi jadi lebih sakit atau terlambat.

Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara disuntik vaksin COVID-19 dengan munculnya gangguan siklus menstruasi. Hal ini disampaikan Badan Obat Eropa, European Medicines Agency (EMA) pada Jumat pekan lalu.

EMA mengatakan, komite keamanan di badan tersebut sudah mempelajari kasus gangguan menstruasi yang dilaporkan beberapa wanita sesudah menerima vaksin COVID-19 Johnson and Johnson. Tidak ada bukti bahwa vaksinasi COVID-19 bisa menyebabkan menstruasi jadi terlambat atau lebih sakit dari biasanya.

Meski begitu, EMA butuh data lanjutan dari produsen vaksin untuk mengetahui dengan pasti hubungan dua hal tersebut.

Lebih lanjut, EMA menyebutkan gangguan menstruasi dapat terjadi karena berbagai alasan seperti stres, kelelahan, hingga kondisi medis seperti fibroid dan endometriosis seperti mengutip Daily Sabah.

Secara terpisah, EM menyarankan keluhan rendahnya trombosit atau telinga yang berdenging dimasukkan ke dalam efek samping dari vaksin COVID-19 J&J. Hal ini disampaikan setelah peneliti memeriksa data 1.138 orang yang merasa pusing dan lebih dari 100 kasus tinnitus.

"Kami sangat mendukung peningkatan kesadaran akan tanda dan gejala kejadian langka untuk memastikan mereka dapat dengan cepat diidentifikasi dan diobati secara efektif," kata perwakilann J&J yang berbasis di Amerika Serikat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Simak Juga Video Berikut

3 dari 4 halaman

Gangguan Menstruasi Selama Pandemi

Ahli imunologi reproduksi dari Imperial College London, Victoria Male mengatakan bahwa pada saat ini banyak wanita yang mengatakan siklus menstruasinya berubah dari sebelumnya.

"Jika dulu normal dan teratur tapi kini jadi berubah, rasa-rasanya ini hampir pasti berhubungan dengan stres," kata Male mengutip ABC.

Dari laporan yang ia miliki ada yang mengeluhkan usai divaksin COVID-19 merasa menstruasi jadi terasa menyakitkan. Lalu, disusul dengan terlambat menstruasi.

"Ada yang mengatakan hal ini terjadi pada satu siklus menstruasi, tapi ada juga yang dua siklus," kata Male yang kini sedang melakukan penelitian tentang hubungan vaksinasi COVID-19 dan menstruasi.

Dari hasil evaluasi yang ada, Male mengatakan perubahan itu tampaknya tidak terkait dengan vaksinasi COVID-19. Terlebih hal ini terjadi satu-dua kali periode menstruasi.

Hasil penelitian di Amerika Serikat juga mengatakan bahwa perubahan menstruasi yang terjadi pada 1-2 siklus menstruasi usai divaksin COVID-19.

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.