Sukses

Menkes Ungkap Perbedaan Situasi Rumah Sakit di Masa Lonjakan COVID-19

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan keadaan rumah sakit dalam masa lonjakan COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan keadaan rumah sakit dalam masa lonjakan COVID-19.

Menurutnya, angka kematian di rumah sakit akhir-akhir ini tinggi. Ditemukan pula perbedaan antara situasi di awal masa COVID-19 dengan situasi lonjakan baru-baru ini.

“Kita mengamati ada perbedaan dibandingkan yang sebelumnya, sebelumnya kematian itu terjadi rata-rata setelah 8 hari dirawat. Namun, sekarang rata-ratanya menjadi 4 hari, jadi lebih cepat,” kata Budi dalam konferensi pers Kemenkes, Senin (2/8/2021).

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perbedaan Lainnya

Budi juga mengamati perbedaan lain yang terjadi di rumah sakit terkait kematian pasien COVID-19.

“Kita juga lihat, dulu kematian di IGD itu hampir tidak ada, sedikit sekali. Orang datang masuk IGD, diperiksa, tunggu sebentar sampai ada kamar, masuk kamar, kondisinya memburuk masuk ICU.”

“Jadi memang dulu kebanyakan meninggalnya di ICU atau di kamar isolasi.”

Namun, lanjut Budi, dalam pengamatan 3 bulan terakhir justru kasus kematian di instalasi gawat darurat (IGD) tinggi. Hal ini membuat pasien lebih singkat berada di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal.

3 dari 4 halaman

Penyebab Meninggal di IGD

Melihat peningkatan jumlah pasien yang meninggal di IGD, Budi dan pihak Kemenkes melakukan penelitian terkait mengapa hal tersebut dapat terjadi.

“Kita menemukan, kita lihat pada saat pasien masuk (RS) saturasi oksigennya sudah sangat rendah sekali. Jadi banyak pasien yang saat masuk saturasinya sudah di bawah 90, padahal harusnya di bawah 94 saja sudah harus dikirim ke RS.”

Budi menyimpulkan, meningkatnya jumlah pasien meninggal di IGD disebabkan banyak pasien yang terlambat mendapatkan penanganan medis.

“Kita tanya ke banyak orang, kebanyakan mereka malu kalau mengakui sakit COVID-19. Jadi mereka memilih diam dan meminta dirawat keluarganya.”

Oleh karena itu, Budi akan melakukan sosialisasi yang lebih aktif dan agresif  salah satunya terkait saturasi oksigen.

“Kalau saturasi kita di atas 94 persen, InshaAllah bisa sembuh tanpa dirawat asal gaya hidupnya sehat, tapi kalau di bawah 94 persen harus segera dirujuk baik ke puskesmas, isolasi terpusat, atau rumah sakit,” tutupnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.