Sukses

Alasan Deddy Corbuzier Tidak Kena COVID-19, Dr Tirta: Orang Lu Diet Rendah Gula

Dokter Tirta mengungkap alasan presenter Deddy Corbuzier tidak kena COVID-19 sampai sekarang

Liputan6.com, Jakarta - Presenter Deddy Corbuzier mengunggah tangkapan layar percakapan antara dia dan Dokter Tirta, yang berisi alasan dirinya bisa tidak kena COVID-19 hingga detik ini.

Menurut Dokter Tirta, berdasarkan isi pesan tersebut, pola diet rendah gula jadi alasan virus Corona penyebab COVID-19 enggan menyerbu tubuh Deddy Corbuzier.

"Lu liat kenapa orang kena Covid lu enggak, ya jelas, orang lu diet rendah gula, Covid mana suka. Masuk dah pait," tulis Dokter Tirta.

Dokter Tirta juga berkomentar di unggahan yang tayang kira-kira dua hari lalu di akun @mastercorbuzier,"Mantap. Jangan lupa obesitas meningkatkan risiko sampai 7 kali.".

Saat dikonfirmasi Health Liputan6.com pada Minggu, 25 Juli 2021, dr Tirta mengatakan bahwa komentar tersebut berdasarkan data WHO yang menyebut obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya keparahan dari infeksi COVID-19 sebanyak tujuh kali.

Tirta, mengatakan, pada dasarnya pola hidup sehat merupakan kunci dalam mencegah tertular virus Corona selain protokol kesehatan tentunya.

"Obesitas itu meningkatkan keparahan COVID-19 menjadi 7 kali dari orang yang tidak obesitas," katanya.

"Dan salah satu komorbid tersering adalah diabetes. Nah, diabetes terjadi karena gaya hidup, salah satunya makan makanan yang mengandung kadar gula tinggi," lanjut Tirta.

Lebih lanjut Tirta mengingatkan bahwa perlindungan diri dalam melawan COVID-19 tidak hanya dengan prokes dan vaksinasi.

"Tapi juga dengan mengubah pola hidup kita itu akan menolong juga," katanya.

"Sehingga untuk mencegah terjadinya diaetes, kita harus mengontrol konsumsi makananan-makanan yang mengandung gula, seperti karbohidrat," ujarnya.

Terkait alasan yang dilontarkan kepada Deddy Corbuzier, lantaran pemilik konten Close the Door tersebut adalah sosok yang mengenalkan gaya hidup sehat dan diet OCD yang membatasi masuknya karbohidrat, yang diganti dengan makanan subsitusi lainnya.

"Terbukti dengan om Deddy gaya hidup sehat, prokes, dan membatasi mobilitas, sampai sekarang dia fit," kata Tirta.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Survei DKI: Kasus COVID-19 di Jakarta Didominasi Orang Overweight

Hal senada pernah diungkap salah seorang pakar dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI), dr Dicky L Tahapary SpPD KEMD PhD pada Maret 2021 yang menyebut bahwa 60 persen pasien yang tengah berjuang melawan COVID-19 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan obesitas.

Sementara hasil studi yang dilakukan HISOBI menyebutkan bahwa pasien  dengan obesitas cenderung memiliki risiko sakit yang lebih parah dibanding pasien yang memiliki berat badan ideal. Mungkin tidak banyak tahu bahwa obesitas tergolong penyakit.

Bahkan, survei serologi kerjasama antara Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia menemukan bahwa kasus COVID-19 di Jakarta didominasi orang overweight dan gula darah tinggi.

Dari survei tersebut diperoleh sebuah fakta bahwa semakin meningkat indeks massa tubuh (IMT), semakin banyak yang pernah terinfeksi COVID-19 di Jakarta.

Pada bagian 'IMT dan Kadar Gula Darah Tinggi Lebih Berisiko', diketahui bahwa orang dengan overweight dan obesitas mendominasi populasi yang mengalami COVID-19, berikut rinciannya:

1. Kurus ( kurang dari 18,4 kg/m^2) = 33,8 persen

2. Normal atau 18,5 sampai 25,0 kg/m^2 = 42,0 persen

3. Overweight atau 25,1 sampai 27,0 kg/m^2 = 52,9 persen

4. Obesitas atau lebih dari 27,0 kg/m^2 = 51,6 persen

 

3 dari 4 halaman

Kaitannya Obesitas dan COVID-19

Jauh sebelum itu, Dokter Gizi Klinik Gaga Irawan Nugraha yang juga Associate Professor Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) pernah mengungkapkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko dari kasus berat COVID-19.

"Setelah COVID-19 masuk ke Amerika Serikat, di bulan April dilaporkan bahwa begitu banyak kematian yang disebabkan COVID-19, terutama di kota New York," kata Gaga dalam dialog dari Graha BNPB sekitar Oktober 2020.

"Hal itu terjadi karena ternyata banyak orang di New York, sampai lebih dari 42 persen mengalami obesitas," Gaga menambahkan.

Gaga, mengatakan, obesitas saat itu menjadi faktor risiko terbesar kedua dari kondisi berat akibat COVID-19 setelah hipertensi.

Dalam penjelasannya, Gaga mengatakan bahwa orang obesitas memiliki permukaan lemak yang lebih besar.

"Reseptor untuk menempelnya virus menjadi lebih banyak, lebih luas. Sehingga orang obesitas lebih mudah terkena dan lebih mudah mengalami perberatan setelah terpapar virus COVID-19."

Selain itu, lemak pada orang obesitas lebih banyak. Gaga mengatakan, mereka memiliki lemak yang lebih banyak di jantung dan perut.

Inilah yang membuat ketika mereka terinfeksi virus SARS-CoV-2 kesulitan bernapasnya menjadi lebih berat karena organ seperti paru dan jantungnya tertekan oleh lemak.

4 dari 4 halaman

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.