Sukses

Alami Insomnia Saat Isoman, Ini Saran Dokter Reisa

Kepikiran terus menerus bikin insomnia pada sebagian pasien COVID-19 yang jalani isolasi mandiri (isoman).

Liputan6.com, Jakarta Pada pasien COVID-19 gejala ringan yang menjalani isolasi mandiri (isoman) ada sebagian yang menyampaikan alami insomnia atau sulit tidur. Kondisi ini tentu tidak menyenangkan karena tubuh rasanya lelah dan hari-hari yang dilalui jadi terasa lambat.

Selain itu, insomnia turut memunculkan kekhawatiran apakah kondisi tersebut bisa bikin sulit sembuh dari COVID-19.

Kondisi sulit tidur atau insomnia sering dialami bukan hanya yang menjalani isoman di rumah, mereka dengan gejala yang lebih berat di rumah sakit juga ada yang mengeluhkan hal ini seperti disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dokter Reisa Broto Asmoro.

"Biasanya ini terjadi yang tidak biasa sendirian. Jadi muncul rasa takut, cemas, was-was, kepikiran akhirnya sulit tidur," kata Reisa saat berbincang dengan Radio Kesehatan.

 

Simak Juga Video Berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Saran

Jika memang penyebab utamanya adalah masalah psikis, Reisa menyarankan beberapa hal agar rasa cemas berkurang. Ketika kecemasan berkurang harapannya bisa tidur dengan baik.

Berikut saran Reisa:

- Kembali tingkatkan berdoa dan ibadah. Coba tenangkan diri dengan berdoa meminta perlindungan kepada Tuhan.

- Tetap jalin komunikasi dengan keluarga dan teman, kehadiran alat teknologi seperti video call membantu mengobati rasa sepi berada di ruang isolasi.

- Isi hari-hari di ruangan isolasi dengan hal-hal menyenangkan dan disukai. Bermain gitar, mewarnai, menonton serial televisi yang lucu. Hal ini dilakukan supaya ada stres release sehingga enggak kepikiran kata Reisa.

 

3 dari 4 halaman

Sulit Tidur karena Keluhan Fisik

Cek lagi penyebab sulit tidur, bisa jadi kondisi fisik menyerang pasien yang isolasi mandiri di rumah.

"Apa sulit itu karena sulit bernapas, detak jantung jadi lebih cepat?" tanya Reisa.

Jika jawabannya iya, segera konsultasikan hal ini dengan tenaga kesehatan atau dokter agar mendapatkan penanganan sesuai kondisi masing-masing.

"Kalau seperti itu, segera konsultasi ya. Biar dapat solusis yang tepat sesuai kondisi masing-masing," pesan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan ini.

 

4 dari 4 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.