Sukses

Pakar: Negara dengan Generasi Stunting Bakal Jadi Negara Sulit

Stunting tidak hanya berdampak pada fisik seorang anak tapi juga berdampak pada kemajuan negara di masa mendatang.

Liputan6.com, Jakarta  Stunting tidak hanya berdampak pada fisik seorang anak tapi juga berdampak pada kemajuan negara di masa mendatang.

Hal ini disampaikan Prof. Dr. dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH dari Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pernyataan tersebut berdasarkan fakta terkait stunting yang menunjukkan bahwa anak stunting tidak hanya terlihat pendek secara fisik. Namun, yang bahaya otaknya pun tidak berkembang dengan optimal.

“Sehingga nanti dia (anak stunting) tidak bisa bersaing dengan siapapun termasuk tenaga asing untuk bisa membangun Indonesia ini,” ujar Dwiana dalam seminar daring Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kamis (22/7/2021).

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sudah Diteliti

 Dwiana menambahkan, pengaruh anak stunting terhadap kemajuan negara bukan isapan jempol belaka melainkan sudah ada penelitiannya.

“Sudah diteliti di seluruh dunia bahwa negara-negara dengan generasi stunting maka negara ini menjadi negara yang sulit. Jadi ekonominya rendah, kesehatannya pun rendah, sehingga kita harus berjuang untuk itu.”

Keinginan untuk berjuang memang ada, tapi pandemi COVID-19 ternyata berdampak berat selama hampir dua tahun, lanjut Dwiana.

Sepanjang Juli 2021, kasus COVID-19 mengalami lonjakan hingga puluhan ribu. Dari kasus konfirmasi itu, sebagian pasien adalah ibu hamil.

“Kalau ibu hamil ada yang meninggal, maka jumlah ibu hamil yang sakit lebih banyak lagi.”

3 dari 4 halaman

COVID-19 pada Ibu Hamil dan Janin

Penyakit COVID-19 diketahui dapat mengganggu ibu hamil untuk mendapatkan oksigen yang baik, masih kata Dwiana.

“Untuk dirinya saja sudah enggak dapat, apalagi untuk bayi yang dikandungnya. Padahal, 270 hari pertama di dalam kandungan, janin membutuhkan oksigen yang optimal supaya otaknya bertumbuh dengan baik.”

Jika janin tidak mendapatkan asupan oksigen selama dalam kandungan, maka potensi ia lahir dengan perkembangan otak yang tidak sempurna tinggi.

“Dua per tiga otak sudah dibentuk dalam kandungan dan itu baru disempurnakan setelah lahir.”

Senada dengan Dwiana, Plt. Deputi Bidang KSPK BKKBN RI, Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si, menyampaikan bahwa stunting dipengaruhi oleh kurangnya asupan oksigen pada janin.

Ibu hamil dan balita yang terpapar COVID-19 dapat berpengaruh langsung terhadap angka stunting. Pasalnya, salah satu dampak COVID-19 adalah gangguan saluran oksigen sehingga pasokan oksigen ke dalam tubuh menjadi sedikit, katanya.

“Dan oksigen ini memengaruhi segala yang ada di dalam tubuh kita. Tentu kalau ibu hamilnya terpapar COVID-19 ya ini kemudian pemberian makanan dan oksigen kepada janin juga menjadi terhambat,” pungkas Lalu.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.